Home / Romansa / ISTRIKU GILA? / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ISTRIKU GILA? : Chapter 51 - Chapter 60

108 Chapters

Pulang

PoV ZainabAku sangat bahagia hari ini. Untuk pertama kalinya hari lahirku dirayakan. Dan itu dilakukan oleh laki-laki yang mencintaiku setelah Ayah. Dia, Zaidan Alhakim. Sosok laki-laki yang menjadi imamku dan ayah dari putriku. Bahkan, sepasang gelang kembar untukku dan Zahira diberikannya sebagai hadiah ulang tahunku. Tak. hentinya aku mengulas senyum bersama rasa syukur di hati. Aku sungguh beruntung mendapatkan suami sepertinya meskipun pertemuan kami karena sebuah tragedi. Aku tahu jika Mas Zaidan tidak sengaja melakukannya. Memang aku harus kehilangan Ayah, tapi itu sudah ketetapan Allah yang sudah tertulis tapi di Lauhul Makfuz. Dan aku pun tidak mengira jika akan merasakan kebahagiaan seperti sekarang. Usai makan siang, aku dan Mas Zaidan kembali ke rumah sakit. Aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan Zahira dengan Ibu. Beliau pasti kerepotan mengurus Zahira yang dari semalam sedang rewel. Tiba di rumah sakit, aku mendahului Mas Zaidan menuju kamar Zahira. Namun, aku ing
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Perhatian

Setelah satu pekan Zahira dinyatakan sembuh dan sudah dibawa pulang, aku menjadi lebih tenang. Aku bisa selalu dekat dengan tiga bidadari yang Allah ciptakan untuk melengkapi hidup seorang Zaidan Alhakim.Dan untuk kesempatan kali ini, aku akan menuliskan perjuangan keluarga kecil kami untuk kesembuhan seorang bayi mungil yang kami beri nama Zahira Khairunnisa Alhakim. Sangat banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah kami ini. Bahkan, aku pun berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi sekarang. Ada tiga hal yang kudapat dari kejadian ini. Kesabaran, kepercayaan, kerja keras, pengorbanan, dan yang pasti mukjizat dari Allah. Semua tidak lepas dari sebuah doa. Semoga buku yang akan kubuat kali ini bisa membuat orang-orang yang membacanya mendapatkan manfaat. "Mas belum tidur?"Suara lembut istri kecilku menyentak. Aku yang sedang fokus menekuri laptop langsung menghentikan aktivitas. Menyimpan file yang baru beberapa halaman, lalu mematikan laptop dan bergegas menghampiri p
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Omongan Tetangga

PoV ZainabSetelah pulang dari rumah sakit, Mas Zaidan jadi lebih fokus untuk mengajar dan Ibu juga lebih sering pergi untuk mengecek restoran barunya. Namun, ada Bu Padma dan Pak Rudi yang menemaniku di rumah. Mereka banyak membantu mengurus Zahira dan membuatku tidak kesepian. Pagi itu, aku menjemur Zahira di halaman depan. Ada beberapa tetangga perempuan seusia Ibu yang mendekat dan masuk ke halaman rumah ini sambil menyapa ramah. Memang belum sempat diadakan acara akikah atau sekadar syukuran setelah kepulangan Zahira. Kami sudah menyepakati menunggu tanggal kelipatan tujuh dari hari lahir Zahira agar bisa sekalian diadakan akikah. Dan itu jatuh empat hari lagi. "Alhamdulillah, cantik sekali anaknya Zaidan." Seorang ibu dengan jilbab hitam memuji sambil mengelus pipi Zahira. Aku pun hanya menyambut dengan senyuman. "Siapa namanya, Nak?" tanya seorang ibu dengan rambut tertera sebahu. "Zahira, Bu," jawabku tetap dengan senyum. "Alhamdulillah, ya, anaknya bisa sembuh. Padahal
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Hampir

Hingga tiba di tempat seminar, hatiku semakin merasa cemas. Aku memang sengaja cuek pada Zainab karena dia melupakan jadwal kontrol Zahira. Namun, melihatnya menangis sebelum berangkat tadi, membuat hati ini sakit. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu pada Zainab. Mungkin memang dia terlalu lelah mengurus Zahira. Semalam saja, dia demam meskipun paginya sudah kembali sehat. Kukirimkan pesan terlebih dahulu untuk Zainab sebelum acara seminar dimulai. Mungkin kecemasanku ini karena mama Zahira itu masih bersedih dan dia masih kepikiran dengan sikapku tadi. [Assalamualaikum, Sayang. Hati-hati di jalan, ya. Semoga hasil pemeriksaan Zahira baik-baik saja. Mas minta maaf soal tadi. Mas sayang sama kamu. Jangan bersedih lagi, ya.] Kutambahkan emoticon cium. Terkirim, tapi belum dibuka. Ya, paling tidak aku sudah memberikan pesan sebelum acara seminar dimulai karena pastinya aku tidak akan sempat memegang ponsel sampai siang nanti. Aku bertemu dengan satu penerbit mayor yang memang
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Mama

PoV ZainabAku terbangun saat mendengar suara tangis Zahira. Kulirik jam di dinding, sudah menunjukkan angka lima. Aku tertidur cukup lama setelah salat Asar tadi. Namun, tak kudapati Mas Zaidan di kamar. Aku pun bergegas keluar dari kamar untuk menghampiri Zahira karena tangisnya tak kunjung reda. Ternyata, putri kecilku ada dalam gendongan Ibu. "Sini, Bu. Biar Zahira sama aku." Kuminta Zahira dari gendongan Ibu. Alhamdulillah, tangisnya berangsur reda saat kutimang perlahan. Kemudian, Mas Zaidan datang membawa satu botol susu. Masih hangat saat kupegang. Gegas kumasukkan ujung dot ke mulut mungil Zahira. Putriku meminumnya dengan cepat. "Anak mama haus, ya?" ucapku sambil memperhatikan wajah mungil yang berangsur memejamkan mata. Sungguh cantik dengan hidung dan bibir yang persis dengan papanya. "Kamu sudah sehat, Nak?" "Alhamdulillah, sudah, Bu. Sudah enakan setelah buat istirahat."Ibu tersenyum sembari mengelus kepalaku. "Aku bawa Zahira ke kamar, ya, Bu."Ibu mengangguk.
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Mencari Kebenaran

"Bagaimana bisa Ibu mengatakan kalau saya adalah anak kandung Ibu? Saya sama sekali tidak mengenal Ibu. Di akta kelahiran sangat jelas menyebutkan kalau saya adalah anak dari Ayah Harun dan Ibu Fatimah!"Zainab sedikit terpancing emosi, padahal kami masih di depan makam Ayah. Sepertinya, dia terlalu syok dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mama bisa jelaskan, Nak," jawab perempuan yang mengaku sebagai mama Zainab. Zainab menggeleng kasar, lalu berdiri dan menarik tanganku. "Mama perlu bicara, Nak! Tolong beri waktu mama untuk menjelaskan semuanya!"Perempuan itu terus saja menyebut dirinya sebagai mama Zainab. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa ada perempuan yang mengaku sebagai ibu kandung Zainab? Zainab terus menarik tanganku hingga mobil tanpa mau menghiraukan perempuan yang mengejar kami. ***"Za!" panggilku saat Zainab melamun di taman belakang dan membiarkan Zahira mengoceh sendiri di stroller. Dia terlihat terkejut dengan kehadiranku. Sorot matanya koso
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Menenangkan

Secarik kertas atas nama Hervina Mayasari dan tercetak jelas di bagian bawah sebagai owner dari restoran yang baru saja kudatangi. Kartu nama yang sepertinya sengaja dijatuhkan agar aku bisa menghubunginya lagi. Huft! Kubuang napas kasar. Ternyata benar-benar orang kaya, tapi apa alasannya meninggalkan Zainab sejak lahir? Aku masih berdiri di tempat sambil melihat Ayah dan anak itu keluar. Kalau dilihat lebih seksama, memang wajah Bu Hervina dan Zainab ada kemiripan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan aku harus segera pulang. Perjalanan sampai ke rumah memakan waktu hampir satu jam. Semoga Zahira tidak rewel dan tidak mengganggu istirahat Zainab. Aku sangat khawatir meninggalkan mereka berdua. Meskipun ada Ibu, Bu Padma, dan Pak Rudi, tetap saja aku cemas. Hanya pelukan dariku yang bisa menenangkan Zainab jika emosinya kembali tidak terkontrol. Pucuk dicinta, ulama pun tiba. Ponselku berdering saat masih dalam perjalanan. Kujawab panggilan telepon setelah melihat sek
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Tidak Bisa Dicegah

"Mas berangkat dulu, ya. Jangan berpikir macam-macam. Nanti pulang mengajar, mas akan melanjutkan mencari informasi tentang Bu Hervina. Kamu fokus saja sama Zahira."Nasihat beruntun kuucapkan untuk Zainab sebelum berangkat ke kampus. Entah kenapa, aku merasa jika Zainab merencanakan sesuatu. Dia bukan orang yang gampang dinasihati jika keinginannya kuat. "Udah, berangkat sana! Nanti Mas kesiangan," jawabnya sambil mendorong lenganku. Ini benar ada yang aneh dengan Zainab. Semoga dia tidak bertindak gegabah. Aku khawatir dengan kondisinya. Baru beberapa ratus meter aku membawa mobil menjauh dari rumah dan perasaanku langsung tidak enak. Rasanya tidak ingin ke mana-mana sekarang. Hanya ingin selalu berada di samping Zainab, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawab sebagai dosen. Tiba di kampus, Bagas menghampiriku yang masih di tempat parkir. Napasnya sedikit terengah karena berlari. "Kamu kenapa, Gas? Kayak ABG saja lari-larian," kataku sambil menaikkan kedua alis. "
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Apa yang Terjadi?

Sudah dua hari, Zainab menghilang tanpa jejak. Aku terus mencarinya, tapi tak kunjung ada titik terang. Rumah megah milik keluarga besar Herman Aditama pun hening. Kata mereka, Bu Hervina juga menghilang tanpa kabar. Bahkan, hilangnya Zainab sudah kulaporkan pada pihak berwajib. Entah apa yang terjadi pada istriku itu. Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya. Ke mana kamu, Za? Kenapa setega itu meninggalkan aku dan Zahira? Aku berjalan menyusuri trotoar di tengah Kota Jakarta. Satu tumpuk lembaran kertas dengan foto Zainab masih cukup banyak di tanganku. Tak peduli lagi pada panas cuaca saat ini, aku tetap berjalan sembari menyebarkan poster pencarian Zainab. Hingga alunan azan Zuhur menyadarkanku dari ratapan kosong sepanjang perjalanan. Ya, aku kurang mendekatkan diri pada Allah. Aku terlalu sibuk dengan dunia hingga lupa dengan kewajiban utama sebagai manusia. Meskipun salat lima waktu tidak pernah terlewat, tapi aku menyadari jika hati ini terlalu jauh dengan Sang Pencip
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

Tidak Mungkin Zainab-ku

"Saya mencari pasien bernama Zainab yang masuk ke rumah sakit ini bersamaan dengan Bu Hervina."Entah benar atau salah rangkaian pertanyaanku. Yang kulihat, perawat di hadapan itu mengernyitkan alis. Mungkin bingung. "Bu Hervina yang meninggal dan baru saja dibawa pulang keluarganya," lanjutku. Perawat itu langsung mengangguk paham dan mulai mencari data di komputer. "Ada satu pasien perempuan yang memang datang bersamaan dengan Bu Hervina dan keadaannya kritis. Untuk saat ini, pasien masih dirawat di ruang ICU, tapi kami dari pihak rumah sakit belum mengetahui identitasnya."Seketika pandanganku memburamkan, tapi sekuat tenaga untuk. mempertahankan kesadaran. Aku tidak boleh lemah. Jika itu benar Zainab, aku harus menguatkannya untuk bertahan. "Kalau boleh saya tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Kenapa bisa sefatal itu akibatnya?" Aku berpegangan pada pembatas kayu yang setinggi dada. Kepala ini rasanya ikut berputar. "Mereka menjadi korban kecelakaan beruntun di ja
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status