Home / Young Adult / Terjerat Gairah Arjuna / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjerat Gairah Arjuna: Chapter 71 - Chapter 80

102 Chapters

71. Morning sun

Aroma wangi sabun menguar kala sebuah pintu dibuka dari dalam. Kamar mandi itu menampilkan sesosok gadis berkaus putih dengan drawstring kelabu kedodoran. Rambut panjangnya yang dicepol tinggi memudahkan tangan sang puan mengusap tengkuk dengan handuk. Ia melangkah menuju sisi lain ranjang di mana kekasihnya tengkurap dengan kepala di pinggiran. "Belum bangun? Ini Senin, kita udah mulai kuliah lagi, Juna."Awal hari, masih terlampau pagi. Kesadaran pria muda itu belum terkumpul seutuhnya. Kebiasaan sekali, bibir mengerucut dan alis menukik tajam, Juna juga memainkan jemari tanpa peduli gerutuan sang pacar. Pikirannya melayang, terbang bersama kumpulan burung menuju langit utara bumi. "Boleh aku pinjam kemeja? Atau kamu mau antar aku pulang dulu?" tanya Arin yang sudah berdiri di depan lemari. Namun, tatapan dan arah tubuhnya masih tetap menghadap Juna. Menggeliat sekaligus mengangkat kepala untuk melihat siapa yang bersuara, Juna pun bergumam, "Ha? Oh..."Tolong pukul kepala Juna,
last updateLast Updated : 2022-09-19
Read more

72. Cokelat

"Pagi-pagi udah zina mata, sialan banget si lo?!"Kata pertama dari kalimat di atas memang sesuai dengan waktu saat ini. Pagi, saat para mahasiswa ribut mencari ruang dihari pertama kuliah. Beda halnya dengan lelaki berlesung pipi yang sibuk mengumpati sahabat karibnya di koridor lantai dua FISIP. Juna sempat terkejut. Tadinya ia berjalan santai sambil bersiul. Suasana hatinya sangat bagus karena momen manis dengan sang pacar. Tetapi kenangan itu buyar karena suara lantang nan lancang dari orang yang melangkah di belakangnya. "Kok gue?" tanya Juna.Sena sudah di sisi Juna, tapi langkah keduanya melambat karena sambil bicara. "Iyalah, lo yang lakuin sama A—" Belum usai kalimat itu dilisankan secara kencang, mulut Sena sudah dibekap oleh si pemuda bertindik. Agaknya Juna tahu kelanjutan dari dialog Sena. Makanya harus bertindak cepat. "Lo bisa diam nggak sih?" tekannya. Ketika Juna memastikan tidak ada orang yang menguping, Sena mengerjap berulang karena kesulitan bernapas. Si jang
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

73. Einspänner

Kring~Dua lelaki berapron bangkit dari posisi duduk. Jika yang datang adalah pelanggan, maka hanya salah seorang yang melayani. Akan tetapi, petang ini yang membunyikan genta di pintu kaca adalah pria dewasa berbalut jas dan bawahan senada. "Kenapa manajer ke sini? Lo bikin masalah?" bisik si jangkung pada rekan kerjanya. "Kagak. Mungkin karena lo kebanyakan ambil libur," balas Morgan. Suaranya amat pelan, sama seperti Juna tadi. "Manajer udah setuju, anjir. Lagian gue nggak pernah ambil cuti dan kemarin juga nggak full 2 pekan gue libur," papar Juna. Dalam hati was-was juga jika sang atasan tiba-tiba mengubah pikiran dan marah padanya. "Hari ini ramai? Kalian capek?" tanya si manajer saat sudah sampai di area pekerja. Rautnya cukup cerah, tiada tanda-tanda amarah. Harusnya itu bisa menenangkan dua pekerja di kafe tersebut. "Kalau ramai, kami tambah semangat kok. Iya, kan, Jun?" Morgan menjawab sambil mengudarakan kepalan tangan. Ujung sikut menyenggol kawannya agar mendukung ge
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

74. Bahagia itu fana

Kampas rem menekan halus tiap sisi ban. Sepasang roda hitam itu berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat. Satu entitas turun, satu yang lain tetap menunggangi mesin merah itu. "Thanks ya," ucap Yusi. Perempuan bersurai panjang itu berdiri di dekat gerbang. Masih memeluk buku, ia berniat basa-basi dulu. "Mau masuk?"Yang ditanya sibuk menghilangkan penyangga motor sambil meraih kunci untuk diputar kembali. "Udah larut, gue langsung balik," kata Juna sambil mencari raut sobatnya yang ditempa gelap. "Ya udah, sana. Buruan, gue capek dan mau istirahat," seloroh si gadis. Dia mengibaskan tangan, pertanda agar manusia itu segera enyah. "Dih, ngusir..." balas Juna. Takut kena bogem, ia pun segera menghidupkan Redeu. Tahap terakhir tentu saja pergi. Dan tanpa sepengetahuannya, si hawa masih mengamati dalam sunyi. Menyusuri bulevar, Juna tak sendirian. Jalanan masih ramai, meski sudah sepertiga pertama malam. Namanya juga pusat kota, seakan ada kehidupan dengan kesibukan berbeda denga
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

75. Can't get used to it

Malam cukup panjang kali ini. Meski jumlah angka pada jam tetap sama, namun banyaknya kejadianlah yang membuatnya terasa lama. "Baru tahu ada kos senyaman ini. Pasti mahal. Berapa per bulan?" Pemuda bersudut mata runcing itu membuat pola di lantai dengan jejak kakinya. Dia ke sana-kemari melihat segala isi kamar indekos adiknya. Menyentuh tiap barang yang sekiranya menarik perhatian. Sementara sang tuan kamar hanya duduk diam di salah satu sisi sofa. "Mau lo apa sampai datang ke sini?" selidik Juna. Mungkin Awan datang dengan tangan kosong, tetapi Juna tahu betul jika pria itu tak mungkin mengunjunginya dengan kepala kosong. Pasti ada alasan di balik semua ini. Entah yang baik atau buruk. Tanpa disuruh Awan pun menjatuhkan diri di samping adik angkatnya. "Wah, bukannya lo harus menjamu gue sebagai tamu? Segelas minum pun nggak ada?" sarkas si taruna. "Kalau nggak ada yang penting, lo mending pergi. Udah malam," balas Juna sembari bangkit. Ia melepas jaket yang belum dilepas seja
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

76. Ultimatum

8:14 amLebih kurang tiga jam setelah si taruna berhasil memaksa mata terpejam. Tadinya matahari masih malu-malu menampakkan diri, tapi sekarang sudah gencar memanasi bumi. Bahkan cahayanya menembus jendela bertirai di ruang kamar sang empunya.Akan tetapi, bukan terang yang mendistrak tidur Juna. Ponsel yang terus bergetar di bantal adalah masalahnya. Bahkan dengan memejam pun ia masih bisa merasakannya hingga ke tulang-tulang. Maka dari itu, Juna terpaksa bangun sebelum berhasil nyenyak tertidur.Drrt drrtDengan kelopak mata yang berusaha dipisahkan, tangan Juna menepuk-nepuk sekitar guna mendapatkan ponselnya. Setelah ditekan tombol on, lantas layar itu menampilkan cahaya beserta pesan beruntun dari ruang grup teman-temannya. ❬ GD LKING ❭Kamal:| Katanya ada waduk baru di kampus!!!Banu:| Buat apwan?Tara:| PenelitianlahSena:| Dikira buat mengawetkan lo? @BanuBanu:| Gue udag awet| Awet muda hahahKamal:| Katanya ada jajanan baru di kantin!!!Tara:| Lo ngapain bagi-bagi
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

77. So pathetic

"Hai, Juna!"Pelantun sapaan itu adalah gadis bermata sayu dengan surai panjang bergelombang. Mendekati curly, entah mengapa cocok di lingkup hulunya. Perempuan dengan blouse kuning dan ripped jeans itu melambai pada Juna. Si adam yang masih dibalut cemas pun berhenti menatap ponsel dan menoleh. Dari wajahnya jelas sekali mewakili perasaan terkejut. Ia tak tahu akan bertemu teman sekelasnya sekaligus pemberi cokelat Valentine pertama. Namanya Iva, sekarang dia mengulas senyum lebar di hadapan Juna. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya. Mustahil berkata apa adanya, sang taruna jadi tergagap seraya mencari alasan yang pas. "Oh... itu... mau ketemu teman," jawab Juna. Ia pun kembali menunduk untuk mengutak-atik handphone. Dikira akan ada ucapan sampai jumpa, ternyata Iva kembali bertanya. "Siapa? Anak FIB?" Gadis itu pun menengok ke arah gedung bertingkat dengan pepohonan rindang di sekitar.Juna mengikuti arah pandang Iva. Ia pikir ada seseorang, ternyata masih saja sepi. "Ng... Kayakn
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

78. Seperti cerobong asap

Swastamita kali ini mendung. Gumpalan kapas kelabu menghiasi angkasa. Namun, sebelum seluruh bagiannya tenggelam, matahari sekuat tenaga menyisakan sorot kemerahan di langit barat. Setidaknya, ada yang memanjakan mata jika nantinya hujan datang. Ternyata tak semua insan menikmati panorama tersebut. Seperti lelaki di atas motor itu misal. Pandangannya hanya tertuju pada gerbang yang tak jauh dari tempatnya. Dengan posisi duduk sambil bersedekap, Juna berulang kali memanjangkan leher guna memeriksa kondisi di sekitar bangunan FIB. Tentu ada sesuatu yang ia cari. Beberapa saat kemudian banyak mahasiswa keluar dari kelas. Salah satu di antara mereka ada yang berlari kecil keluar gerbang dan mendekati Juna di bawah pohon rindang. Si adam pun seketika meninggalkan Redeu. "Kamu nggak apa-apa, kan?"Kalimat interogatif itu merupakan ucapan pertama yang keluar dari mulut Juna ketika bertemu pacarnya. Ia memandang puncak kepala hingga ujung kaki berbalut flat shoes itu. Bahkan Juna menangkup
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

79. How to treat a friend

Lembayung senja lenyap dibalut petang. Sang surya beranjak tidur, sedangkan putri malam bangkit untuk bersolek di antara kerlip bintang. Bulat penuh, pancaran sinar itu pun membantu bohlam menerangi jalanan. Satu bangunan di belakang minimarket itu juga memerlukan penerang kala para penghuni singgah sejemang. Selain lampu panjang putih terang, ada pula neon-neon di sudut ruang. Dominan magenta dan tergeletak begitu saja. Benar-benar diabaikan sang empunya sebab enam lelaki di sana sibuk dengan ponsel masing-masing.Brak"Hai, guys! Sudahi blue screen-mu, mari main bersamaku!"Pintu utama basecamp tersebut dibuka dari luar. Satu manusia berdiri di ambang dengan suara lantang. Selain kalimatnya yang acak, penampilan Haydar tak kalah berantakan. Selalu saja demikian. "Dari mana lo?" Nada serta raut Cakra yang bertanya nampak dingin. Mungkin kesal karena aktivitasnya dengan game terganggu sang kawan. "Jadi babu, puas lo?" balas Haydar. Ia duduk di salah satu sofa sambil menaruh kaleng
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

80. Si penikmat tembakau

Ada saat di mana bumi terasa berotasi sangat cepat. Walau sebenarnya tetap sama, namun perasaan manusia kadang berpendapat sesukanya. Setelah melewati kemarin dengan segala peristiwanya, keesokan hari yang merupakan sekarang si adam kembali ke tempat seharusnya. Menjadi barista berbalut celemek cokelat, tapi masih tetap tampan paripurna. Sayangnya, Juna yang terus menunduk di area pekerja paling belakang menjadi diorama tak mengenakkan di kafe tersebut. Hal itu juga mengakibatkan Morgan berusaha keras sendirian menghalau para pemesan di dekat barrier panjang. 'Ah, gue pasti dimarahin nih,' batin Juna was-was. Sejak tadi manajer di hadapannya tak kunjung bicara. Juna jadi berspekulasi dalam diamnya. Kedua tangan yang bertautan di depan tubuh pun hampir tremor jadinya."Karena baru sekali, jadi saya maafkan. Toh jatah cutimu masih ada. Tapi, lain kali bilang kalau mau bolos," ucap manajer kafe itu.Seketika mendongak, Juna kaget dan bingung. 'Gimana ceritanya bolos bilang-bilang?' t
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status