Home / Fiksi Remaja / Goyangan Pohon Beringin / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Goyangan Pohon Beringin: Chapter 41 - Chapter 50

73 Chapters

Mencari Adrian

Adrian terkejut tetapi sayang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya mulutnya yang berusaha bicara dengan tersengal, tangannya mengapai meminta pertolongan. Tubuhnya berdiri sempoyongan, berusaha meraih apa saja yang ada di sana. Berjalan terhuyung tidak tentu arah mengelilingi pohon beringin yang mulai rontok daunnya. Berulangkali Adrian menabrak batang pohon beringin dan membuatnya terjatuh. Namun kembali bergerak bangkit."Gue gak boleh mati, gu masih ingin hidup bersama dengan Hesta, kurang asem ternyata tadi itu bukan kekasih gue. Dia makhluk jadian ... mengapa gue bodo banget. Bisa-bisanya nurut sama dia," ucapnya dalam hati.Sedangkan gadis yang menyerupai Hesta sudah mengilang dengan meninggalkan sisa tawanya masih menggema di sekitar pohon. Adrian tersadar jika dirinya sendirian. Makanan apa yang sudah diberikan gadis jelmaan itu? Mungkin saja racun untuk membunuhnya. Pikirannya sudah buruk berusaha mencari ponselnya di saku."SII ... ALL!! Kenapa gue nggak bawa ponsel?
Read more

Kain berdarah di Jok Motor

Tangan Wandi meraih helm yang ada di atas setir, tidak sengaja matanya melihat kunci sepeda motor masih menancap di lobangnya. Matanya dikucek berkali-kali tidak percaya. Selama ini ia tidak pernah melihat Adrian meininggalkan kunci sembarangan saat berada di sekolah. Menyentuh kunci motor memastikan hal ini nyata. Sang pemilik motor tidak berada di tempatnya, bagaimana bisa meninggalkan kunci dengan ceroboh seperti itu. Wandi melotot ketika melihat kain yang ada bercak darah waktu itu, terselip di bawah jok motor. Dia teringat akan warna kain yang pernah membuat mereka terjaga hingga tengah malam.Perlahan, ia buka jok motor Adrian dengan jantung dag dig dug derr ... ingin loncat saat melihat dengan mata kepala kain itu bertengger di sana.“ASTAGA!!!” teriaknya membuat Tina menoleh ke arah Wandi.“Apa an sih?! Cepetan! Lelet banget!” teriak Tina melotot ke arah Wandi.“TIIINNN ...!! TINAAAA ...!!” teriak Wandi melambaikan tangan ke arah teman gadisnya itu.Dengan kesal Tina turun dar
Read more

Bau Tidak Sedap

Wandi segera melajukan sepeda Adrian menyusul Tina yang pulang terlebih dahulu. Di dalam hatinya Tina tidak tega meninggalkan temannya yang memang penakut. Tetapi karena perasaan dan kesal membuatnya dirinya kehilangan akal sehat. Dengan berat hati akhirnya ia membuat pelan laju motornya, sambil menunggu barangkali Wandi menyusulnya. Benar dugaannya, setelah beberapa menit melihat dari kaca spion Wandi mengendarai sepeda motor CB milik Adrian.Bahagianya gagi hati Wandi, melihat Tina teman cantiknya masih mau menunggu. Meskipun tanpa ucapan akhirnya mereka berdua melajukan sepeda motor pulang ke rumah. Memarkirkan motor di teras rumah dan berniat mencari kunci rumah yang ada di dalam tasnya. Baru saja tangannya masuk ke dalam tas, merasa ada yang aneh terasa di tangannya.“I-ini ... ini apa ya? Kog rasanya empuk-empuk gitu? Perasaan gue nggak naruh apa-apa tadi di tas,” batin Wandi masih meraba-raba isi tasnya.Perlahan ia mengambil barang itu dari dalam tas, dan matanya melotot seaka
Read more

Berkeringat

Badrun berusaha menepis bau yang sudah melekat di tangannya. Namun sayang detergent tidak mampu menghilangkannya dengan cepat. Terpaksa dia muntahkan isi perut yang sudah teraduk-aduk sejak tadi. “Wuekkk ...!! Apaan ini? Ya Tuhan. Apa dosaku? Mengapa sial bener aku hari ini,” sungutnya sambil menahan napas.“Siti ... Siti ... kamu tega benar ama suami sendiri. Masak kotoran ayam ada di sabun mandi. Ya Tuhan, karma apa diriku sama kamu,” keluhnya sambil membersihkan tangan berulang kali dengan sabun detergent.“Mas ... Mas ... lama amat di dalam?! Kebelet nih aku,” terdengar teriakan Siti dari luar.Pintu kamar mandi terbuka, nampak samar wajah Badrun suaminya berkeringat. Membuat perempuan desa beranak satu itu mengurungkan niatnya untuk memarahi suami tercintanya. Meraih wajah Badrun yang terlihat ganteng di matanya. Dialah satu-satunya pria yang sudah memporak porandakan hati dan jiwanya selama ini.“Ka- kamu kenapa Mas? Sakit? Sini duduk dulu,” tanya Siti sambil memegang tangan B
Read more

Kakek Hesta datang lagi

Badrun akhirnya balik dan melakukan mandi besar. Sedangkan Siti kembali ke kamar untuk membereskan kamar mereka yang masih berantakan dan belum selesai aktifitas olah raga keringat bersama sang suami. Terdengar helaan napas berat saat mengingat olar raga yang belum tersesaikan tadi. Tetapi pikirannya kembali kepada Wandi anak semata wayangnya yang mulai aneh lagi. Setelah membereskan sprei yang bau keringat, Siti bergegas keluar menemui Wandi yang meringkuk di kamar seperti anak kecil.“Ini anak kenapa jadi begini? Astaga apa benar dia kerasukan setan? Gue harus cepat bicara sama bapaknya,” gumam Siti keluar dari kamar dan menemui suaminya.Sementara Badrun yang sudah selesai dengan dan berdandan rapi, keluar rumah. Mendapati sepeda motor milik Adrian yang terparkir di teras terlihat heran. Dengan cepat Badrun mengeluarka sepeda motornya keluar rumah tanpa pamit dengan istrinya. Siti yang mencarinya hanya menggelengkan kepala ketika melihat sang suami sudah berada di atas sepeda. Keb
Read more

Mencari Adrian

Siti terkejut melihat sosok kakek tua yang ada di hadapannya. Bibirnya kaku tidak bisa membuka kata, hanya gerakan tangan yang menutup bibir tanpa warna itu. Sementara Wandi yang diam di dalam ruang tamu mersakan keganjilan terhadap ibunya melangkah mendekati pintu. Sosok kakek belum terlihat olehnya hanya suara saja,membuatnya sudah merinding.“Mak, siapa yang datang malam-malam?” tanyanya melihat Siti diam mematung di depan pintu.Wandi terus berjalan dan mendekat,” Ka-kakek? I-ini benar kakek Hesta? A-ada apa Kek?” suaranya gagap antar takut dan bingung.Kakek yang ada di hadapan mereka mamang kakek Hesta, yang pernah Wandi lihat bersama dengan Adrian. Dia heran mengapa sampai kakek datang ke rumahnya? Padahal beliau tidak tahu alamat rumah mereka. Jangan-jangan mengikuti dirinya sampai rumah saat pulang bersama Adrian tempo hari itu. “Lu kenal ama kakek ini sayang? Kenal di mana? Horor banget kayaknya?” cecar Siti masih tak lepas tatapannya dengan kakek mirip dengan Kakeknya Hest
Read more

Julukan Wandi

Sejenak Ayah Tina melihat ke arah Wandi, tidak tega membiarkan pemuda itu berdiri lama di sepan pintu. Apalagi cuaca dingin disertai dengan gerimis tipis membuat cowok kering itu telihat menyedihkan. Akhirnya Ayah Tina mengajaknya masuk dan memanggil anak perempuannya. Dirinya tidak tega membiarkan kedua anak berlama-lama bertemu.“Cepat katakan! Apa mau kamu dengan anakku?” ucapnya tegas membuat Wandi gelagapan. Pasalnya dia belum bercerita soal Adrian dan kakek Hesta yang datang ke rumahnya.“Begini Tin, tadi kita kan pulang tanpa melihat Adrian ada di mana? Nah, baru saja kakeknya Hesta datang ke rumah ngasih tahu kalo Adrian masih ada di ....” ucapnya tidak diteruskan melirik ke arah ayahnya Tina takut kena marah.“Lu kalo ngomong cepetan napa? Gue juga udah ngantuk banget ‘Ndi. Di mana? Temen lu yang resek itu? Wooaahh ... hemm,” tanya Tina sambil berkali- kali menguap.Wandi melihat ke Ayah Tina memastikan jika beliau tidak mendengarkan percakapan mereka karena jaraknya jauh. Na
Read more

Mereka datang lagi

Bulu kuduk keduanya terasa merinding merasakan desiran angin sepoi menerpa wajah mereka. Suasana sunyi mencekam membuat keduanya saling memeluk sambil berjalan melihat sekitar pohon. Sejenak berhenti melihat tidak ada tanda-tanda Adrian berada di sekitar pohon itu.“Ini Wandi bohong atau gimana sih ‘Nduk? Anaknya nggak ada gitu loh. Pengen jewer kuping jadinya,” ucap Efendi menahan kesal.“Wandi nggak pernah bo’ong Pak. Apa ... apa mungkin Adrian sudah pulang ya? Kita tadi kog buru-buru ke sini? Nggak nanya dulu sama orang tua Adrian. Barangkali dia udah sampai rumah.”“Iyo bener kui. Lah ngopo tadi nggak kepikiran telpon orang tuanya? Astaga ... kita jadi ikut-ikutan Wandi oleng. Ya udah kita balik saja, coba lu hubungi bapaknya Adrian!” perintah Efendi menarik tangan Tina menjauh dari pohon beringin.Baru beberapa langkah mereka berjalan terdengar sesorang memangil, ”Selamat malam.”Suara terdengar serak laki-laki lamat dari kejauhan. Keduanya saling berpandangan dan menghentikan la
Read more

Adrian Hilang

Kakek yang diyakini adalah kakek Hesta menurut Tina, terus bergerak hingga tepat berada di bawah pohon beringin. Terlihat samar pohon bergerak lambat di bawah sinar rembulan. Tidak ada angin yang berhembus, bahkan suasana sunyi mencekam. Suara binatang malam sayup tedengar di sekitar pohon. Tina dan ayahnya tidak sadar jika keduanya sudah berada di dalam pengaruh kakek yang baru saja datang. Mereka terus berjalan megikuti kakek yang mirib dengan kakeknya Hesta.Sayup terdengar suara panggilan seseorang, namun keduanya seolah tidak mendengarkan panggilan tersebut. Mereka hanya fokus dengan tubuh yang terbaring di atas batu yang ditunjuk oleh sang kakek.“Berhenti dan diam di situ!” perintah kakek dengan nada keras.Ayah dan anak pun berhenti tetap saling memeluk. Tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Hingga tubuh yang ada di atas batu mulai bergerak berusaha untuk bangun dari tidurnya. Perlahan tubuh itu mulai duduk di atas batu. Tina terbelalak, melihat yang ada di sana samar te
Read more

Hesta kembali

Dia juga terkejut dengan informasi mengenai anaknya. Mereka sepakat mencari bantuan agar anak-anak mereka segera di ketemukan.“Baiklah gue tunggu kalian di sini. Agak cepat ya! Ini anak gue juga sedang pingsan butuh bantuan juga,” ucapnya mengakhiri telpon.Sambil menunggu semua datang Efendi menghubungi keluarganya untuk membawa Tina pulang. Tidak menunggu lama anak sulung dan salah seorang tetangganya datang dengan membawa sepeda motor. Mereka akhirnya membawa Tina pulang dengan mobil dan meninggalkan Efendi sendiri dengan sepeda motor yang baru saja mereka bawa.Dengan rasa dingin yang mencengkeram kulitnya, Efendi masih menyorot segala arah dengan menggunakan ponselnya. Suasana gelap dengan gerimis mulai turun membuat suasana semakin menyeramkan. Terlihat pohon di depan Efendi menggerakkan daun dan rantingnya di bawah sinar rembulan. Bulu kuduk merinding seiring dengan suara binatang hutan yang lirih terdengar di telinga.Meskipun tempat dirinya saat ini jalan raya yang dilewati
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status