Hati Kumi terasa berat, ia cepat-cepat melangkah ke luar dan menghirup udara segar di taman. Mbok Irah memanggil Kumi dan mengajaknya ke kamar Parang. “Bu, apa Ibu tidak bisa membantu Abang bertemu dengan Sulis. Saya kasihan sekali melihat Abang tersiksa begini,” katanya berkaca-kaca. Dia mengompres dahi Parang yang sedang demam tinggi. “Sulis… Sulis…” Lelaki itu mengigau dan menangis dalam tidurnya. Hati Kumi makin terenyuh melihatnya. Mbok Irah mengusap air matanya. “Bu Kumi, saya mau cerita, tapi tolong Ibu Kumi jangan marah pada saya.” Kumi mengangguk. Mbok Irah mulai bercerita. “Saya dan Mbok Yem sebenarnya tahu, Abang mencintai Sulis. Walaupun dia spesial, tapi dia sangat memperhatikan Sulis. Dia tahu bagaimana memperlakukan wanita. Abang sering cerita pada saya, dia ingin menikahi Sulis dan ingin memiliki anak seperti Yashi.” Kumi mendengarkan baik-baik, seraya telinganya awas pada suara yang mendekat
Read more