Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 31 - Bab 40

189 Bab

Bab 31

Kumi dan Shaka kaget. Perlahan keceriaan di wajah Kumi berangsur menghilang ketika melihat Rhea berdiri di depan pintu kamar Shaka. Rhea lalu berjalan anggun dengan high heels warna nude berujung runcing. Kumi tidak mengerti sama sekali kenapa Rhea kerap datang ke rumah Shaka? Apakah Rhea hanya sekedar berkunjung sebagai kawan Shaka atau hanya ingin menyakitinya saja? Ia mengatupkan kedua mulutnya rapat. “Mentang-mentang Nenek percaya kepadamu lantas kamu seenaknya saja berulah semaumu?” Rhea tersenyum sinis. “Aku lebih mengenal Shaka daripada kamu!! Ingat kamu ini haanya pembantunya Shaka dan Nenek!” Jelas sekali ia menghina Kumi dan merasa posisinya lebih tinggi daripada Kumi. Shaka marah Rhea menghina Kumi. “Ngapain kamu masuk ke kamar orang! Kumi itu kekasihku dan aku yang memintanya di sini. Sedangkan status kamu di sini apa?!! Pergi sana!” usirnya. Suara Shaka menggelegegar, mengagetkan Kumi dan Rhea. Lelaki itu sangat marah Rhea melanggar
Baca selengkapnya

Bab 32

Salah satu tangan Rhea kemudian menjambak dan mencengkeram rambut Kumi dengan beringas lalu membawanya ke pantry. Rio melihatnya. “Stop! Jangan berkelahi di sini!” Lelaki itu itu berusaha melerai keduanya. Tapi ia tidak bisa. Kemudian dia berlari ke pos satpam. “Aduh sakit tahu! Lepaskan!” jerit Kumi tertahan. Kuku Rhea yang panjang menyakiti kulit kepalanya. Rhea tidak mengindahkan permintaan Kumi, malah tangannya semakin menarik rambut perempuan itu. Kumi semakin kesakitan. Kulit kepalanya serasa terkelupas dari batok kepala. Maka dengan cepat ia memutar badan dan menendangkan kakinya ke tubuh Rhea. “Aduh!” kata Rhea tertahan, dia langsung terjatuh, high heels yang dipakainya membuat kakinya terkilir. Kumi tidak membantu perempuan itu berdiri. Dengan berani Kumi menatap mata Rhea. “Itu bayiku, memangnya kenapa?” Kesabaran Kumi mulai menipis melihat sikap arogan Rhea yang selalu menyudutkannya. Ia merebut foto Kaluna yang dipegang oleh Rhea.
Baca selengkapnya

Bab 33

Ada pembantu pura-pura berbakti Padahal aslinya ular berbisa Menggunakan bayi untuk menarik perhatian Padahal mau morotin Shaka membacanya dan menjadi gerah. “Brengsek, dia kira aku takut dengannya.” “Tidak usah diladeni, biarkan saja,” kata Kumi. “Kumi benar. Biarkan saja Rhea ngoceh. Aku screenshoot saja storynya, siapa tahu berguna nanti,” timpal Rio. “Apa kamu tidak mau memberitahu Arka soal Rhea?” tanya Rio sembari mengisi piringnya. Shaka membuang pandangannya. Ia kesal sekali mengingat kedua mahluk yang membuat hidupnya mendadak rusuh. “Nanti aku pikirkan, lebih baik sekarang kita makan. Kasihan Kumi dari tadi ngelihatin makanan terus,” godanya, ia melemparkan senyum manis ke Kumi. Kumi menjadi gelagapan. “Eh, kue bawangku mana?” Ia menengadahkan tangannya ke Rio, sebagai ganti kegugupannya. “Udah habis,” tawa Rio pecah. “Hosh, kalian ini kayak ana
Baca selengkapnya

Bab 34

Kumi tak memperhatikan ucapan ibunya, dia mendorong kereta Kaluna dengan pikiran yang bergelayut di benaknya. Kaluna semakin besar, beban di pundaknya sebagai seorang Ibu jelas tak mudah ke depannya. “Nduk, apa kamu dengerin Ibu?” tanya Ibu gusar dengan sikap Kumi. “Iya.” Ibu tak percaya. “Coba apa yang Ibu katakana tadi?” “Soal Kaluna kan?” Ibu tersenyum. “Nah ini. Ibu mulai tadi nyerocos, tapi kamu tidak menghiraukan. Begini, Shaka bicara sama Ibu, dia ingin melamarmu. Apa kamu mau?” Kumi meringis. “Maaf Bu, Kumi sedang banyak pikiran, dan belum kepikiran untuk memikirkan pernikahan,” jawab Kumi. “Shaka itu mencintaimu, Nduk. Apa lagi yang kamu pikirkan,” Ibu terlihat gemas dengan jawaban anaknya. “Sudahlah, kita omongin nanti di rumah.” Mereka tiba di warung Mba Surti dan langsung memesan 4 bungkus lontong sayur. “Wah Kaluna sudah tumbuh besar, cantik lagi!” kata Surt
Baca selengkapnya

Bab 35

Yuni melengos. “Lah, boleh dong saya curiga. Saya melihat dengan mata kepala sendiri. Pagi-pagi ada lelaki yang bawa mobil baru ke rumah Jeng Putri. Ini mencurigakan sekali. Kumi kan janda, kerjanya juga gak jelas, mana bisa beli mobil,” katanya ketus. “Bu, lebih baik kita pulang saja,” ajak Kumi. Ia paling males beradu argument dengan Yuni. “Sampeyan awas ya, kalau menfitnah anak saya lagi!” ancam Ibu sambil berlalu. Mulut Yuni monyong. “Yee, suka-suka saya dong, kok situ yang sewot. Kalau memang gak bener, gak bakalan marah, iya kan anak-anak?” “Nah, ini anak saya datang Pak,” kata Ayah dengan senyum lebar menyambut Kumi. “Selamat pagi, saya Kumi, ada yang bisa saya bantu Pak?” sapa Kumi sambil memperkenalkan diri. Ayah berdiri dan gantian menggendong Kaluna. Ia masuk ke dalam rumah bersama Ibu. “Saya Hendro, dan ini Lukman. Pak Shaka meminta kami untuk mengantarkan mobil Jazz untuk Ibu Kumi.” Hendro memberikan kunci dan surat-su
Baca selengkapnya

Bab 36

“Hah! Apa?” jawab Kumi kaget. “Apakah kita kenal sebelumnya?” tanyanya/ Kumi memandang lelaki itu lekat, menyelidiki wajahnya yang berminyak. Pakaiannya rapi, sementara rambutnya disisir klimis ke belakang. Kemudian mata Kumi jatuh pada sepatu yang dipakai pria itu. Sepatu sneaker keluaran terbaru dari brand ternama. Kumi mengetahuinya, karena beberapa hari yang lalu ia mengantarkan Parang membeli sepatu tersebut di Mal. Doni tersenyum lebar. “Kita memang belum kenal, sayang. Tapi sebentar lagi kita akan menikah.” Gayanya pongah sekali. Kumi menautkan kedua alisnya. Ia merasa jengah. “Maaf, tapi saya tidak kenal kamu. Kenapa kamu pede sekali seolah kita sudah lama kenal?” Kumi mendekat tapi dia masih belum membuka pintu gerbang. Doni semakin kesemsem dengan keberanian Kumi. “Gue Doni keponakan penjual lontong sayur. Tadi gue main, terus dia cerita soal elu,” kata Doni mencoba mengakrabkan diri. “Eh, ngomong-ngomong, apa gue gak dibukain pintu nih
Baca selengkapnya

Bab 37

Kumi hendak muntah melihatnya. Sebagai janda, ia mulai terbiasa menghadapi lelaki mendekatinya. Ada lelaki yang sopan tapi kebanyakan lelaki gatel yang mendekatinya sekedar iseng dan ingin mencicipi tubuhnya. “Sayangnya saya lebih suka bekerja, dan tidak mengandalkan pemberian suami,” jawab Kumi. Kata-kata Doni mengingatkan Kumi pada mertuanya. Ia sudah pernah mengabdi menjadi seorang istri penuh waktu dan meninggalkan karirnya. Tapi itu tak membuat dirinya bahagia dan sama sekali tak merubah sikap suami dan mertuanya respek padanya. Justru mereka memperlakukannya dengan buruk. “Maaf saya harus menidurkan Kaluna,” imbuh Kumi. Ia terlalu malas berbasa-basi dengannya. Sikap yang Doni tunjukkan telah membuatnya ilfeel, meski Kumi baru mengenalnya. Dia bukan perempuan yang silau dengan harta. Ia berusaha mengusirnya secara halus supaya cowok itu segera pergi dan Kaluna menangis di saat yang tepat. “Lu masuk saja, gue mau tunggu di sini,” kata Doni
Baca selengkapnya

Bab 38

Shaka meremas pundak Kumi. “Keep calm,” bisiknya sebelum ia berjalan mendekati gerbang menemui Tante Yuni. “Halo Tante Yuni, apa kabar? Masih ingat saya kan?” “Eh, oh… Mas Shaka ya? Tentu saja saya ingat,” jawab Yuni gelagapan. Ia tahu Shaka bukan orang sembarangan. Shaka mengambil ponsel, dan membuka aplikasi makanan pesan antar online. “Saya mau mengirimkan donat kekinian ke rumah Tante, bisa tolong ke sini sebentar,” tanya Shaka. Seketika mata Yuni bertabur banyak bintang. Rezeki nomplok ini, pikirnya girang. “Beneran Mas Shaka? Hmm… apa boleh sekalian saya minta tambahan pizza dengan toping mozarela yang banyak Mas?” pintanya spontan. Dia lalu memberikan alamatnya pada pria itu. “Tentu saja,” kata Shaka ringan. Setelah selesai memesan, ia memperlihatkannya pada Yuni. “Wah, hari ini saya makan besar, makasih banget kalau begitu. Ya sudah saya mau pulang dulu.” Yuni bergegas pulang ke rumahnya, jalannya cepat sekali karena khawatir, makanannya datang. Setelah Yuni pergi, Shaka
Baca selengkapnya

Bab 39

Doni termangu. Dia tahu nama Shaka Mahasura sebagai pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Sayangnya dia belum pernah bertemu dengannya. Maka ia mengambil ponsel dan mengetik nama lelaki itu di gawai. Seketika Doni gemetar melihat foto yang terpampang di ponselnya. Kesombongannya langsung tiarap. Doni langsung mengatupkan kedua tangannya ke depan dada, memohon ampun pada Shaka. “Maafkan saya Pak, maafkan…” kata Doni ketakutan. Tangisnya pecah, ia sangat takut sekali Shaka memecatnya. Shaka tersenyum. “Aku maafkan. Lain kali, jangan begitu ya. Sekarang pergilah dan jangan pernah ganggu Kumi lagi.” “B-baik P-pak!” Doni langsung pergi tanpa menoleh. “Sekarang aman,” kata Shaka. Tawa Kaluna berderai ketika Shaka mengangkatnya ke udara, pria itu berputar dua kali lalu mengayunkan bayi itu ke kanan dan ke kiri. Mata kumi merebak melihat kegembiraan Kaluna dan Shaka. Ia tahu pria itu sangat menyayangi Kaluna. Kumi c
Baca selengkapnya

Bab 40

“Itu Kaluna sedang mengejar anak kucing.” Tunjuk Shaka kalem. Jarak Kaluna sekitar satu setengah meter dengan mereka. Kumi mengikuti arah telunjuk Shaka dan melihat Kaluna merangkak mengejar anak kucing. Ia berlari mengambilnya. “Aduh, kamu membuat Mommy khawatir.” Kumi memencet hidung Kaluna. “Biarkan saja Kaluna bermain. Kita awasi dia dari sini,” teriak Shaka. Sementara itu, tak jauh dari mereka sepasang mata memperhatikan tingkah laku Kaluna dengan seksama. Dia adalah Rini-mantan mertua Kumi. Tawa bayi itu terus terngiang di telinga Rini. Semalaman ia kurang tidur karena membayangkan mendekap bayi itu. Bayi cantik bermata belok, kulitnya putih, badannya montok dengan rambut ikal di kuncir dua, telah membuatnya jatuh cinta. Wanita berperawakan tambun itu melenguh. Kerinduannya dengan kehadiran suara bayi semakin membuat dadanya sesak. Ia lalu beringsut ke tepi jendela, melihat serumpun bunga mawar yang mekar di balcony dengan tatapan sayu. Pelan-pelan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status