Share

Bab 32

Author: Fidia Haya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Salah satu tangan Rhea kemudian menjambak dan mencengkeram rambut Kumi dengan beringas lalu membawanya ke pantry.

Rio melihatnya. “Stop! Jangan berkelahi di sini!” Lelaki itu itu berusaha melerai keduanya. Tapi ia tidak bisa. Kemudian dia berlari ke pos satpam.

“Aduh sakit tahu! Lepaskan!” jerit Kumi tertahan. Kuku Rhea yang panjang menyakiti kulit kepalanya.

Rhea tidak mengindahkan permintaan Kumi, malah tangannya semakin menarik rambut perempuan itu.

Kumi semakin kesakitan. Kulit kepalanya serasa terkelupas dari batok kepala. Maka dengan cepat ia memutar badan dan menendangkan kakinya ke tubuh Rhea.

“Aduh!” kata Rhea tertahan, dia langsung terjatuh, high heels yang dipakainya membuat kakinya terkilir.

Kumi tidak membantu perempuan itu berdiri. Dengan berani Kumi menatap mata Rhea. “Itu bayiku, memangnya kenapa?” Kesabaran Kumi mulai menipis melihat sikap arogan Rhea yang selalu menyudutkannya. Ia merebut foto Kaluna yang dipegang oleh Rhea.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 33

    Ada pembantu pura-pura berbakti Padahal aslinya ular berbisa Menggunakan bayi untuk menarik perhatian Padahal mau morotin Shaka membacanya dan menjadi gerah. “Brengsek, dia kira aku takut dengannya.” “Tidak usah diladeni, biarkan saja,” kata Kumi. “Kumi benar. Biarkan saja Rhea ngoceh. Aku screenshoot saja storynya, siapa tahu berguna nanti,” timpal Rio. “Apa kamu tidak mau memberitahu Arka soal Rhea?” tanya Rio sembari mengisi piringnya. Shaka membuang pandangannya. Ia kesal sekali mengingat kedua mahluk yang membuat hidupnya mendadak rusuh. “Nanti aku pikirkan, lebih baik sekarang kita makan. Kasihan Kumi dari tadi ngelihatin makanan terus,” godanya, ia melemparkan senyum manis ke Kumi. Kumi menjadi gelagapan. “Eh, kue bawangku mana?” Ia menengadahkan tangannya ke Rio, sebagai ganti kegugupannya. “Udah habis,” tawa Rio pecah. “Hosh, kalian ini kayak ana

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 34

    Kumi tak memperhatikan ucapan ibunya, dia mendorong kereta Kaluna dengan pikiran yang bergelayut di benaknya. Kaluna semakin besar, beban di pundaknya sebagai seorang Ibu jelas tak mudah ke depannya. “Nduk, apa kamu dengerin Ibu?” tanya Ibu gusar dengan sikap Kumi. “Iya.” Ibu tak percaya. “Coba apa yang Ibu katakana tadi?” “Soal Kaluna kan?” Ibu tersenyum. “Nah ini. Ibu mulai tadi nyerocos, tapi kamu tidak menghiraukan. Begini, Shaka bicara sama Ibu, dia ingin melamarmu. Apa kamu mau?” Kumi meringis. “Maaf Bu, Kumi sedang banyak pikiran, dan belum kepikiran untuk memikirkan pernikahan,” jawab Kumi. “Shaka itu mencintaimu, Nduk. Apa lagi yang kamu pikirkan,” Ibu terlihat gemas dengan jawaban anaknya. “Sudahlah, kita omongin nanti di rumah.” Mereka tiba di warung Mba Surti dan langsung memesan 4 bungkus lontong sayur. “Wah Kaluna sudah tumbuh besar, cantik lagi!” kata Surt

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 35

    Yuni melengos. “Lah, boleh dong saya curiga. Saya melihat dengan mata kepala sendiri. Pagi-pagi ada lelaki yang bawa mobil baru ke rumah Jeng Putri. Ini mencurigakan sekali. Kumi kan janda, kerjanya juga gak jelas, mana bisa beli mobil,” katanya ketus. “Bu, lebih baik kita pulang saja,” ajak Kumi. Ia paling males beradu argument dengan Yuni. “Sampeyan awas ya, kalau menfitnah anak saya lagi!” ancam Ibu sambil berlalu. Mulut Yuni monyong. “Yee, suka-suka saya dong, kok situ yang sewot. Kalau memang gak bener, gak bakalan marah, iya kan anak-anak?” “Nah, ini anak saya datang Pak,” kata Ayah dengan senyum lebar menyambut Kumi. “Selamat pagi, saya Kumi, ada yang bisa saya bantu Pak?” sapa Kumi sambil memperkenalkan diri. Ayah berdiri dan gantian menggendong Kaluna. Ia masuk ke dalam rumah bersama Ibu. “Saya Hendro, dan ini Lukman. Pak Shaka meminta kami untuk mengantarkan mobil Jazz untuk Ibu Kumi.” Hendro memberikan kunci dan surat-su

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 36

    “Hah! Apa?” jawab Kumi kaget. “Apakah kita kenal sebelumnya?” tanyanya/ Kumi memandang lelaki itu lekat, menyelidiki wajahnya yang berminyak. Pakaiannya rapi, sementara rambutnya disisir klimis ke belakang. Kemudian mata Kumi jatuh pada sepatu yang dipakai pria itu. Sepatu sneaker keluaran terbaru dari brand ternama. Kumi mengetahuinya, karena beberapa hari yang lalu ia mengantarkan Parang membeli sepatu tersebut di Mal. Doni tersenyum lebar. “Kita memang belum kenal, sayang. Tapi sebentar lagi kita akan menikah.” Gayanya pongah sekali. Kumi menautkan kedua alisnya. Ia merasa jengah. “Maaf, tapi saya tidak kenal kamu. Kenapa kamu pede sekali seolah kita sudah lama kenal?” Kumi mendekat tapi dia masih belum membuka pintu gerbang. Doni semakin kesemsem dengan keberanian Kumi. “Gue Doni keponakan penjual lontong sayur. Tadi gue main, terus dia cerita soal elu,” kata Doni mencoba mengakrabkan diri. “Eh, ngomong-ngomong, apa gue gak dibukain pintu nih

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 37

    Kumi hendak muntah melihatnya. Sebagai janda, ia mulai terbiasa menghadapi lelaki mendekatinya. Ada lelaki yang sopan tapi kebanyakan lelaki gatel yang mendekatinya sekedar iseng dan ingin mencicipi tubuhnya. “Sayangnya saya lebih suka bekerja, dan tidak mengandalkan pemberian suami,” jawab Kumi. Kata-kata Doni mengingatkan Kumi pada mertuanya. Ia sudah pernah mengabdi menjadi seorang istri penuh waktu dan meninggalkan karirnya. Tapi itu tak membuat dirinya bahagia dan sama sekali tak merubah sikap suami dan mertuanya respek padanya. Justru mereka memperlakukannya dengan buruk. “Maaf saya harus menidurkan Kaluna,” imbuh Kumi. Ia terlalu malas berbasa-basi dengannya. Sikap yang Doni tunjukkan telah membuatnya ilfeel, meski Kumi baru mengenalnya. Dia bukan perempuan yang silau dengan harta. Ia berusaha mengusirnya secara halus supaya cowok itu segera pergi dan Kaluna menangis di saat yang tepat. “Lu masuk saja, gue mau tunggu di sini,” kata Doni

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 38

    Shaka meremas pundak Kumi. “Keep calm,” bisiknya sebelum ia berjalan mendekati gerbang menemui Tante Yuni. “Halo Tante Yuni, apa kabar? Masih ingat saya kan?” “Eh, oh… Mas Shaka ya? Tentu saja saya ingat,” jawab Yuni gelagapan. Ia tahu Shaka bukan orang sembarangan. Shaka mengambil ponsel, dan membuka aplikasi makanan pesan antar online. “Saya mau mengirimkan donat kekinian ke rumah Tante, bisa tolong ke sini sebentar,” tanya Shaka. Seketika mata Yuni bertabur banyak bintang. Rezeki nomplok ini, pikirnya girang. “Beneran Mas Shaka? Hmm… apa boleh sekalian saya minta tambahan pizza dengan toping mozarela yang banyak Mas?” pintanya spontan. Dia lalu memberikan alamatnya pada pria itu. “Tentu saja,” kata Shaka ringan. Setelah selesai memesan, ia memperlihatkannya pada Yuni. “Wah, hari ini saya makan besar, makasih banget kalau begitu. Ya sudah saya mau pulang dulu.” Yuni bergegas pulang ke rumahnya, jalannya cepat sekali karena khawatir, makanannya datang. Setelah Yuni pergi, Shaka

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 39

    Doni termangu. Dia tahu nama Shaka Mahasura sebagai pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Sayangnya dia belum pernah bertemu dengannya. Maka ia mengambil ponsel dan mengetik nama lelaki itu di gawai. Seketika Doni gemetar melihat foto yang terpampang di ponselnya. Kesombongannya langsung tiarap. Doni langsung mengatupkan kedua tangannya ke depan dada, memohon ampun pada Shaka. “Maafkan saya Pak, maafkan…” kata Doni ketakutan. Tangisnya pecah, ia sangat takut sekali Shaka memecatnya. Shaka tersenyum. “Aku maafkan. Lain kali, jangan begitu ya. Sekarang pergilah dan jangan pernah ganggu Kumi lagi.” “B-baik P-pak!” Doni langsung pergi tanpa menoleh. “Sekarang aman,” kata Shaka. Tawa Kaluna berderai ketika Shaka mengangkatnya ke udara, pria itu berputar dua kali lalu mengayunkan bayi itu ke kanan dan ke kiri. Mata kumi merebak melihat kegembiraan Kaluna dan Shaka. Ia tahu pria itu sangat menyayangi Kaluna. Kumi c

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 40

    “Itu Kaluna sedang mengejar anak kucing.” Tunjuk Shaka kalem. Jarak Kaluna sekitar satu setengah meter dengan mereka. Kumi mengikuti arah telunjuk Shaka dan melihat Kaluna merangkak mengejar anak kucing. Ia berlari mengambilnya. “Aduh, kamu membuat Mommy khawatir.” Kumi memencet hidung Kaluna. “Biarkan saja Kaluna bermain. Kita awasi dia dari sini,” teriak Shaka. Sementara itu, tak jauh dari mereka sepasang mata memperhatikan tingkah laku Kaluna dengan seksama. Dia adalah Rini-mantan mertua Kumi. Tawa bayi itu terus terngiang di telinga Rini. Semalaman ia kurang tidur karena membayangkan mendekap bayi itu. Bayi cantik bermata belok, kulitnya putih, badannya montok dengan rambut ikal di kuncir dua, telah membuatnya jatuh cinta. Wanita berperawakan tambun itu melenguh. Kerinduannya dengan kehadiran suara bayi semakin membuat dadanya sesak. Ia lalu beringsut ke tepi jendela, melihat serumpun bunga mawar yang mekar di balcony dengan tatapan sayu. Pelan-pelan

Latest chapter

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 189

    Bab 189 - episode terakhir Kumi buru-buru memakai gaun malamnya lalu menyusul Shaka di kantornya. Lelaki itu sedang menghidupkan laptop. Ia berdiri di depan pintu memandangi suaminya. “Apakah aku terlihat sangat buruk sehingga kamu tidak bernafsu denganku?” tanyanya sedih. “Tidak sayang, sama sekali tidak. Kamu membuatku bahagia,” senyum Shaka menghiasi wajahnya. Ia mendekati Kumi dan memeluknya hangat. “Tapi kenapa kamu tidak meneruskan tadi? Apa kamu tahu, aku sudah memimpikan malam pertama kita,” kata Kumi malu-malu. Shaka tertawa terbahak-bahak. “Dasar nakal.” Dia memencet hidung Kumi. “Aku sama denganmu, sama-sama merindukan malam pertama. Sayangnya kamu sedang menstruasi. Aku tidak tega melakukannya, meski aku sangat menginginkannya.” Ia lalu membopong Kumi dan memangkunya. Kumi tertunduk malu dan bergelayut manja pada Shaka, membaui aroma parfum yang membuatnya tergila-gila. “Untuk mengalihkan pikiran tadi, bolehkah aku bekerja dulu. Pekerjaanku menumpuk.” “Baiklah sayang

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 188

    Bab 188 “Maaf Pak Shaka, Nenek Anda sudah meninggal dunia, jenazahnya baru saja dibawa ke kamar jenazah.” “Innalillahi wa inna illaihi rojiun.” Tubuh Shaka langsung lunglai, dia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin. Lelaki itu menangis tergugu. Perasaan bersalah menghantam dadanya. Ia menyesal tidak mendampingi neneknya saat sakaratul maut. “Maafkan Shaka Nek, maafkan Shaka. Kenapa Nenek tidak menunggu Shaka sebentar saja.” Kumi membawa kepala Shaka ke dadanya dan memeluknya erat. Dia tidak berkata apa-apa, selain memeluk Shaka. Menenangkan pria itu dan turut merasakan kesedihan yang kekasihnya rasakan. Alex sopir Shaka datang dengan setengah berlari dan kaget sewaktu melihat Kumi dan keluarganya datang. “Maaf Pak, kami berusaha menghubungi Bapak, tapi telpon Bapak tidak aktif.” Dengan mata sembab, Shaka memeriksa ponselnya. “Maaf Alex, telpon saya mati. Saya lupa membawa charger saat ke Bali.” Itu adalah sederet kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya sulit fokus setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 187

    Bab 187Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.Shaka mengulum senyum memandang Kumi. Sedangkan Kumi, hatinya bergetar hebat. Dirinya mendadak canggung berdua dengan Shaka di kamar.“Enak juga kamar homestaynya. Aku jadi pingin membuat rumah seperti ini,” kata Shaka mengoyak kesunyian. Dia menduduki kursi yang dipakai Ibu tadi sambil matanya berkeliling menyusuri tiap sudut ruang.“Sama. Aku juga juga pengen tinggal di Ubud dan punya penginapan yang mengacu pada back to nature. Bangunanannya menggunakan bahan lokal, halamannya luas, ada kebun sayur dan binatang seperti kelinci, ayam dan…” Kumi berbicara dengan antusias dia melupakan rasa pening yang mendera kepalanya.“Ikan, kambing.” Shaka tertawa kecil meneruskan kata-kata Kumi dengan mata berbinar-binar. Dia duduk dengan relaks. Kedua tangannya di letakkan di belakang kepalanya.“Menyenangkan sekali hidup di pinggiran kota dengan orang-orang yang kita cintai. Aku bisa semingg

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 186

    Bab 186“Nenek Shaka kondisinya kritis Nduk. Dia tidak sadar dan hidupnya tergantung pada mesin. Dokter telah meminta Shaka dan keluarganya mengikhlaskannya.” Ibu menjelaskan pada Kumi. “Sebelum terbang ke Bali, kami sempat menjenguknya.”Hati Kumi bertambah berat.“Kumi, jika kamu setuju. Aku mau perkawinan kita diselenggarakan secepatnya bersamaan dengan perkawinan Abang,” kata Shaka semangat. Dia sudah membayangkan bagaimana dia dan abangnya menyunting perempuan yang mereka cintai.“HAH? Dengan siapa? Bagaimana jika Nenek tidak setuju?” Nyali Kumi ciut.“Abang akan menikahi Sulis, aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju.”“Ikuti saja Nduk, keinginan Shaka,” bujuk Ibu. “Kalau bisa sepulangnya dari Bali kalian berdua menikah.”Kumi menoleh kepada ibunya. “Ibu, kapan hari Ibu memaksaku menikahi Arka, sekarang Ibu memaksaku menikahi Shaka. Ibu kenapa plinplan sekali. Sebenarnya diantara keduanya siapa yang paling ibu sukai?” tanyanya. Ia ingin Shaka mendengarnya juga.Bapak berdeha

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 185

    Bab 185 “Kumi! Kumi! Maafkan Ibu Nak. Ibu menyesal telah menyakiti hatimu. Kamu jangan tinggalkan Ibu.” Ibu menangis sesenggukan memeluk Kumi. “Kumi tidak apa-apa Bu, dia hanya pingsan.” “Mommy… Mommy, wake up.” Yashi menciumi pipi Kumi. Kumi mendengar suara ibunya menangis. Kemudian mendengar suara Ayah menghibur Ibu, dan suara anaknya Yashi. Di manakah dirinya berada? “Aku ada di mana?” tanya Kumi bingung sesaat setelah membuka matanya. “Kamu ada di Bali,” sahut Ibu lega melihat putrinya telah sadar. Kening Kumi berkerut. Ia lalu menoleh dan melihat Ibu, Ayah, Khandra dan Yashi berada di dekat tempat tidurnya. Ia bergeming dan menatap mereka nanar. Namun, Kumi ragu. Apakah mereka semua nyata atau hanya perwujudan wong samar? Rupanya ia masih terpengaruh dengan cerita Bernie. “Kenapa Kumi memandang kita seperti itu Pak? Jangan – jangan ia kesurupan atau hilang akal?” Ibu jadi cemas. “Hush, kamu jangan ngawur, kata Dokter tadi gak apa-apa, luka di kepalanya kecil.” Kumi me

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 184

    Bab 184“Saya tidak tahu Bu. Semua tamu yang menginap di sini saya hapal. Karena hanya ada 7 kamar dan sekarang hanya 4 kamar yang terisi.” Lelaki itu terdiam. “Eng, siapa tahu Bernie salah satu teman dari tamu kami.”Namun, Kumi tidak begitu yakin dengan yang dikatakan karyawan itu. Wanita itu lalu terduduk lesu di teras kamar Bernie. Kebingungan memeluk dirinya. Ia yakin semalam ia bercengkrama dengan Bernie dan semuanya tampak nyata.“Dia semalam minum bir dan menawari saya Pak? Dia menginap di kamar ini,” kata Kumi berusaha meyakinkan karyawan homestay.“Bagaimana kalau kita ke resepsionis Bu,” ajak karyawan tersebut, untuk meyakinkan Kumi.“Ayo.” Kumi berjalan di belakang karyawan tersebut.Mereka bertemu dengan Pak Dewa sekaligus owner homestay tersebut. “Pagi Bu, bisa dibantu?” sapanya ramah.Karyawan yang bernama Gede itu lalu menceritakan tentang Bernie kepada bosnya. Kumi menyimak pembicaraan mereka.Kemudian Pak Dewa mengajaknya duduk di depan meja penerima tamu, di dekat k

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 183

    Bab 183Kumi menggeliatkan badannya dan bruk! Dia terjatuh di lantai ubin yang keras. Oufff!! Punggungnya sakit.“Hey, are you okay?”Dengan masih menahan rasa kantuk dan sakit di sekujur tubuhnya, Kumi membuka lebar matanya. “Pencuri! Pencuri,” Kumi berteriak dengan wajah pucat pasi melihat ada seorang lelaki jongkok di depannya.Melalui cahaya lampu kamarnya yang redup Kumi bisa menebak, lelaki di depannya adalah seorang bule bukan setan, karena dia sempat melirik kakinya yang menjejak lantai.Sejenak, Kumi memandangi wajah ganteng dengan rambutya yang gondrong, dan lelaki itu hanya memakai celana kolor. Otak Kumi mulai on.“Hey, aku bukan pencuri. Aku tamu di sini, namaku Bernie. Kamarku ada di sebelahmu.” Ia menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar dan aksen yang menarik di telinga Kumi.Bernie lalu mengulurkan tangannya ke Kumi dan membantunya untuk bangun.Mata Kumi menyelidik disertai kecurigaan pada lelaki bule di depannya itu. “Kenapa kamu ada di kamarku?” tanyanya setelah

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 182

    Bab 182 Mata Fuad merah, tangannya yang berotot langsung memegang tubuh Kumi kuat. “Memangnya kamu siapa? Mau ikut campur urusan rumah tangga saya!” katanya geram. Kumi menatap mata Fuad dengan kebencian. Ia muak melihat lelaki itu di hadapannya. “Aku hanya mau membantu mamanya Dara melindungi anak-anakmu,” desis Kumi menahan amarahnya. Jefry berusaha menjadi penyejuk keadaan. “Pak Fuad tolong lepaskan Ibu Kumi dan ini bukan waktu yang tepat untuk berantem. Ada masalah krusial yang harus Anda tangani lebih dulu, yaitu jenazah Ibu Dara. Almarhumah sudah menunggu sejak 3 hari lalu untuk dimakamkan.” Mama Dara langsung menangis histeris. Dia memukul-mukul tubuh Fuad yang berdiri seperti patung. Lelaki itu tak berani menatap mata mama mertuanya yang sudah baik dengan dirinya sejak lama. Sudut hatinya merasa bersalah, telah menyia-nyiakan kebaikan yang wanita itu berikan. Sayangnya dia terlalu arogan untuk mengakui kesalahan yang ia lakukan. “Kamu jahat sekali Fuad. Kenapa kamu tega

  • Pembalasan Mantan Istri CEO   Bab 181

    Bab 181Respek Arum pada lelaki di depannya itu lenyap tak berbekas. Dia langsung pasang badan membela Kumi. "Astaghfirullah! Keji sekali mulut Bapak mencaci maki wanita yang telah membantu menjaga anak Bapak. Buka mata Pak, siapa yang menjaga anak-anak Bapak selama mereka di Bali.""Heh! Apa yang kamu tahu tentang Kumi! Dia paling hanya mau cari sensasi supaya mendapat simpati orang lain," cetus Fuad. Hatinya telah tertutup amarah.Arum mulai panas."Semenjak di pesawat, saya tahu bagaimana Kak Kumi ikut membantu istri Anda yang kewalahan. Dia juga yang membuat nyaman anak Anda setelah Ibu Dara meninggal. Heran, kok tega-teganya menuduh sembarangan.""Betul, saya tahu bagaimana Ibu Kumi menjaga anak-anak Bapak. Dia sampai ditampar tamu lain, saat anak Bapak rewel mencari ibunya.," sela Jefry membantu support KumiArum kaget dan menoleh pada Kumi. "Benarkah itu Kak?"Kumi mengangguk."Jangan didengerin itu Mas, paling hanya settingan.""Saya ada buktinya Bu," kata Jefry membela.Fuad

DMCA.com Protection Status