Aku mendongak, menatap laki-laki berkulit putih di hadapan dengan sedikit terkejut. Kenapa aku bisa bertemu dengannya di sini? Apa ini kebetulan? Dan entah kenapa, jantungku berdetak lebih cepat. "Gak usah kaget begitu. Katanya, aku kakakmu?" Kini, dia duduk di bangku panjang tepat sebelah kiriku dengan jarak yang sangat dekat. "Kak Dio ngapain di sini?" tanyaku dalam. Aku takut jika Kak Dio melakukan hal yang tidak terduga karena tatapan matanya sama seperti dulu, saat sedang bersitegang. "Gak usah takut. Aku cuma mau ketemu adik kesayangan dan calon keponakan." Aku terhenyak dengan ketakutan yang tiba-tiba menguasai karena Kak Dio lancang menyentuh perutku. Sontak aku beringsut, menggeser duduk menjauh. "Minumlah, kamu terlihat pucat, Nis." Disodorkannya lagi botol air mineral yang dibawa. "Itu, Zahira, 'kan? Sudah besar dia, ya," lanjutnya lagi. "Kakak jangan macam-macam, aku bisa teriak!" gertakku. Namun, lelaki berkulit putih itu malah tersenyum mengejek. "Aku cuma kangen
Terakhir Diperbarui : 2022-05-21 Baca selengkapnya