“Aku tidak tahu Kak, tapi sepertinya sulit mencari lelaki yang seperti Abang Parang. Dia sangat sayang pada Sulis.” Dia menggendong Yashi yang mulai mengantuk, dan mengikuti langkah Kumi yang berjalan pelan di sisinya. “Ya, Abang memang baik, sama dengan adiknya,” jawab Kumi getir. “Apakah Kakak juga meninggalkan Pak Shaka?” tanya Sulis hati-hati. Ia tahu Sakha sangat sangat mencintai Kumi. “Iya.” Kumi tertawa kecil. Mungkin dia juga yang bodoh, melepas kenyamanan yang diberikan Sakha. Tapi, bila dilanjutkan bekerja, dia tak bakalan bisa melepas kenangan indah bersama lelaki itu. Tanpa sadar, Kumi memegang pipinya, desah napas dan bau parfum Shaka masih terasa menempel saat pipi mereka beradu. Kumi mendesah panjang. Meski berat, ia harus bisa melepas cintanya pada lelaki bermata coklat itu. Dalam perjalanan pulang ke rumah. Kumi menghidupkan ponsel dan ratusan notif langsung menyerbu masuk. Kumi menghela napas berat, ia sadar dirinya telah memb
Baca selengkapnya