Home / Young Adult / Terjerat Gairah Arjuna / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terjerat Gairah Arjuna: Chapter 81 - Chapter 90

102 Chapters

81. Thick as thieves

Tok tok tokItu bukan ajakan untuk membuat manusia salju bersama. Di samping tidak tinggal di negara empat musim, ini juga terlalu larut untuk bermain di luar. Ketukan pada pintu tersebut berarti ada seseorang yang bertamu. CklekPapan kayu ditarik dari dalam. Sang tuan rumah yang bersurai tergerai itu langsung mendapati tamu tak asing malam ini. "Marven? Tumben, ada apa?" tanya Arin. Ia memajukan kepala guna melihat halaman rumahnya hingga ke titik gerbang, barangkali si adam membawa teman. "Sendiri aja?" imbuhnya usai tak mendapati insan lain di sana. Dengan agak kikuk, lelaki itu mengangguk. Berbalut jaket denim, kedua tangan Marven nampak tak tenang. Rautnya juga melukiskan kelesah. Udara dingin pun jadi amat terasa menerpa tubuhnya kala sang puan tak kunjung mempersilakan masuk."Oh iya, mau masuk dulu?" kini Arin memiringkan tubuh dengan ayunan tangan menunjukkan jalan. "Thanks," kata Marven. Alas kaki berupa converse navy pun dilepas, ia melangkah memasuki tempat tinggal sa
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

82. Mengubur prasangka

Sudah menjadi kebiasaan bagi si adam mengantar kekasihnya hingga di depan gerbang Fakultas Ilmu Budaya. Seperti pagi ini, dua roda Redeu berhenti kala rem-rem mengapitnya kuat. Pir-pir spiral pun tertekan kala sang penumpang jok belakang berusaha turun. Arin melepas helm dan diberikannya pada Juna. Entahlah, hari ini ia nampak tergesa-gesa. Bahkan surai panjang itu tak dipedulikan meski berantakan terhempas udara. "Aku duluan, ya," ucapnya singkat sambil melambaikan tangan pada kekasihnya. Juna yang sedang mengaitkan tali helm ke motor jadi kelabakan. Pasalnya ada yang hendak ia tanyakan dulu. "Eh—" Meski terpotong, tetapi pekikan Juna membuat Arin menoleh. Kaki jenjang berbalut flat shoes itu tetap berlari kecil, padahal kepala Arin tidak menatap jalanan yang dipijaknya. Ia menunggu kekasihnya melanjutkan perkataannya. "Hati-hati! Lihat jalan!" titah Juna. Arin tersenyum. Ia mengangguk kecil dan sekali lagi mengayunkan tangan di udara. Belia itu raib usai memasuki gerbang bersa
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

83. Heavy thinker

Selesai menghabiskan waktu luang siang-siang dengan sang pacar, Juna kembali ke kelas untuk mengikuti perkuliahan. Hanya satu mata kuliah, lantas seratus menit kemudian ia pergi dari ruang tempatnya menimba ilmu. Lebih tepatnya saat ini dirinya melangkah di koridor lantai dua gedung oranye tersebut. "Woi!"Di tengah banyaknya mahasiswa yang juga menapaki keramik itu, Juna masih bisa mendengar sebuah panggilan dari suara yang familiar. Ia menoleh dan melihat empat lelaki jangkung yang berlagak keren membelah orang-orang hingga mereka semua menyingkir ke tepian. Memutar pupil mata, Juna kembali menghadap depan dan melanjutkan perjalanan ke arah anak tangga. Agaknya malas meladeni kawan-kawannya itu. Namun, sayang sekali sebuah lengan terlanjur mengalung di tengkuknya. "Mau ke mana, bruh?" tanya Banu tepat di dekat rungu Juna. Si lelaki beranting segera menjauh dan mengusap daun telinganya. Ia rasa itu sangat menggelikan. "Sehari nggak cari perhatian bisa nggak?" sarkas Juna sembari
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

84. Pada waktu tertentu

Quality time bersama teman-teman adalah momentum yang ditunggu-tunggu para manusia sibuk di dunia. Selesai berkutat dengan hiruk-pikuk kehidupan kampus, malam ini empat gadis itu berbondong-bondong menapak sebuah teras rumah. Tok tok tok Bukan lagu 'Do you wanna build a snowman' yang terdengar, tetapi knop pintu yang ditekan hingga papan kayu terbuka lebar. Seorang gadis berkaus putih nan longgar ada di sana. "Oh, udah datang," celetuk si pemilik nama Yusi. "Bantuin-bantuin, berat banget," ucap sang puan berbaju hitam. Lila membuat raut yang nampak begitu lelah, padahal hanya membawa seplastik bahan makanan. "Lebay," sahut Yusi sembari meraih apa yang tadinya dibawa oleh Lila. Seketika ia menoleh dan menatap temannya itu dengan tajam, sebab sebenarnya tiada kata berat untuk barang di tangannya itu. "Keluarga lo di sini?" tanya Chantika yang mengekor di belakang Yusi. Perempuan yang memimpin jalan itu pun menjawab, "Nggak, santai aja. Kita bisa bebas di rumah ini.""Boleh reb
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

85. Seesaw

Satin hitam berkerah V dengan kain persegi yang membalut leher jenjang itu menambah sisi chic Arjuna Abisatya. Dia sedang bekerja sebagai model tentunya. Hari ini tidak sendiri, tidak juga dengan partner familiar macam Arin. Tetapi ada seorang pemuda yang dititah oleh sang fotografer untuk mendukung pose-pose Juna. Seperti sekarang, misal. Pemuda berkemeja putih itu berdiri di belakang Juna yang duduk di kursi. Dia mengarahkan tangan kiri ke depan wajah Juna. Tepatnya untuk menutupi bibir hingga rahang si model utama itu. Menatap lurus pada lensa kamera, Juna menyipitkan mata kanan, sementara alis kirinya menukik. Ekspresi itu adalah output dari konsep pemotretan hari ini—dark, chic, serious, sentimental."Oke, nice!" ujar si paman yang mengoperasikan kamera dan mengambil banyak foto untuk tiap gerakan Arjuna. Selang sekian menit, pengabadian gambar pun selesai dengan baik. Saling memuji pekerjaan satu sama lain, tak lupa Juna berterima kasih kepada sang fotografer dan karyawan di
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

86. Pinta tersirat

Minggu. Hari dimana lelaki beranting lingkar kecil itu mendatangi tempat tinggal kekasihnya. Bukan tanpa tujuan, tentu ada agenda yang akan dilaksanakan. Kencan adalah salah satunya. "Udah?" tanya Juna sambil bangkit berdiri. Sedari tadi ia duduk di anak tangga selama Arin masih bersiap di dalam. Entahlah, sok sekali menolak ajakan untuk masuk dan menunggu di dalam rumah cat merah itu. Lantas sekarang Juna harus menepuk celananya berulang kali agar debu dan kotoran runtuh. "Udah. Kamu kenapa nggak masuk aja sih, kotor kan jadinya," kata Arin. Sang puan turut mengulurkan tangan hendak mengenyahkan partikel tanah. Namun, gerak Juna ke sana-kemari berusaha melihat celananya sendiri. Ya, meski tak berhasil menatapnya dengan jelas. "Takutnya terlanjur nyaman di dalam. Terus kita malah nggak jadi pergi. Kamu mau kayak gitu?" kelakar Juna sekenanya. Absurd memang. Satu tamparan kecil mengenai lengan Juna. Pelakunya adalah Arin yang juga sempat terkekeh singkat. "Ayo pergi sekarang." Te
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

87. Second nightmare

Juna menjatuhkan dirinya di ranjang. Lelah menyapa, baik pada fisik maupun psikisnya. Entahlah, kenapa juga ia repot-repot memikirkan segala hal hingga ke akarnya. Apalagi jika menyangkut eksistensi pacarnya. Is Juna too serious about dating?Jika benar demikian, maka Arin adalah orang yang amat berharga bagi Juna. "Ck!" decak si alpha.Punggung Juna masih menempel pada kasur, namun kini tangannya merogoh benda persegi di saku celana. Ia menggulir layar itu hingga sampai di aplikasi berkirim pesan. Sayang sekali tak ia temukan seuntai kalimat di dalam ruang obrolan bertajuk Arina. Yang nampak hanyalah sisa chat-chat tadi pagi, sebelum keduanya pergi berkencan dan menghadapi sebuah peristiwa tak terduga hingga membuat mereka berdua terpisah. Juna menggeser layar ke kanan lalu melihat banyaknya kontak memamerkan segala momen yang dilalui. Termasuk nama ibunya ada di sana. Juna pun membuka lingkar itu. Sebuah foto yang menampilkan ayah Juna bersama Awan tengah mengukir furniture sambi
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

88. Dilema

Musim perlahan berubah menjadi hangat, lalu panas, dan menimbulkan gerah bagi para penghuni bumi. Begitulah rasa yang harusnya ada di paruh pertama tahun ini. Namun, ada saja angin yang meliuk di sekeliling dua insan yang tengah menyusuri bulevar itu. Hingga menjadikan ruang lingkupnya dingin, tak jauh beda dengan situasi bersitegang. Padahal nyatanya belum tentu demikian. Juna mengemudikan Redeu dengan kecepatan normal, sama seperti biasanya. Manik mata yang harusnya fokus pada lalu lintas di depan, sesekali melirik pada spion kiri. Diam-diam mencari tahu apa yang dilakukan kekasihnya di jok belakang. Sebab sejak tadi tak banyak obrolan yang menguar. Dapat dilihat Arin sedang terdiam. Selalu saja dua sudut bibir itu tertarik manis. Sementara netranya tengah mengamati objek apapun yang dilewati. Sayangnya, Juna tak bisa mendengar apa yang berkelut di kepala pun atau hati gadis tersebut. Bahkan sampai ketika kilometer tujuan habis dikikis ban. Redeu berhenti di gerbang FIB yang bia
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

89. An unwanted feeling

"Jadi sepuluh tahun yang lalu—""Lo ketemu doi?"Baru saja si pemuda Manggala Banu memulai kisah yang sebenarnya tidak direquest oleh teman-temannya. Lantas Sena yang menyesap lemon tea pun mematahkan ucapan si pemilik rambut mullet itu. Posisi keduanya memang sedang duduk di kantin fakultas bersama Juna dan kamal juga."Ck, dengerin dulu. Jadi sepuluh tahun yang lalu gue punya an—jing minuman gue itu!" kata Banu bertalu umpatan untuk si blasteran Kamal yang mendekatkan sedotan susu cokelat ke mulutnya."Oh iya, sorry brother," balas Kamal. Sebelum makin disumpahi, ia segera menggeser gelas itu ke depan Banu."Cerita yang bener woi!" Juna yang sejak tadi menikmati potongan bakso goreng super renyah pun kini berkata-kata. Banu menoleh pada Juna, lalu berkata, "Iya ini serius gue ceritain pertemuan gue sama ayang ijo. Jadi dulu tanggal 2 Juni gu—""Tahun berapa?" tanya Sena."Sepuluh tahun yang lalu woi!" balas Banu agak emosi. "Gue kan punya anjing namanya Ijun, bukan Juna.""Anj—" Re
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

90. Penghujung hari

TingGenta kecil berbunyi nyaring sore itu. Kumpulan kunci berputar di jari telunjuk. Bibir mangerucut macam paruh mengeluarkan siulan lembut dari sela-selanya. Seorang lelaki semampai memasuki kafe yang terlihat ramai itu. Langsung menuju area pekerja, sapaaan singkat tak lupa dilemparkan pada rekannya."Abis ngapain lo? Happy banget," seloroh Morgan yang mengekori kawannya hingga di balik loker yang berjajar."Kuliahlah, ngapain lagi?" balas Juna. Ia hanya melirik Morgan singkat, lalu sibuk mengenakan apron di badan.Pemuda yang melipat kedua tangan di depan dada itu pun menyipitkan mata. "Ck, gue mencium bau-bau mencurigakan. Lo abis selingkuh?" Dengan entengnya Morgan menuduh.Sontak Juna melotot pada temannya itu. Ia menutup loker dan berjalan mendekati Morgan. Juna menepuk bahu barista itu sekaligus memijatnya penuh tekanan. "Hidung lo kayaknya tersumbat, sampai-sampai lo mencium hal-hal nggak bener, bro." Ia pun berlalu menuju ruang depan."Agh! Sakit, anjir!" umpat Morgan sete
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status