Share

Bab 73

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ayah termenung setelah mendapat telepon dari Teguh. Dia lalu mencari istrinya yang sedang menjemur baju di samping rumah. Baju yang dijejer rapi di jemuran di samping pohon belimbing. Jemuran yang biasanya penuh oleh baju-baju Yashi tampak lowong.

“Bu, apa kamu sudah telepon Kumi? Kapan katanya dia pulang?”

“Belum. Kumi katanya mendapat tugas penting dari Nenek, makanya Ibu gak berani mengganggu dia,” sahut Ibu. “Kok Ayah tumben menanyakan anak wedokmu? Ibu jadi curiga nih?” Wanita itu berbalik dan memandang wajah Ayah.

“Gak ada apa-apa. Ayah kangen sama Yashi. Biasanya sesibuk apapun Kumi bekerja, Biasanya dia selalu menyempatkan menelpon. Kenapa dua hari ini gak ya Bu? Apa dia ada masalah?” Ayah duduk di kursi dan melihat anak burung tekukur yang baru menetas di kandang.

Ibu terpengaruh dengan ucapan suaminya. “Iya juga ya. Coba Ibu telepon dulu.” Wanita paruh baya itu mengambil ponsel dan menelpon Kumi. Kedua alisnya berkerut. “Tel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 74

    “Aku tidak tahu Kak, tapi sepertinya sulit mencari lelaki yang seperti Abang Parang. Dia sangat sayang pada Sulis.” Dia menggendong Yashi yang mulai mengantuk, dan mengikuti langkah Kumi yang berjalan pelan di sisinya. “Ya, Abang memang baik, sama dengan adiknya,” jawab Kumi getir. “Apakah Kakak juga meninggalkan Pak Shaka?” tanya Sulis hati-hati. Ia tahu Sakha sangat sangat mencintai Kumi. “Iya.” Kumi tertawa kecil. Mungkin dia juga yang bodoh, melepas kenyamanan yang diberikan Sakha. Tapi, bila dilanjutkan bekerja, dia tak bakalan bisa melepas kenangan indah bersama lelaki itu. Tanpa sadar, Kumi memegang pipinya, desah napas dan bau parfum Shaka masih terasa menempel saat pipi mereka beradu. Kumi mendesah panjang. Meski berat, ia harus bisa melepas cintanya pada lelaki bermata coklat itu. Dalam perjalanan pulang ke rumah. Kumi menghidupkan ponsel dan ratusan notif langsung menyerbu masuk. Kumi menghela napas berat, ia sadar dirinya telah memb

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 75

    “Gak usah sok tahu kamu Mba!” semprot Ibu marah pada Mba Yuni. Dia lalu berbalik dan meninggalkan Mba Yuni sendirian. “Weleh-weleh, di tanya baik-baik lah kok marah-marah,” ucap Yuni pelan. Ia penasaran kenapa Ibu Kumi menangis memanggil-manggil nama Kumi. “Aku tunggu di sini saja, siapa tahu ntar ada perang besar.” Yuni berpikir begitu karena sudah lama ia tak mendapatkan gossip panas yang bisa ia bagikan pada ibu-ibu komplek. Tak lama kemudian. Khandra datang dan melihat Yuni berdiri di depan pintu gerbang sambil kepalanya celingukan. Sikapnya mencurigakan sekali. “Kenapa gak masuk ke dalam Tan, Ibu ada kok,” kata Khandra. Yuni gelagapan. “Eh, gak kok. Tante cuma penasaran, tadi ibumu menangis memanggil kakakmu. Ada apa sebenarnya to? Apa kakakmu minggat?” Pertanyaan Yuni yang bertubi-tubi membuat kening Khandra saling bertaut. “Gak tahu, Khandra baru pulang. Saran saya sih, daripada Tante Yuni di sini panas-panas, ngur

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 76

    “Jadi lo jauh-jauh ke sini, menemui gue, gara-gara Arka cerita sama elo kalo Shaka tunangan?” tanya Kumi. Cepat sekali berita pertunangan itu menyebar, pikir Kumi. Dia menduga dirinya menjadi buah bibir staf dan kolega Shaka saat ini. Pertunangan antara Shaka dan Nada pasti mengejutkan banyak orang. Karena telah banyak orang yang tahu hubungan percintaan antara Kumi dan Shaka acara ulang tahun di tempat kantor Arka beberapa bulan lalu. Shaka selama ini lengket dengan Kumi. Di mana ada Shaka selalu ada Kumi di sampingnya. “Iya. Setelah mendengar cerita dari Arka, gue langsung menghubungi elo tapi hape elo gak aktif. Setelah itu gue memutuskan meluncur ke rumah elo, eh malah nyokap elo nangis-nangis cerita tentang elo.” Nora mengambil pistachio dan memakannya pelan. “Terus gue ke Bandung dan gak sengaja bertemu dengan Sulis. Gue tahu dia dari I*******m lo.” Kumi mengamati Nora. “Gue juga gak nyangka, hidup gue bakalan berantakan,” jaw

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 77

    Seminggu berlalu dengan lamban, Kumi baru berani membuka pesan suara dan email dari Shaka. Tangisnya pecah, membaca kata demi kata darinya. Kumi, aku tulis ini, karena aku tidak tahu kapan aku bisa kembali menemuimu, Semenjak kepergianmu, hidupku terasa sangat hampa. Badanku terasa tak punya kepala. Terombang ambing tak tahu arah. Berjalan ke kantor sangatlah berat buatku saat ini. Bau parfummu masih melekat dan menyebar kuat di setiap dinding ruang, aroma itu meningkatkan kerinduan yang mencekik dada. Tahukah kamu? Aku selalu kesemsem dengan senyum manismu. Semakin keras aku menghalau bayangmu, semakin kuat cinta berakar dalam hati. Kumi… Meski cintaku kepadamu terhalang oleh restu. Tapi aku sadari hanya engkaulah wanita yang aku cinta. Kehadiranmu memberiku banyak makna. Kamu adalah napasku, yang memberiku semangat untuk terus hidup dan berkarya. Jika kemarin dan esok aku masih menyimpan cinta untukmu, tolong hargai itu karena dirimu memang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 78

    Kumi kesal sekali melihat lelaki yang berdiri di hadapannya. Ia yakin, Nora pasti telah memberitahu Arka tentangnya. Sekarang lelaki itu muncul di hadapannya di saat yang tidak tepat. Berulang kali ia mengumpat dalam hati, dengan sikap Nora yang tidak menjaga privasi Kumi. Sementara Arka memandang Yashi dengan tatapan takjub. Dia hendak memegang pipi Yashi yang gembul. Tapi tangan Kumi segera menampiknya dengan kasar. “Cantik sekali anakku!” “Jangan sentuh!” ucap Kumi kasar. Kumi mau menutup pintu gerbang, tapi terhalang oleh badan Arka yang besar. Kumi cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Arka menyusulnya, dan berhasil masuk ke dalam rumah sebelum wanita itu menutup pintu. “Tapi dia bayiku Kumi! Kamu tidak bisa menjauhkan aku darinya! Meski kita telah berpisah, tidak ada namanya bekas anak!” teriak Arka gusar. Dia tersinggung dan langsung masuk mau merebut Yashi dari gendongan Kumi. “Kubilang jangan sentuh!” mata Kumi melotot tegang.

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 79

    “Kalau aku berkata ia, apakah kamu percaya?” “Apa peduliku?” jawab Kumi. Lantas telinganya mendengar suara tangis Yashi dari kamar. Kumi bergerak menghampirinya. “Yashi lapar ya sayang?” Dia menggendong bayi cantik itu ke dapur, mendudukkan Yashi di kursi makannya lalu memberikan dia mainan. “Sebentar ya, Mommy mau masak dulu.” Kumi mengecup kening Yashi yang mulai asyik bermain. Sambil mengukus brokoli, ayam dan menanak nasi merah. Mata Kumi awas memperhatikan Arka. Ia sangat takut lelaki itu menyentuh Yashi. Wanita itu tertekan dengan adanya lelaki itu di rumahnya. Masakannya sudah matang. Kumi menyiapkan piring Yashi, meletakkan brokoli, ayam yang sudah dipotong kecil-kecil lalu nasi merah. Ia memasang celemek makan untuknya. Yashi dibiasakan makan sendiri. Makannya masih belepotan. Arka yang semenjak tadi mengamati gerak-gerik Kumi, tertarik untuk mengomentari cara Kumi merawat Yashi. “Kenapa gak kamu mau menyuapi Yashi. Dia masih kecil.”

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 80

    Bab 80 “Arka kembalikan Yashi! Kembalikan Yashi!” teriak Nora mengejar Arka. Tapi laki-laki itu sudah melesat jauh dari pandangannya. Nora masuk ke dalam dan melihat Kumi berdiri tegang. Dia mengguncang-guncang tubuh temannya itu. “Kumi… Kumi.” Dia menepuk-nepuk pipi Kumi. Kumi bergeming. Saking syoknya melihat Arka membawa kabur Yashi, tubuh Kumi kaku, lidahnya kelu sampai ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata. Hanya air matanya yang deras meluncur di pipinya. “Arka telah membawa Yashi.” Mendengar nama anaknya, otak Kumi seketika tersadar. Wanita itu terduduk lunglai, menyadari Yashi tidak bersamanya. Dia menangis kencang memanggil nama Yashi. ”Yashiiiiiii…” Setelah itu Kumi berlari keluar tanpa alas kaki rumah seperti orang kesetanan. Ia tak menghiraukan telapak kakinya terbakar saat menyentuh aspal. Yang dia tahu hanyalah bagaimana menemukan anak kesayangannya. Kumi terus berlari dan berlari

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 81

    Rintik hujan mulai mengguyur dari subuh. Kumi tetap berdiri dengan sabar di depan pintu gerbang rumah Arka. Ia berharap seseorang mau membukakan pintu untuknya. Terdengar suara gemeletuk giginya menahan dingin, sedangkan kakinya gemetar kelelahan menopang badan setelah berjam-jam berdiri. Namun, Kumi berusaha untuk tetap bertahan. Ia menghalau semua penderitaannya supaya ia bisa bertemu dengan sang buah hati. Yashi yang membuat semangat wanita itu berkobar menjalani hidup. Permata hati yang ia puja dan di sayang-sayang. Kumi tak kuat menahan rasa rindu pada Yashi. Rasa rindu yang membuatnya ingin mati. Tiap hari ia menderita sebab tak bisa melihat dan memeluknya. Semenjak Arka dan keluarganya memblokir nomornya. Pikiran Kumi sering kosong, ketakutannya akan dipisahkan dengan Yashi semakin tampak nyata. Digigitnya bibir bawahnya hingga terluka. “Pak, tolong bukakan pintu, saya ingin bertemu anak saya,” Kumi berkata dengan meratap pada satpam yang

Bab terbaru

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 189

    Bab 189 - episode terakhir Kumi buru-buru memakai gaun malamnya lalu menyusul Shaka di kantornya. Lelaki itu sedang menghidupkan laptop. Ia berdiri di depan pintu memandangi suaminya. “Apakah aku terlihat sangat buruk sehingga kamu tidak bernafsu denganku?” tanyanya sedih. “Tidak sayang, sama sekali tidak. Kamu membuatku bahagia,” senyum Shaka menghiasi wajahnya. Ia mendekati Kumi dan memeluknya hangat. “Tapi kenapa kamu tidak meneruskan tadi? Apa kamu tahu, aku sudah memimpikan malam pertama kita,” kata Kumi malu-malu. Shaka tertawa terbahak-bahak. “Dasar nakal.” Dia memencet hidung Kumi. “Aku sama denganmu, sama-sama merindukan malam pertama. Sayangnya kamu sedang menstruasi. Aku tidak tega melakukannya, meski aku sangat menginginkannya.” Ia lalu membopong Kumi dan memangkunya. Kumi tertunduk malu dan bergelayut manja pada Shaka, membaui aroma parfum yang membuatnya tergila-gila. “Untuk mengalihkan pikiran tadi, bolehkah aku bekerja dulu. Pekerjaanku menumpuk.” “Baiklah sayang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 188

    Bab 188 “Maaf Pak Shaka, Nenek Anda sudah meninggal dunia, jenazahnya baru saja dibawa ke kamar jenazah.” “Innalillahi wa inna illaihi rojiun.” Tubuh Shaka langsung lunglai, dia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Lelaki itu menangis tergugu. Perasaan bersalah menghantam dadanya. Ia menyesal tidak mendampingi neneknya saat sakaratul maut. “Maafkan Shaka Nek, maafkan Shaka. Kenapa Nenek tidak menunggu Shaka sebentar saja.” Kumi membawa kepala Shaka ke dadanya dan memeluknya erat. Dia tidak berkata apa-apa, selain memeluk Shaka. Menenangkan pria itu dan turut merasakan kesedihan yang kekasihnya rasakan. Alex sopir Shaka datang dengan setengah berlari dan kaget sewaktu melihat Kumi dan keluarganya datang. “Maaf Pak, kami berusaha menghubungi Bapak, tapi telpon Bapak tidak aktif.” Dengan mata sembab, Shaka memeriksa ponselnya. “Maaf Alex, telpon saya mati. Saya lupa membawa charger saat ke Bali.” Itu adalah sederet kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya sulit fokus setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 187

    Bab 187Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.Shaka mengulum senyum memandang Kumi. Sedangkan Kumi, hatinya bergetar hebat. Dirinya mendadak canggung berdua dengan Shaka di kamar.“Enak juga kamar homestaynya. Aku jadi pingin membuat rumah seperti ini,” kata Shaka mengoyak kesunyian. Dia menduduki kursi yang dipakai Ibu tadi sambil matanya berkeliling menyusuri tiap sudut ruang.“Sama. Aku juga juga pengen tinggal di Ubud dan punya penginapan yang mengacu pada back to nature. Bangunanannya menggunakan bahan lokal, halamannya luas, ada kebun sayur dan binatang seperti kelinci, ayam dan…” Kumi berbicara dengan antusias dia melupakan rasa pening yang mendera kepalanya.“Ikan, kambing.” Shaka tertawa kecil meneruskan kata-kata Kumi dengan mata berbinar-binar. Dia duduk dengan relaks. Kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya.“Menyenangkan sekali hidup di pinggiran kota dengan orang-orang yang kita cintai. Aku bisa semingg

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 186

    Bab 186“Nenek Shaka kondisinya kritis Nduk. Dia tidak sadar dan hidupnya tergantung pada mesin. Dokter telah meminta Shaka dan keluarganya mengikhlaskannya.” Ibu menjelaskan pada Kumi. “Sebelum terbang ke Bali, kami sempat menjenguknya.”Hati Kumi bertambah berat.“Kumi, jika kamu setuju. Aku mau perkawinan kita diselenggarakan secepatnya bersamaan dengan perkawinan Abang,” kata Shaka semangat. Dia sudah membayangkan bagaimana dia dan abangnya menyunting perempuan yang mereka cintai.“HAH? Dengan siapa? Bagaimana jika Nenek tidak setuju?” Nyali Kumi ciut.“Abang akan menikahi Sulis, aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju.”“Ikuti saja Nduk, keinginan Shaka,” bujuk Ibu. “Kalau bisa sepulangnya dari Bali kalian berdua menikah.”Kumi menoleh kepada ibunya. “Ibu, kapan hari Ibu memaksaku menikahi Arka, sekarang Ibu memaksaku menikahi Shaka. Ibu kenapa plinplan sekali. Sebenarnya diantara keduanya siapa yang paling ibu sukai?” tanyanya. Ia ingin Shaka mendengarnya juga.Bapak berdeha

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 185

    Bab 185 “Kumi! Kumi! Maafkan Ibu Nak. Ibu menyesal telah menyakiti hatimu. Kamu jangan tinggalkan Ibu.” Ibu menangis sesenggukan memeluk Kumi. “Kumi tidak apa-apa Bu, dia hanya pingsan.” “Mommy… Mommy, wake up.” Yashi menciumi pipi Kumi. Kumi mendengar suara ibunya menangis. Kemudian mendengar suara Ayah menghibur Ibu, dan suara anaknya Yashi. Di manakah dirinya berada? “Aku ada di mana?” tanya Kumi bingung sesaat setelah membuka matanya. “Kamu ada di Bali,” sahut Ibu lega melihat putrinya telah sadar. Kening Kumi berkerut. Ia lalu menoleh dan melihat Ibu, Ayah, Khandra dan Yashi berada di dekat tempat tidurnya. Ia bergeming dan menatap mereka nanar. Namun, Kumi ragu. Apakah mereka semua nyata atau hanya perwujudan wong samar? Rupanya ia masih terpengaruh dengan cerita Bernie. “Kenapa Kumi memandang kita seperti itu Pak? Jangan – jangan ia kesurupan atau hilang akal?” Ibu jadi cemas. “Hush, kamu jangan ngawur, kata Dokter tadi gak apa-apa, luka di kepalanya kecil.” Kumi me

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 184

    Bab 184“Saya tidak tahu Bu. Semua tamu yang menginap di sini saya hapal. Karena hanya ada 7 kamar dan sekarang hanya 4 kamar yang terisi.” Lelaki itu terdiam. “Eng, siapa tahu Bernie salah satu teman dari tamu kami.”Namun, Kumi tidak begitu yakin dengan yang dikatakan karyawan itu. Wanita itu lalu terduduk lesu di teras kamar Bernie. Kebingungan memeluk dirinya. Ia yakin semalam ia bercengkrama dengan Bernie dan semuanya tampak nyata.“Dia semalam minum bir dan menawari saya Pak? Dia menginap di kamar ini,” kata Kumi berusaha meyakinkan karyawan homestay.“Bagaimana kalau kita ke resepsionis Bu,” ajak karyawan tersebut, untuk meyakinkan Kumi.“Ayo.” Kumi berjalan di belakang karyawan tersebut.Mereka bertemu dengan Pak Dewa sekaligus owner homestay tersebut. “Pagi Bu, bisa dibantu?” sapanya ramah.Karyawan yang bernama Gede itu lalu menceritakan tentang Bernie kepada bosnya. Kumi menyimak pembicaraan mereka.Kemudian Pak Dewa mengajaknya duduk di depan meja penerima tamu, di dekat k

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 183

    Bab 183Kumi menggeliatkan badannya dan bruk! Dia terjatuh di lantai ubin yang keras. Oufff!! Punggungnya sakit.“Hey, are you okay?”Dengan masih menahan rasa kantuk dan sakit di sekujur tubuhnya, Kumi membuka lebar matanya. “Pencuri! Pencuri,” Kumi berteriak dengan wajah pucat pasi melihat ada seorang lelaki jongkok di depannya.Melalui cahaya lampu kamarnya yang redup Kumi bisa menebak, lelaki di depannya adalah seorang bule bukan setan, karena dia sempat melirik kakinya yang menjejak lantai.Sejenak, Kumi memandangi wajah ganteng dengan rambutya yang gondrong, dan lelaki itu hanya memakai celana kolor. Otak Kumi mulai on.“Hey, aku bukan pencuri. Aku tamu di sini, namaku Bernie. Kamarku ada di sebelahmu.” Ia menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar dan aksen yang menarik di telinga Kumi.Bernie lalu mengulurkan tangannya ke Kumi dan membantunya untuk bangun.Mata Kumi menyelidik disertai kecurigaan pada lelaki bule di depannya itu. “Kenapa kamu ada di kamarku?” tanyanya setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 182

    Bab 182 Mata Fuad merah, tangannya yang berotot langsung memegang tubuh Kumi kuat. “Memangnya kamu siapa? Mau ikut campur urusan rumah tangga saya!” katanya geram. Kumi menatap mata Fuad dengan kebencian. Ia muak melihat lelaki itu di hadapannya. “Aku hanya mau membantu mamanya Dara melindungi anak-anakmu,” desis Kumi menahan amarahnya. Jefry berusaha menjadi penyejuk keadaan. “Pak Fuad tolong lepaskan Ibu Kumi dan ini bukan waktu yang tepat untuk berantem. Ada masalah krusial yang harus Anda tangani lebih dulu, yaitu jenazah Ibu Dara. Almarhumah sudah menunggu sejak 3 hari lalu untuk dimakamkan.” Mama Dara langsung menangis histeris. Dia memukul-mukul tubuh Fuad yang berdiri seperti patung. Lelaki itu tak berani menatap mata mama mertuanya yang sudah baik dengan dirinya sejak lama. Sudut hatinya merasa bersalah, telah menyia-nyiakan kebaikan yang wanita itu berikan. Sayangnya dia terlalu arogan untuk mengakui kesalahan yang ia lakukan. “Kamu jahat sekali Fuad. Kenapa kamu tega

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 181

    Bab 181Respek Arum pada lelaki di depannya itu lenyap tak berbekas. Dia langsung pasang badan membela Kumi. "Astaghfirullah! Keji sekali mulut Bapak mencaci maki wanita yang telah membantu menjaga anak Bapak. Buka mata Pak, siapa yang menjaga anak-anak Bapak selama mereka di Bali.""Heh! Apa yang kamu tahu tentang Kumi! Dia paling hanya mau cari sensasi supaya mendapat simpati orang lain," cetus Fuad. Hatinya telah tertutup amarah.Arum mulai panas."Semenjak di pesawat, saya tahu bagaimana Kak Kumi ikut membantu istri Anda yang kewalahan. Dia juga yang membuat nyaman anak Anda setelah Ibu Dara meninggal. Heran, kok tega-teganya menuduh sembarangan.""Betul, saya tahu bagaimana Ibu Kumi menjaga anak-anak Bapak. Dia sampai ditampar tamu lain, saat anak Bapak rewel mencari ibunya.," sela Jefry membantu support KumiArum kaget dan menoleh pada Kumi. "Benarkah itu Kak?"Kumi mengangguk."Jangan didengerin itu Mas, paling hanya settingan.""Saya ada buktinya Bu," kata Jefry membela.Fuad

DMCA.com Protection Status