Yuni melengos. “Lah, boleh dong saya curiga. Saya melihat dengan mata kepala sendiri. Pagi-pagi ada lelaki yang bawa mobil baru ke rumah Jeng Putri. Ini mencurigakan sekali. Kumi kan janda, kerjanya juga gak jelas, mana bisa beli mobil,” katanya ketus. “Bu, lebih baik kita pulang saja,” ajak Kumi. Ia paling males beradu argument dengan Yuni. “Sampeyan awas ya, kalau menfitnah anak saya lagi!” ancam Ibu sambil berlalu. Mulut Yuni monyong. “Yee, suka-suka saya dong, kok situ yang sewot. Kalau memang gak bener, gak bakalan marah, iya kan anak-anak?” “Nah, ini anak saya datang Pak,” kata Ayah dengan senyum lebar menyambut Kumi. “Selamat pagi, saya Kumi, ada yang bisa saya bantu Pak?” sapa Kumi sambil memperkenalkan diri. Ayah berdiri dan gantian menggendong Kaluna. Ia masuk ke dalam rumah bersama Ibu. “Saya Hendro, dan ini Lukman. Pak Shaka meminta kami untuk mengantarkan mobil Jazz untuk Ibu Kumi.” Hendro memberikan kunci dan surat-su
Baca selengkapnya