Home / Fiksi Remaja / Goyangan Pohon Beringin / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Goyangan Pohon Beringin: Chapter 61 - Chapter 70

73 Chapters

Kolor Berwarna

Jumari masih bengong melihat anaknya datang dalam keadan utuh tidak kurang satu apapun. Kemudian dia berjalan mendekat dan memutar badan Adrian. “Kamu beneran Adrian? Bukan setan?” “Ye elah, masak kagak percaya ama anak sendiri. Tuh lihat, pegang apa pukul sekalian. Kaki gue juga nyentuh tanah,” ucap Adrian meraih tangan Jumari untuk dan diletakkan di tubuhnya. “Busyett, kamu emang punya nyawa rangkap. Keren amat anakku ini.” ucap Jumari sambil menggelengkan kepalanya. Kedua anak itu terlihat saling memandang dengan melihat ke arah Jumari yang masih tersenyum misterius. Mereka tidak lama teriam mematung di teras kemudian masuk ke lama rumah dan melihat bapak Adrian tetap berada di luar. “Yah, amang berapa lama mau tetap di luar?” kata Adrian agak kencang supaya Jumari mendengarnya. “Astaga, kalian tidak ada sopannya. Bapak malah ditinggal,” ucapnya lantas masuk dan mengunci pintu dari dalam rumah. Jumari langsung masuk ke dalam dapur menemui istinya yang baru saja keluar dari ka
Read more

Kelaparan

Kedua anak yang baru bangun itu tentu saja bingung, melihat Jumari dan Jamilah berselisih dan membuat ribut di kamar mereka. Rasa capek yang menyerang keduanya membuat meraka marah dan merasa terganggu. Adrian mengusir kedua orang tuanya dengan halus. “Hallo bapak, emak gue yang paling baik sedunia. Anaknya baru datang, sekarang capek ye ... mau tidur. Jangan ganggu! Udah, sana pergi dulu, kita mau lanjutin mimpi,” ucap Adrian menatap bergantian ke arah Jumari dan Jamilah yang masih berdiri mematung di pinggir ranjangnya. “Sik, bentar. Lu dapet kolor dari mana? Kita heboh sejak tadi gara-gara kolor lu, yang kayak lampu disco, gatin-ganti warna,” ucap Jamilah jujur sambil berkacak pinggang. “Hahh ... masa, mana ada, Mak?! Jangan ngarang, gue sejak tadi anteng tidur. Kagak ada yang gangguin. Nih, kalau kagak percaya!” ucap Adrian seketika berdiri dari ranjang dan melepas celana kolornya dengan cepat. Ketiga orang yang ada di sana tentu saja terkejut menganga mulutnya lebar-lebar meli
Read more

Pernyataan Kakek Hesta

Suasana rumah mendadak kacau akibat ulah Adrian. Anak yang baru saja pulang setelah berhari-hari menghilang membuat kesal ibunya. Namun mereka tidak berani memarahi Adrian. Takut kejadian aneh datang dan merasuki tubuh Adrian kembali. Sudah sejak lama mereka mencari orang pintar untuk memulihkan kondisi anak mereka agar normal kembali. Jumari dan Jamilah duduk ngobrol di teras rumah. Rencananya mereka akan mengobatkan Adrian dan Wandi yang sudah mulai berubah semenjak mengenal Hesta gadis hutan itu. Wujud yang belum pernah mereka temui selama ini, hanya mendapatkan cerita dari kedua anaknya. Apalagi setelah hilang, tidak tahu jejak mereka sama sekali. Sudah putar keliling kampung sampai luar kampung, belum mendapatkan orang yang bisa menyembuhkan anak-anak mereka. “Kita seperti punya anak yang punya gangguan mental aja, Dik. Lu ngerasa nggak kalau rumah kita ini auranya sudah beda semenjak Adrian bersama gadis yang bernama Hesta?”“Beda piye to Bang? Aku nggak ngerasa apa-apa tuh. Ap
Read more

Sesion 2

“Ya ampun, Andrian! Itu bantal udah kayak pulau,” teriak Jamilah melihat Adrian setiap hari seperti orang pingsan kalau tidur. “Biarin lah, Dek! Lagian dia juga baru sembuh, jangan marahin. Takutnya nanti balik ilang lagi ke hutan gimana?” sahut Jumari “Ya udah, kita buat adek lagi untuk dia. Biar nggak sepi rumah ini,” ucap Jamilah menarik tangan suaminya Jumari keluar dari kamar. “Ayok, gasss!” "Cinta berawal dari pandangan mata, kemudian turun ke hati dan hilang tanpa ada yang mengetahuinya, bagai kentut yang tersembunyi." *** Suasana pagi yang dingin membuat dua orang yang ada di bawah selimut makin tenggelam dalam dengkuran keras. Tidak perduli ada suara berisik di sekitar rumah Andrian. Penghuni rumah tetap nyaman berada di alam mimpi. Bahkan Andrian dengan nyaman memeluk guling yang dianggapnya cewek. Semenjak kejadian hilangnya Andrian dan Wandi di dalam hutan beberapa bulan yang lalu, kedua orang tua Adrian dan Wandi membawanya ke orang pintar. Mereka menyelamatkan Andr
Read more

Nonton Pasar malam

“Wandi, lo kagak apel ke rumah Tina?” ucap Adrian sambil mengunyah roti jawa rasa singkong di teras rumah.Semenjak kejadian hilangnya Adrian, Wandi semakin dekat dengan Tina. Gadis yang awalnya menyukai Adrian kini berbalik arah, nengok ke temannya karean merasa diabaikan oleh Adrian. Meskipun wajah Wandi pas-pasan, tetapi Tina nyaman jalan bersama dengan Wandi. Keduanya sangat kompak dan sering jalan bersama, hingga melupakan Adrian yang belum punya pasangan.“Lo tadi kayaknya bilang mo pergi ama Emak. Emang mau ke mana? Udah punya gebetan baru, kayaknya?” tanya Wandi mengunyah roti yang rasa singkong dengan lahap.“Suntuk di rumah, apa-apa diawasin terus. Udah kayak satpam 24 jam tuh Emak sama Bapak. Yuk kita ke mana gitu? Ada pasar malem kagak? Mumpung malam minggu, sepi di rumah. Emak ama Bapak, lagi sibuk di kamar.”Wandi tertawa,”Lo makanya cari cewek! Jangan inget demit itu lagi. Yuk, cabut!”Sementara di rumah Adrian terlihat sangat tenang. Kedua orang tuanya membiarkan anak
Read more

Stan Martabak

Adrian yang keluar dari warung soto, merasakan hal yang terasa aneh di sekitarnya. Suasana malam yang ramai terasa sunyi bagi Adrian. Hujan rintik mulai turun membuat ketiga pemuda itu berteduh di bawah stan penjual martabak, yang ada di dekat parkir sepeda motor. Mereka mulai bosan karena Wandi dan Tina tidak juga muncul sementara waktu malam semakin bergulir hingga lebih dari pukul 22.00. Bukan bertambah sepi alun-alun kota, tetapi semaki ramai karena besuk adalah Minggu. Hal ini tentu tidak seperti yang dirasakan ketiga pemuda yang sekarang mulai menghisap rokok untuk menghilangkan kantuk dan jenuh menunggu Wandi yang tidak juga muncul. Sesekali tertawa dengan celoteh murahan gaya anak muda. “Yan, Lo kalau punya cewek lagi tipenya kayak apa?” tanya Ardi menepuk bahu Andrian. Dia ingat betul, jika temannya ini dulu alergi sekali dengan yang namanya cewek, apalagi yang manja seperti Tina. “Lo seperti kagak ngerti gue aja. Lo sendiri mau tipe kayak siapa? Pasti sama kalian berdua,
Read more

Rejeki Nomplok

Tiang Stan martabak yang terbuat dari besi, seketika bergoyang. Dua muda-mudi mendadak panik dan saling memeluk. Hidung Tina merasakan bau tidak enak dari Wandi, matanya menunduk melihat celana Wandi yang basah. Seketika Tina mendorong pemuda itu hingga jatuh ke tanah yang basah akibat terkena air hujan. Wandi bersungut, mau marah tidak mungkin dengan ceweknya. Memang dia merasa pantas untuk didorong karena sudah membuat Tina jijik dengannya. Bibir tebal Wandi mengurai senyum sambil meringis menahan ngilu di pantat. Dengan menarahn berat badan dia berusaha berdiri dan mendekat ke Tina yang gemetar melihat sosok di di depan yang menyeramkan. “Sabar, Tin! Gue pasti akan lindungi, Elo. Sory, i-ini celana ….” “U-udah, Wan! Buruan, kita pergi dari sini! Kayaknya emang ….” Wandi segera menarik tangan Tina untuk diajak keluar dari stan penjual martabak. Suasana di luar terlihat sepi, bahkan tidak ada orang yang lalu lalang seperti saat masuk ke stan martabak. Bulu kuduk Wandi dan Tina seke
Read more

Kenagan Bersama Hesta

Sementara di tempat lain, Adrian dan kedua temannya yang kesal akibat ulah Wandi segera pergi dari stan penjual martabak. Mereka menuju ke arah parkiran yang jaraknya agak jauh dari tempat asal berteduh. Niat mereka bertiga hendak meninggalkan Wandi dan Tina, yang sudah curang dan tidak lagi memikirkan teman. Setelah mendapatkan motor dari tukang parrkir, ketiganya bergegas melajukan kendaraan menuju desa tempat tinggal mereka. Sepanjang jalan, baik Adrian dan kedua temannya memaki Wandi yang tidak setia kawan ucapan kotor. Tidak sadar, jika dari arah belakang ada bayangan hitam mengikutinya. Bayangan perempuan dengan rambut panjang menyeringai menatap Adrian dan kedua teman yang melajukan sepeda motor dengan kencang. Hujan gerimis di tengah malam tidak mereka perdulikan, hingga laju kotor berhenti di perbatasan desa. “Yan, gue kog merasa ada yang membuntuti kita,” kata Ardi sambil bersedekap. “Kagak usah mikir yang aneh-aneh. Gue bingung, entar gimana ngomong sama Emaknya Wandi dan
Read more

Adrian Linglung

Adrian membuka mata dan marah karena tubuhnya sudah basah. Dia menatap nanar ke arah Wandi yang berdiri tepat di sebelah kasurnya. Dengan cepat pemuda itu berdiri dan mencengkeram krah bajunya. Tapi belum sempat menarik baju Wandi, seseorang menariknya ke belakang. Jumari dengan cepat menarik tubuh anaknya menjauh dari Wandi.“Kamu ini apa-apa an? Mau berkelahi? Udah ditolongin masih masih tidak sadar,” kata Jumari dari samping anaknya dengan menahan tangan Adrian.“Bapak! Dia sudah menyiram aku dengan air. Kurang ajar benget, tidak sopan. Nih lihat, kasurku basah baju juga basah!” kata Adrian dengan dengan napas memburu.“Duduk!” perintah Jumari menarik Adrian duduk di tepi ranjang yang basah karena air. “Sekarang kamu liat, tuh jam berapa?” tangan Jumari menunjuk ke arah jam yang ada di meja.“Astagahh … itu bener jamnya?”Adrian melongo melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Itu artinya dia sudah melewatkan waktu untuk bermain balap motor pagi itu. Padahal acara lomb
Read more

Muncul Lagi

Selagi Ardi berteriak dari atas tangga, Wandi yang ada di bawah terkejut. Tangan yang memegang tangga menyenggol dan mengakibatkan tangga oleng dan ambruk. Beruntung Ardi memegang tembok bagian atas. Dia tidak terjatuh tapi bergantung di dinding dan celana pendek yang melorot hingga terlihat pantat. “Woii!! Lu malah ketawa, buruan tangan gue udah pegel!” teriak Ardi melihat Wandi tidak segera menolongnya. Dengan menahan tawa, Wandi segera mengambil tangga besi dan menempatkan tepat di sebelah Ardi yang menggantung. Setelah kaki Ardi menginjak tangga, buru-buru memberitahu jika Adrian dalam keadaan seperti orang tidur. Tapi naas belum sempat Ardi melihat kondisi di dalam kamar mandi, pintu terbuka mengarah keluar an menghantam tangga. Otomatis tangga yang menjadi injakan Ardi ambruk lagi dan Adri menggantung di dinding. “Astagahh …! Wandi!! Kalian tega ama guee!!” teriaknya dari atas. Adrian yang baru keluar dari dalam, tidak menghiraukan kehadiran kedua temannya. Membuat Ardi dan W
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status