Home / Romansa / Pembalasan Mantan Istri CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pembalasan Mantan Istri CEO: Chapter 81 - Chapter 90

189 Chapters

Bab 81

Rintik hujan mulai mengguyur dari subuh. Kumi tetap berdiri dengan sabar di depan pintu gerbang rumah Arka. Ia berharap seseorang mau membukakan pintu untuknya. Terdengar suara gemeletuk giginya menahan dingin, sedangkan kakinya gemetar kelelahan menopang badan setelah berjam-jam berdiri. Namun, Kumi berusaha untuk tetap bertahan. Ia menghalau semua penderitaannya supaya ia bisa bertemu dengan sang buah hati. Yashi yang membuat semangat wanita itu berkobar menjalani hidup. Permata hati yang ia puja dan di sayang-sayang. Kumi tak kuat menahan rasa rindu pada Yashi. Rasa rindu yang membuatnya ingin mati. Tiap hari ia menderita sebab tak bisa melihat dan memeluknya. Semenjak Arka dan keluarganya memblokir nomornya. Pikiran Kumi sering kosong, ketakutannya akan dipisahkan dengan Yashi semakin tampak nyata. Digigitnya bibir bawahnya hingga terluka. “Pak, tolong bukakan pintu, saya ingin bertemu anak saya,” Kumi berkata dengan meratap pada satpam yang
Read more

Bab 82

“Saya bukan maling, Mba tenang. Jangan panik. Saya Kumi, mantan istrinya Arka. Saya ibunya Yashi. Saya pingin ketemu anak saya Mba. Tolong saya… tolong,” kata Kumi dengan mata berkaca-kaca dan suara gemetar. “Bagaimana saya percaya kamu!” tanya Karsinah, menekan suaranya. Kumi kebingungan, bagaimana caranya dia membuat pembatu Arka percaya kepadanya. Dia lalu merogoh sakunya dan mengacungkan 2 botol ASI ke hadapan Karsinah. “Untuk apa saya mengendap-ngendap begini masuk ke rumah orang, bila saya tak cinta anak Mba?” Kumi mengusap air matanya yang menetes. Rupanya Karsinah terenyuh. Dia sudah mendengar obrolan antara Nyonya dan anaknya, tentang Yashi dan Kumi. “Yashi tidur sama Nyonya di atas. Dia masih agak rewel. Gak mau susu.” Karsinah melongok ke luar jendela. Dia sangat takut sekali mereka akan menemukan Kumi di kamarnya. Sedangkan di luar rumah Arka. “Sialan! Mana temanmu tadi?” tanya satpam sewot. Dia tak melihat Kumi. “Meneke
Read more

Bab 83

Saiful menyeringai, wajahnya tampak puas. Dia lalu menyeret tangan Kumi dengan kasar, membawanya ke pintu belakang, dan menendang pantat wanita itu hingga dia jatuh tersungkur ke tanah. “Kali ini aku berbaik hati. Aku tidak akan melaporkan kelakuanmu pada Nyonya. Tapi lain kali, awas!” “Terima kasih Pak,” sahut Kumi. Meski hatinya sakit mendapatkan perlakuan buruk dari satpam itu, tapi ia senang bisa memberikan ASI buat Yashi. ia yakin Karsinah bisa membantunya. Kumi melangkahkan kakinya, menyusuri jalan tanpa tujuan. Ia memang belum tahu ke mana ia akan pergi, karena hatinya tak bisa jauh dari putrinya. Wanita itu terus berjalan dengan gontai. Ia tahu fisik dan pikirannya amat lelah. Saat melewati sebuah masjid, hati Kumi tergerak untuk berhenti. Dia membasuh mukanya yang berdebu dengan air dingin yang mengucur dari kran. Pori-pori wajah Kumi terbuka, membuat mukanya yang tadi layu kembali berseri. Kumi lalu mengambil wudhu, kemudian dia melangk
Read more

Bab 84

Kumi melihat Nora bersembunyi di balik tanaman perdu di depan kamarnya. “Sorry Kumi, aku hanya mau memastikan kamu tinggal dimana?” kata Nora. “Aku pulang sekarang.” Rumah Emak Lela masih asri, dengan gaya rumah Betawi yang memili teras yang luas dengan kursi dan amben yang terbuat dari bambu untuk menerima tamu. Ada pohon rambutan dan mangga tumbuh subur di halamannya. Emak Lela memiliki kos-kosan 20 pintu. Lokasinya berada di belakang rumahnya. Para penghuninya kebanyakan anak mahasiswa dan pekerja. Akan tetapi Kumi menempati bangunan yang dulunya di pakai keponakan Mak Lela, Zaid yang kini berada di Australia. Bangunan itu berada di samping rumah Emak Lela. Kumi beruntung mendapatkan tempat kost di rumah Emak Lela, yang memiliki fasilitas lengkap. Ada tempat tidur, lemari, meja juga pendingin ruangan, dan kamar mandi dalam. Biaya sewa tiap bulannya 1 juta rupiah sudah termasuk air. Harga itu tergolong sangat murah.
Read more

Bab 85

“Yaelah Nya, Yu Karsinah tahu dari Youtube,” timpal Diwen menyelamatkan Karsinah. Rini melihat Youtube Yashi Channel dan ia baru percaya dengan omongan Diwen. “Weh, beneran, sekarang ulang tahun Yashi.” Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah. “Karsinah, tolong jaga Yashi. Ibu mau mencari Arka dulu.” “Diwen, apa Arka sudah bangun?” tanya Rini dengan tergopoh-gopoh. Dia memiliki rencana brilian untuk merayakan ulang tahun cucunya itu. “Belum Nya. Baru tuan saja yang bangun.” Rini kemudian mendatangi kamar Arka. “Arka… Arka… apa kamu sudah bangun? Mama mau bicara penting.” Rhea membuka pintu dengan malas dan bersungut-sungut. Ia kesal sekali semenjak ada Yashi, tidurnya tidak nyenyak sama sekali. “Ada apa sih Ma, pagi-pagi sudah ribut.” Ia menguap, merentangkan kedua tangannya ke atas lalu berdiri di tengah-tengah pintu, kedua tangannya menyilang di depan dadanya. Rini muak melihat sikap arogan Rhea. “Arka mana? M
Read more

Bab 86

“Sudahlah Pa, kita ikuti Mama saja. Rumah juga jauh lebih hidup karena ada suara tawa dan tangisan anak kecil.” Arka membela mamanya. Dia lalu bersiap-siap pergi ke kantor untuk menghindari perdebatan. Teguh menarik napas panjang, ia mengalihkan pandangannya ke Rhea yang menatapnya dengan muka masam. “Mati aku sekarang,” katanya dalam hati. Ia sadar, Arka dan istrinya akan menjadi batu sandungan besar untuk menjalin hubungan dengan Rhea. Dia mencari jalan keluar. Arka mencium kening istrinya. “Kalau kamu sempat, bantulah Mama mempersiapkan ulang tahun Yashi,” pinta Arka. “Malas ah, lebih baik aku pergi,” Rhea menentang keinginan Arka. Arka diam, dia tahu Rhea bakalan menolak permintaannya, ia saja yang terlalu berharap lebih istrinya mau mengubah pikiran dan bersikap baik pada mamanya juga Yashi. “Terserah kamu, dengan begitu dengan senang hati aku mengurangi jatah belanjamu,” ucap Arka santai. “Eh, gak bisa begitu! Enak saja!” Rhea
Read more

Bab 87

“Maaf Pak, saya tidak bisa mencegah Pak Shaka masuk,” kata Niken dengan wajah ketakutan melihat sang big bos datang dan langsung menerkam Arka. “Niken, pergi! Tutup pintunya!” teriak Arka kesakitan. Ia tak berani melawan Shaka. “B-baik P-pak.” Wanita muda itu langsung menutup pintu. Ia kembali duduk di kursinya dengan perasaan tidak tenang. Berkali-kali ia mondar-mandir di depan pintu. Di ruangan Arka, tangan Shaka masih kuat mencengkeram kerah baju Arka. “Katakan padaku apa yang kamu lakukan pada Kumi, hah!” “Oke, oke akan saya katakan, tapi tolong lepaskan dulu tangan Bapak!” pinta Arka dengan suara serak. Shaka dengan kesal melepaskan tangannnya. Ia lalu duduk dengan menyilangkan kaki. Raut wajahnya kelihatan gusar sekali menunggu Arka berbicara. Arka melonggarkan dasinya, lalu bergerak perlahan mengambil dua kopi nescafe kaleng dingin di kulkas kecil di sudut ruangan dan meletakkannya di meja. Setelah itu Arka duduk berhadap-hadapan dengan Shaka. Lelaki itu membuka kopinya d
Read more

Bab 88

“Karsinah! Diwen! Sini!” teriak Rini. Hatinya mendadak panas oleh rasa cemburu yang tak jelas datangnya dari mana. Karsinah dan Diwen tergopoh-gopoh menemui Rini. “Apa kalian pernah melihat Tuan bermesraan dengan Rhea?” tanya Rini dengan suara parau. Diwen dan Karsinah saling pandang. “Eng… tidak Nya,” sahut keduanya gemetaran. “Jangan bohong! Saya yang membayar kalian bukan Rhea! Di sini kalian harus patuh dengan saya!” Rini memperhatikan Diwen dan Karsinah yang memilin-milin baju. Rini termangu, badannya terasa lemas. “Saya curiga, Tuan dan Rhea bermain api di belakang saya. Tapi saya belum punya bukti, selain Tuan yang suka mencuri pandang pada Rhea,” katanya sendu. “Sikap Tuan berubah belakangan ini. Terlebih semenjak ada Yashi. Dia tidak pernah menyentuh saya sama sekali.” Rini menceritakan keluh kesahnya pada kedua pembantunya. Karsinah dan Diwen mendengarkan dengan seksama. “Jadi tolong ka
Read more

Bab 89

Tangan kekar itu memaksa Kumi masuk ke dalam mobil, lalu mobil itu bergerak membawanya menjauh. Wanita itu diam di jok belakang, ia tak berani melawan karena takut perlawanannya akan mengancam nyawanya nanti. Setelah cukup lama mobil berjalan, mobil itu berbelok dan berhenti. Ada yang membuka pintu mobil. Seseorang masuk dan duduk di sampingnya. Seketika, hidung Kumi membaui aroma wood yang kental. Parfum yang amat ia kenal. Kumi menghirupnya dalam-dalam mengisi seluruh paru-parunya. Selanjutnya, sebuah tangan menyentuh pipi Kumi. Tangan itu lembut. Berbeda dengan tangan sebelumnya yang kasar. Jarak mereka begitu dekat, hingga Kumi bisa merasakan hembusan napas orang itu. Reaksi tubuhnya langsung gemetar. Rasa takut menyerangnya. Kemudian tangan itu membuka kain yang menutup mata dan mulut Kumi. “Kamu boleh ambil handphone dan uang saya. Tapi tolong jangan perkosa saya,” kata Kumi dengan suara serak. Matanya terpejam dan tangannya memohon-mohon. “Maaf sayang, aku harus melakukan i
Read more

Bab 90

Wow! 30 juta?? Kumi ingin melompat dan memeluk Shaka. Tawaran itu amat menggiurkan dan menggoda imannya. Ia bisa menabung dan merebut Yashi dari tangan Arka. Mmm… bagaimana dengan hatinya. Kuatkah ia melihat Shaka tiap hari? Bagaimana jika ia melihat Nada bermesraan dengan Shaka? Kumi gamang untuk membuat keputusan. “Sebentar, apa tujuanmu menawariku bekerja lagi denganmu?” Ia memandang Shaka dengan tatapan curiga. “Apakah kamu melihatku karena punya value, sebagai permintaan maaf, atau kamu mau melakukan affair denganku?” Ia menuntut penjelasan. Shaka tersenyum kecut. “Menurut penilaianmu, aku termasuk yang mana?” Ia berusaha memahami kecurigaan Kumi yang memiliki trust issue rendah pada orang yang berlaku baik padanya. “Mmm… tidak bisa kukatakan. Bisa jadi aku terlalu membentengi diri, sehingga aku tidak mau mudah percaya dengan tawaran yang too good to be true,” sahut Kumi santai. “Kalau begitu kamu kurang percaya diri. Terlepas dari perasaan
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status