Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 91 - Bab 100

189 Bab

Bab 91

“Abang, lihat siapa yang datang!” teriak Shaka lantang. Parang menoleh dan tertegun menatap Kumi yang berdiri di sebelah Shaka. “K-kumiiiii…” Lelaki dewasa itu langsung melemparkan gunting rumputnya ke tanag dan menghambur ke pelukan Kumi. Ia memeluk Kumi dengan hangat. “Jangan pergi, jangan pergi lagi ya,” kata Parang dengan mata basah. Amarahnya meleleh setelah melihat senyum hangat Kumi. Kumi mengangguk. Ia terharu melihat Parang masih mengingatnya. Perempuan itu lalu menuntun Parang duduk di kursi. Dia memberi kode pada Mbok Irah untuk mengambilkan minuman untuk pemuda itu. Seperti anak kecil, Parang menurut perintah Kumi. Ia duduk manis di samping Nenek. “Abang kenapa marah-marah? Apakah abang sedih?” tanya Kumi. Ia mencondongkan tubuhnya mendekat ke Parang dan melihat Parang seperti sahabat baiknya. Nenek dan Shaka mengamati keduanya dengan seksama. “Eh,” Parang mengangguk. “Ma
Baca selengkapnya

Bab 92

“Tidak! Nenek sudah bilang Kumi tidak selevel dengan kita. Nenek tidak mau kamu maupun Kumi mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang. Cukup Nenek yang mengalaminya dulu,” sahut Nenek berang. “Kamu nanti akan mengerti alasan Nenek,” imbuhnya lagi. Muka Shaka seketika datar. “Shaka tersiksa Nek, karena Shaka sama sekali tidak ada rasa pada Nada.” Nenek mengelus pundak Shaka. “Nenek mengerti. Kamu mencintai Kumi. Tapi kamu harus memikirkan masa depan perusahaan kamu. Bisnis orang tuan Nada besar. Mereka bisa membantumu memperluas koneksi dan usahamu. Cobalah untuk mencari sisi baik Nada, siapa tahu cinta kamu perlahan bertumbuh padanya.” Shaka menarik napas perlahan. Ia jengkel pada dirinya sendiri, karena tidak bisa seperti Kumi yang bisa mengutarakan isi hatinya secara gamblang. Dia berani mengambil resiko setelah melawan keinginan orang tuanya. Sementara dia sendiri? Ia sungkan sekedar menyangkal perkataan Nenek. Sehingga membuat
Baca selengkapnya

Bab 93

Putri memaksa suaminya yang sedang cuti pergi menemui Teguh, papanya Arka. Lelaki itu secara menolak keinginan istrinya. “Untuk apa lagi Bu? Biarkan saja Yashi tinggal bersama mereka. Toh mereka merawat Yashi dengan baik.” “Heh, maksud Ayah itu apa? Apa Ayah gak kasihan melihat anakmu menderita? Apa Ayah gak kangen sama cucumu yang cantik itu!” Putri berusaha mengingatkan suaminya. “Bukannya Ayah tidak kasihan sama Kumi. Hanya saja, Ayah berpikir praktis. Kumi masih muda, dia bisa bekerja dan mencari jodoh tanpa ribet mikir anak.” Gelombang kekecewaan menghantam dada Putri. “Haishhh! Kumi memberi tahu Ibu, jika Ayah tidak membantunya merebut Yashi dari rumah Arka. Dia tak pernah menginjakkan kakinya ke rumah ini lagi!” Putri bersungut-sungut mendapat jawaban dari suaminya. Ia pergi meninggalkan Sutomo yang sibuk mengurusi burung tekukurnya. “Itu hanya ancaman anakmu saja Bu! Gak usah khawatir!” sahut Ayah santai. Khandra
Baca selengkapnya

Bab 94

Hah, Yashi mau ditaruh di panti asuhan? Biadab! Semprul! Kakek macam apa kamu Teguh?!! Kutuk Putri dalam hati. Saking jengkelnya kaki Putri menendang kaki meja. Dug! “Suara apa itu Pa? Jangan-jangan ada yang mengintip kita?” kata Rhea manja. “Meonggggg…” Putri menirukan suara kucing, seraya mulutnya tak berhenti berdoa supaya Teguh tak memergokinya. “Paling itu kucing. Sudahlah jangan dihiraukan.” Teguh mencium pipi Rhea.” Papa belum puas nih. Kita sekarang pindah ke hotel. Kamu mau kan?” “Ihh… Papa, tapi janji ya, tas hermesnya,” jawab Rhea manja. Mereka lalu pergi dengan mobil masing-masing. “Setan kunyuk!” Putri gemas sekali melihat mereka berdua. Selanjutnya ia kembali ke kamar mandi dan membasahi kakinya. Kemudian buru-buru berlari keluar kantor dan menemui karyawan Teguh. “Waduh, gara-gara saya sembelit, jadi kelewatan bertemu dengan Pak Teguh.” Putri pura-pura sedih. “Lain kali aja deh sa
Baca selengkapnya

Bab 95

“Aku rasa itu bukan ide bagus,” kata Sutomo. “Mba Rini itu tipe ibu rumah tangga sejati. Setahuku ia belum pernah bekerja dan hidupnya sangat tergantung sekali dengan Mas Teguh. Dia pasti mikir seribu kali untuk meninggalkan Mas Teguh dan keluarganya. Jikalau dia tahu perselingkuhan suaminya. Ayah pikir, Mba Rini akan diam saja.” Ibu membenarkan perkataan suaminya. Dia mengerti jika ada perempuan yang memilih diam dengan perbuatan sang suami, karena tidak mau kehilangan kenyamanannya. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita kita ancam Mas Teguh. Kita beritahu dia bahwa kita tahu perselingkuhannya dan akan memberitahukan pada Mba Rini?” Ayah makin tak setuju. “Apalagi itu. Ayah tidak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain.” Kerutan di muka Ayah kian bertambah. Istrinya yang biasanya bertutur kata lemah lembut sekonyong-konyong berubah menjadi orang yang berbeda. “Terus apa yang mau Ayah lakukan sekarang untuk merebut Yashi?” kata I
Baca selengkapnya

Bab 96

“Saya ini Opanya Yashi, masak nggak boleh menemui cucu sendiri?” Ayah mulai kehilangan kesabaran saat satpam di rumah Arka melarangnya masuk. “Maaf Pak, saya hanya menjalankan perintah Nyonya Bos. Saya gak berani melanggarnya,” ujar Saiful dengan muka datar. Rini sampai mencetak foto Kumi dan keluarganya dan di tempel di pos satpam, untuk mengingatkan satpam yang berjaga. “Asu!” Ayah menggerundel. ”Saya gak mau tahu alasan itu! Tolong telponkan nyonya besar, dan bilang mantan besannya mau bertemu,” pintanya frustrasi. Saiful tak mengindahkan, dia malah berjalan menjauhi Ayah dan berdiri dengan berkacak pinggang di depan pintu gerbang. Ibu gemas melihat tingkat satpam yang arogan itu. Dia menghampirinya dan berbicara dengan lemah lembut. “Bapak satpam yang baik hati dan tidak sombong. Saya memahami Anda menjalankan tugas di sini. Tapi saya mohon, mengertilah kondisi kami. Saya dan suami sudah berbulan-bulan belum bertemu c
Baca selengkapnya

Bab 97

Setelah pintu gerbang terbuka, serta merta tangan Rhea melemparkan Yashi ke udara, lalu dia kembali ke dalam rumah tanpa peduli dengan tangisan anak itu. Sementara Kumi secara insting, menoleh dan melihat Yashi di atasnya. “Ya Allah! Ya Allah, Yashi! Yashi…!!” Untuk beberapa detik. Semua yang ada di situ diam terpaku melihat perbuatan Rhea. Sementara Kumi panik, dia berlarian mengangkat tangannya ke atas hendak menangkap Yashi, yang menangis kencang. Lalu, Kumi melompat ke atas mengambil Yashi, tapi gagal! Arka menubruknya. Mereka sama-sama terjatuh dengan tubuh bertindihan. Arka tepat berada di bawah Kumi, dan lelaki itu tersenyum manis, memamerkan giginya yang rapi. Ia memeluk Kumi erat. “Aku sayang kamu Kumi.” “Masa bodo!” Kumi berdiri, dia mencari-cari suara anaknya yang menangis kencang. “Mommy… mommy!” jerit Yashi ketakutan. Dia berada dalam gendongan Khandra, di apit oleh Ayah dan dan ibunya. “Cepat Kak!” seru K
Baca selengkapnya

Bab 98

Saat Teguh datang, sama sekali ia tak bertanya maupun menyinggung soal Yashi. Lelaki itu tampak sibuk dengan gadgetnya. Rini tak bersuara dia memandangi wajah suaminya. Lelaki itu tampak lebih muda, segar dan sumringah. Matanya berbinar-binar dan senyumnya mengembang lebar. Semilir angin berhembus pelan. Samar, hidung perempuan itu mengendus bau parfum yang dipakai Teguh-suaminya. Aromanya bukan yang biasa dia pakai. “Mama bawakan teh dan gorengan ya Pa,” kata Rini memecah kesunyian. “Ma, aku bosan makan gorengan. Bisakah kamu bawakan aku Shiraz dan keju Gouda ke teras?” ucap Teguh tanpa melihat ke arah istrinya. Dia masuk ke rumah tanpa mengajak istrinya. “Ya,” jawab Rini pendek. Pertanyaan mulai bergumul di kepalanya. Sejak beberapa menit lalu, Teguh memberinya kejutan-kejutan luar biasa. Bukan hanya soal Yashi. Selera minuman dan camilannya telah berubah drastis menjadi kebarat-baratan. Muncul pergumulan pertanyaan di kepala Rini. Suaminya jarang mem
Baca selengkapnya

Bab 99

Tengah Malam, Rhea terbangung, karena perutnya mulas sekali. Dengan malas ia menyeret kakinya ke kamar mandi. Selanjutnya selama beberapa jam kemudian dia terpaksa bolak-balik karena diare. “Arka, bangun dong. Aku sakit perut nih,” Rhea mengaduh seraya memegangi perutnya yang melilit. Dia berulangkali membangunkan suaminya yang tertidur pulas. Lelaki itu sama sekali tak terusik dengan aktifitas Rhea. Arka bergumam tak jelas, dan malah menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya, disusul suara dengkurannya yang terdengar keras. “Dasar! Lelaki tak sayang istri! Molor saja bisanya.” Dia melemparkan bantal guling ke badan Arka dengan keras. Lelaki bangun, matanya seperti ditindih batu, susah sekali dibuka. “Apaan sih kamu, gangguin orang tidur!” ucap Arka dongkol. Setelah itu dia melanjutkan tidurnya lagi tanpa peduli dengan sakitnya Rhea. Perempuan itu kesal, tidur malamnya terganggu karena diare. Di kamar mand
Baca selengkapnya

Bab 100

Kumi memandangi wajah Yashi yang sedang tertidur pulas, lantas ia menyibakkan anak rambut yang menutupi sebagian muka putrinya itu. “Tidur yang nyenyak, Nak. Jangan takut, Mommy ada di sini.” Kumi meletakkan Yashi di tempat tidur, lalu mengecupnya sebentar. Matanya terus memandang anaknya dengan perasaan mengharu-biru. Setelah beberapa bulan tidak melihat Yashi. Bayinya itu tumbuh pesat, rambutnya yang ikal mulai panjang. Dia juga makin cantik dan menggemaskan. Sebelumnya, Kumi sempat khawatir Yashi tidak mau kepadanya. Tapi dia salah. Yashi langsung mengingatnya saat dia menggendongnya. Ibu datang menyentuh pundak Kumi. “Kamu sebaiknya tinggal bersama kami Nak, biar ada yang menjaga Yashi selama kamu kerja,” bujuk Ibu pada Kumi. Dia khawatir Kumi akan tetap tinggal di tempat kosnya. “Nantilah, kupikirkan. Kumi mau senang-senang dulu sama Yashi,” jawab Kumi. Dari segi kepraktisan, saran Ibu bagus. Dia akan lebih tenang bekerja meninggalkan Yashi diasuh oleh oma-opanya. Di sisi la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status