Home / Romansa / Ibu, Aku Mau Ayah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ibu, Aku Mau Ayah: Chapter 61 - Chapter 70

140 Chapters

Bab 61. Bapak Akan Melindungiku

Hanny menarik badannya mundur hingga merapat ke punggung kursi yang dia duduki. Kedua pipinya menggembung, kaget dengan reaksi galak yang Ernita tunjukkan. "Kak Hanny mau kalau punya pacar, serius, sampai udah tunangan, niat mau nikah, eh, dia ngaku jatuh cinta sama orang lain. Mau?" Ernita menatap garang pada Hanny. Hanny mengangkat kedua tangan ke depan dadanya, memberi isyarat agar Ernita tenang. "Untung ketahuan sebelum nikah, kalau udah, amit-amit!!" sentak Ernita. Emosinya makin meluap. "Ih, sabar, Nona Manis. Ini Kak Hanny, bukan kekasih kamu yang main dua-duaan sama hati lain. Kakak Hanny ga bakalan kayak gitu, kali!" sahut Hanny dengan suara tegas dan meyakinkan. Ernita menatap Hanny. Ekspresi yang Hanny tunjukkan membuat Ernita tidak bisa menahan diri. Bukan emosi marah yang dia tebar, sebaliknya tiba-tiba Ernita tertawa. "Haa ... haa ... Lucu, Kak Hanny lucu amat, sih, haa ...." Ernita menggeleng-geleng, sementara tawanya masih lepas. Hanny hanya melongo melihat Ernit
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more

Bab 62. Demi Adisti

Vernon sedikit menjauh dari Adisti. Dia mengajak Della dan Hanny bicara. Adisti menyandarkan kepala di dinding di belakangnya dengan mata terpejam. Rasa hatinya tidak karuan. Tidak dia kira seberat ini kembali masuk ke dalam kantor. Dia harus mengumpulkan semua kekuatan untuk bisa bertahan satu hari saja. "Adisti!" Vernon memanggil. Adisti membuka mata dan melihat Vernon yang berdiri tak jauh darinya. "Iya, Pak, maaf." Adisti menegakkan badannya. "Kamu pindah ke ruangan sebelah, ya? Kami akan rombak ruangan ini," kata Vernon. "Oh, ya ... sekarang?" Adisti berdiri. "Yup. Tidak akan lama. Ayo." Vernon mengajak Adisti bersamanya. Adisti mengikuti Vernon. Sedang Hanny dan Della mulai bergerak, memindahkan barang-barang. Tidak lama tampak dua orang OB muncul dan membantu membereskan ruangan. Vernon duduk di samping Adisti. Ada Lestia di ruangan itu dengan dua pegawai lain. Mereka terlihat sibuk, tetapi sesekali melihat ke arah Vernon dan Adisti. "Aku ingin suasana baru di ruanganmu
last updateLast Updated : 2022-05-15
Read more

Bab 63. Serangan Rima Berlanjut

"Kenapa kamu yang datang?" Rima mengerutkan kening melihat pada pria yang sudah berdiri di sisi Adisti. "Ryan? Kamu itu pimpinan, punya tugas berat, kenapa ikut ke sini?" Vernon yang awalnya duduk santai, seketika menegakkan badan menatap pria itu. "Pak, yang harusnya berpasangan dengan Adisti, sakit. Sudah tiga hari tidak masuk. Kemungkinan dia akan resign. Jadi daripada bingung cari orang, saya saja. Buat saya, ini kehormatan bisa ambil andil pada acara spesial pimpinan." Senyum lebar muncul di bibir Ryan. Adisti tidak tahu mau bereaksi apa. Ada apa lagi ini? "Aiissh, alasan bagus, ya? Kamu cari kesempatan?" Vernon menatap tajam pada Ryan. Adisti dan Rima memandang ekspresi Vernon. Dia terlihat gusar dan kesal. "Kesempatan mengabdi pada pimpinan, Pak. Jangan khawatir soal tugas kantor. Semua bisa diatasi." Ryan mengacungkan jempol. Bibirnya kembali tersenyum, lebih lebar. Vernon hanya mengangkat kedua tangan ke samping badannya, lalu kembali menyandarkan punggung. Rima meliri
last updateLast Updated : 2022-05-15
Read more

Bab 64. Gadis Kecil yang Galau

Adisti dan Rima berhadapan. Mata mereka saling menatap. Rima merasa Adisti ingin melawan dan menentangnya. Sedang Adisti, dia merasa Rima wanita kepala batu yang tidak tahu menghargai orang lain. Ini bukan kali pertama Adisti diremehkan oleh calon istri si bos. "Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Saya tidak bisa. Saya mau membantu, membantu, untuk acara Ibu Rima dan Pak Vernon, sebab saya salah satu karyawan yang diminta. Tetapi, saya tidak bisa jika itu melanggar prinsip yang saya pegang. Jika ini akan mempengaruhi kinerja saya di perusahaan, sekalipun ini tidak ada hubungan dengan pekerjaan saya, saya bersedia mendapat sanksi." Adisti memandang tanpa rasa takut pada Rima, lalu menoleh kepada Vernon. "Kamu benar-benar, ya?!" Rima mulai meledak. Dia mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali dia menggampar muka Adisti. Dia menoleh ke arah Vernon dengan rasa marah yang meluap. "Lihat kelakuan pegawai kamu yang sok cantik ini, Vernon." Vernon tidak memperhatikan Rima, tetapi justru meman
last updateLast Updated : 2022-05-16
Read more

Bab 65. Kejutan Buat Vernon

Felicia hampir menjatuhkan ponsel yang ada di tangannya. Dengan cepat Adisti mendekati gadis kecil itu dan meminta ponselnya. Dengan takut-takut, Felicia memandang ibunya yang memasang muka galak. "Selamat sore, Pak. Minta maaf untuk apapun yang Cia katakan. Mohon jangan diambil hati, Pak. Cia cuma anak kecil, dia ...." "Dengarkan aku Adisti," ujar Vernon dengan cepat memotong kalimat Adisti. Adisti menjauh dari Felicia, memilih keluar kamar, berdiri di luar pintu. Felicia menatap nanar dan sedih karena ibunya kembali marah dengannya. "Cia bukan sekadar anak kecil. Dia seorang anak yang rindu kasih sayang. Jangan marah padanya. Dia tidak pernah bersalah harus hadir di hidupmu, dan dia harus menelan semua situasi sulit yang dia tak pernah harapkan. Kamu mengerti?" kata Vernon. Adisti ingin menangis mendengar itu. Dia sangat tahu yang dia dan Felicia hadapi. Felicia memang sangat butuh seorang ayah untuk hidup dengan kasih lengkap seperti anak yang lain. Masalahnya, Adisti tidak mun
last updateLast Updated : 2022-05-16
Read more

Bab 66. Perang Dua Keluarga Sultan

Dengan rasa marah meluap hingga ke ubun-ubun, Vernon melangkah cepat masuk ke rumah orang tuanya. Di ruang depan, Savitri dan Rima tampak duduk berbicara dengan senyum ceria di wajah mereka. Di tangan mereka ada lembaran warna merah berpadu emas, undangan pernikahan Vernon dan Rima. Vernon melangkah masuk. Melihat Vernon, mereka tersenyum lebar dan menyapa riang. "Vernon! Lihat, undangan pernikahan kamu dan Rima! Cantik sekali!" Savitri mengangkat lembaran di tangannya, menunjukkan pada Vernon. Bukan balasan senyum yang Vernon berikan. Wajah marah jelas terpampang di sana. Vernon berdiri di depan Savitri dan Rima. "Kamu kenapa, Sayang?" Rima terkejut dengan sikap Vernon. "Aku tidak perlu menjelaskan kenapa. Kamu yang harus menjelaskan padaku, ini apa?!" Dengan kasar Vernon melempar amplop di tangannya ke atas meja di depan Rima. Rima dan Savitri menatap Vernon dengan bingung. Savitri menarik amplop mendekat ke arahnya, dan mengeluarkan isi amplop itu. Begitu melihat isinya, tanga
last updateLast Updated : 2022-05-17
Read more

Bab 67. Pak Bos Menghilang

"Adisti!!" Suara keras Hanny memaksa Adisti menjauhkan benda pipih yang menempel di telinganya. "Ih, Kak, jangan kenceng gitu. Sakit telingaku!" Adisti bicara dengan cemberut. "Kamu tahu kabar terbaru? Heboh, mengejutkan, membingungkan, dan ini spektakuler!!" Hanny bicara dengan cepat seolah tidak sabar ingin menumpahkan semua yang ada di otaknya. "Apaan, sih? Ngomong yang jelas, Kak. Kayak kereta ngebut, bikin aku ga dengar malahan." Adisti masih cemberut. "Pak Bos. Eh, bukan. Ini soal Bu Rima. Aduh, kamu buka sosmed, deh, Cinta. Lagi viral. Kayaknya bentar lagi dunia maya meledak karena dia." Hanny makin seru bicara. "Kak Hanny kasih tahu aja, ada apa? Biar aku paham, ga melayang-layang ga jelas di kepala," ujar Adisti. "Adisti Cahaya Matahari!" Hanny mulai terbiasa mengikuti cara Vernon memanggil Adisti. Dan hati Adisti berdetak cepat begitu saja saat namanya disebut dengan panggilan itu. "Dengar baik-baik. Bu Rima, ternyata ... dia suka main sama pria lain. Ih, jijay aku li
last updateLast Updated : 2022-05-19
Read more

Bab 68. Di Rumah Es Krim

Adisti tak percaya mendapat pesan dari Vernon. Segera dia membuka pesan itu. - Adisti, rumah es krim. Sekarang. Aku tunggu. Jangan bilang siapapun. "Aneh. Kok, Pak Vernon minta ketemu aku? Tapi dia ...." "Dis, kenapa?" Hanny menepuk lengan Adisti. "Eh, bentar, Kak." Adisti berbalik dan kembali menemui Lestia. "Mbak Lesti, aku izin, penting dan mendesak. Aku harus urus sesuatu. Nanti aku ganti jam kerja. Ya, please?" Adisti meminta dengan memelas. "Urusan apa? Katanya mau balik kerja?" Lestia meminta penjelasan. "Ga bisa jelasin aku. Mbak, please ... Ya?" Adisti membujuk Lestia. "Baiklah. Kali ini aku baik hati. Lain kali tanpa penjelasan aku akan beri SP." Lestia menatap tajam pada Adisti. "Aaiisshhh ... Mulai sok galak? Baru berapa hari jadi manajer." Hanny mencibir. "Apa kamu bilang? Mau jadi yang pertama aku kasih SP?" Lestia melotot pada Hanny. "Iihh, atuttt!!" Hanny pura-pura ketakutan. "Makasih, Mbak. Aku pergi," sahut Adisti lega. Adisti segera mengambil tasnya dan
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

Bab 69. Vernon Mulai Beraksi

Es krim untuk Adisti datang. Pelayan menyuguhkan di depannya. Cantik dan menggoda selera seperti biasa. Sayangnya, Adisti tidak ingin menyentuhnya. "Ayo, makanlah. Aku merasa lebih tenang setelah menikmati es krim. Dan aku jadi suka es krim kesukaan kamu. Avocado. Padahal sebelumnya, aku ga terlalu suka rasa avocado." Vernon memandang Adisti, mencermati wajah ayu itu, yang makin melekat di hatinya. "Ga pingin makan. Cuma pengin Bapak baik-baik saja." Mata Adisti berkaca-kaca. "Aku sudah lebih baik. Jadi, jangan khawatir. Kalau kamu ga makan es krimnya, kita ga bisa lanjut urusan selanjutnya. Aku mau hari ini satu langkah awal tercapai sesuai rencanaku," kata Vernon. "Tapi, Bapak ga makan lagi? Canggung aku makan sendiri." Adisti kembali merasa tidak debaran menggelora di dada. "Baiklah. Kita makan berdua. Ayo." Vernon mengambil sendok es krim dari mangkuknya, lalu dia mencedok dari mangkuk di depan Adisti. Adisti kaget. Vernon serius mau makan dari mangkuk Adisti? "Pak, saya mak
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

Bab 70. Terima Kasih buat Kejutanmu

Adisti mundur sedikit ke belakang Vernon. Dengan cepat Vernon memegang tangan Adisti. "Kamu harus selesaikan ini. Percaya sama aku, kamu akan baik-baik saja." Vernon menatap lekat-lekat kedua mata Adisti. Wajah cemas Adisti tak bisa dia sembunyikan. Vernon menekan bagian depan topi Adisti agar semakin menutupi wajahnya, begitu pula dengan topi yang ada di kepalanya. "Pak, aku ...." "Percaya aku, Adisti Matahari. Oke?" Vernon kembali meyakinkan Adisti agar tetap bertahan di situ. Adisti mengangguk. Pintu pagar terbuka. Pria kurus dengan kacamata dan hidung lancip berdiri di sana. "Kurir, Pak. Mengantar pesanan." Vernon bicara dengan nada suara yang dia ubah. "Aku tidak memesan apapun," jawab pria itu sedikit ketus. Vernon masih memegang tangan Adisti dan menariknya agar masuk ke halaman, melewati pagar yang terbuka. "Aku tidak memesan apapun dan kamu masuk tanpa permisi!" sentak pria itu. Vernon tidak peduli. Dia terus melangkah ke arah pintu rumah. "Hei!" Suara pria kurus it
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status