Semua Bab Pembalasan Mantan Istri CEO: Bab 21 - Bab 30

189 Bab

Bab 21

“Shaka?” Kumi kaget melihat pria itu berjalan di samping Kumi. Tangannya pria itu masih memeluk pinggangnya. “Lho kapan datang? Bukankah urusan bisnismu di Jepang belum selesai?” “Sssttt… tetaplah fokus berjalan, ada urusan penting yang harus kuselesaikan di sini.” Dia melihat ke Kaluna. “Hi cantik… “ Keduanya bertemu dengan Ibu, Ayah dan Khandra di dalam ballroom menunggu Kumi. Mereka mencari tempat duduk di pojok. “Kok Ibu yang sakit hati dan nyesel datang ke pernikahan Arka. Kita langsung salaman saja sama tuan rumah dan pengantinnya, setelah itu kita pulang,” ucap Ibu tak bisa menutupi rasa kecewanya, melihat pernikahan Arka dan Rhea yang digelar secara mewah. Dia membandingkan dengan pernikahan Kumi yang digelar secara mendadak dan sangat sederhana. “Jangan bawa kemarahan Ibu di sini,” Ayah menasehati Ibu. “Hati Ibu mana sih Pak yang gak kesel anak kita sendiri disakiti, coba lihat mereka? Ketawa-ketawa kayak gak ber
Baca selengkapnya

Bab 22

Bab 22 Sehabis menjambak rambut Kumi, Rini langsung kabur seperti tak ada beban. Dia kembali menemui tamu-tamunya dengan senyum mengembang. Shaka marah. Ia hendak melabrak mamanya Shaka. Tapi Kumi melarangnya. Rentetan kejadian hari itu membuat emosi Kumi meningkat, perut Kumi mual, jantungnya berdebar dan napasnya semakin cepat. Dia berjalan seperti melayang. Tangan Kumi semakin erat memegangi Shaka. Semakin lama pandangannya semakin mengabur. “Shaka…” sebelum tubuhnya melorot ke bawah dan Kaluna terlepas dari dekapannya. “Kumiiii…” teriak Shaka. Reflek tangan Shaka menyambar Kaluna yang terlepas dari gendongan Kumi sebelum bayi merah itu terhempas ke lantai marmer. Bayi itu menangis kencang karena terkejut, sedangkan Kumi jatuh tak sadarkan diri. Mendengar teriakan Shaka memanggil Kumi dan tangisan Kaluna yang keras, Ibu menoleh. Perempuan itu terkesiap melihat Kumi yang pingsan. “Ya Alla
Baca selengkapnya

Bab 23

Untuk beberapa saat Kumi tercenung. Setelah itu dia malah cemberut. “Apa kamu meledekku?” “Tidak! Semalam kamu beberapa kali menyebut nama Arka dalam tidurmu. Apakah kamu mencintainya?” Mata hazel Shaka memaksa Kumi untuk menatapnya. Kumi memelintir rambutnya dengan tangan. Dia gelagapan tak berani membalas tatapan Shaka, yang membuat hatinya berdegup kencang. Ia memalingkan pandangannya ke jendela kaca yang menghadap ke taman. “Jangan asal bicara. Jelas-jelas kamu tahu aku membencinya. Arka dan keluarganya terus melecehkan aku dan keluargaku,” ucap Kumi seraya menata hatinya yang berantakan. Shaka berdiri, ia lalu pergi ke kamar mandi. Terdengar bunyi gemericik air. Tak berselang lama ia keluar keluar menggulung lengan bajunya. Harum bau sabun menyeruak. Kemudian pria itu menyisir rambutnya yang basah ke belakang dengan tangannya. Kumi mencuri-curi pandangan. Lelaki berkulit hitam manis itu tampak seksi di mata Kumi. Mata keduanya bertemu, Kumi salah tin
Baca selengkapnya

Bab 24

“Aneh!” gumam Shaka. Ia mengusap-usap dagunya, dan memikirkan siapa pemuja Kumi? Bagaimana pengirim itu tahu kamar yang mereka tempati sekaligus mengetahui Kumi membutuhkan baju? Shaka melirik Kumi yang sedang bersiap untuk mandi, wanita itu menggelung rambutnya ke atas, memperlihatkan lehernya yang putih. Shaka melihatnya, ia menarik napas sebentar. Dirinya tidak mengerti dengan sikap Kumi, tadi Kumi terkejut, tapi kini ia sama sekali tak menghiraukan soal siapa pengirim baju itu. Pemuda itu senewen sendiri. “Bajunya biar kusimpan,” kata Shaka tanpa memberikan alasannya. “Untuk apa kamu simpan? Kamu tidak memakainya. Sayang kan? Biar aku saja yang menyimpannya. Baju itu bisa kupakai, aku juga suka bahan kainnya, dingin,” kata Kumi. Ia mengambil pakaian yang ada dalam tas karton itu dan membawanya ke kamar mandi. Shaka mendengus. “Aku mau mencari siapa secret admirer yang mengirimu baju itu!” Kumi melongok dari pintu kamar mandi. “Untuk apa? Gak ada gunany
Baca selengkapnya

Bab 25

Kumi berbalik dan mundur beberapa langkah, badannya menegang, “Mama.” Lelaki di hadapannya itu tersenyum ramah. “Maaf Kumi, dia abangku. Namanya Parang Satria. Kami terbiasa memanggilnya Abang parang. Umurnya 29 tahun. Dia mungkin mengira kamu mamaku,” kata Shaka sedih. “Abang, dia Kumi, bukan Mama.” Kumi memperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Mula-mula dari postur badannya yang pendek, kemudian wajahnya yang bulat, hidungnya kecil dan bertulang agak rata, matanya yang miring ke atas, tapi sorot matanya sangat polos seperti anak-anak. “Halo, namaku Kumi. Aku punya kejutan untukmu, dia lalu membuka pintu mobil dan mengambil Kaluna. “Kami masuk dulu ya Bang,” kata Shaka dengan sayang. Parang mengangguk senang. Lelaki itu berlari ke pos satpam dan bermain layang-layang. Ketika Shaka membuka pintu rumah. Hati Kumi langsung jatuh cinta dengan designnya. Rumah bergaya minimalis dan terkesan sejuk karena banyak tanaman hijau yang ditata apik, menyesuaikan dengan kont
Baca selengkapnya

Bab 26

Bab 26 Mata Kumi terpana saat berdiri di depan kamar tamu. Semua kata-katanya terkunci melihat kamar bernuanda putih di rumah Shaka telah disulap menjadi kamar bayi dengan semua perlengkapannya. Nenek mengambil alih kendali. Dia menggendong Kaluna dan duduk di sofa empuk yang terletak di sudut kamar. Bayi merah itu asyik menyusu dari botol dan nyaman dalam gendongan Nenek. Wajah Nenek memancarkan cahaya, ia terus memandang bayi mungil itu, takjub. Sulis memutar musik klasik Mozart dari ipod, setelah itu ia duduk di karpet berbulu, tangannya sibuk merajut sambil menemani Abang Parang bermain puzzle. Semua tampak tenang. Nenek memberi isyarat halus pada Kumi untuk pergi. Seseorang menyenggol tubuhnya. Kumi menoleh. “Aku Rio, sekretaris merangkap personal assisten Shaka. Kamu Kumi kan? Shaka banyak cerita tentang kamu.” Rio, lelaki kemayu itu memperkenalkan diri. Tangannya memegang fulpen. Telinga Kumi membesar mendengar cerita Rio. “
Baca selengkapnya

Bab 27

Seketika kakinya kaku melihat wajah yang muncul di hadapannya. N-ngapain k-kamu k-ke sini?” ulang Kumi. Mendadak hati Kumi gelisah, meski ia sudah tahu, pekerjaannya memiliki resiko bertemu dengan mantan suaminya. Akan tetapi, sejuta rasa marah, kecewa, sakit hati dan dendam tetap datang menghampiri tanpa mampu ia tolak. Terengah-engah Kumi menghalau perasaan negatif tersebut. Ia menunduk, menenggelamkan pikirannya pada lantai. “Apa kamu lupa aku salah satu CEO di perusahaan Shaka?” tanya Arka. Ia menyembunyikan keterkejutannya melihat Kumi di kantor Shaka. “Iya,” kata Kumi jujur. Rio menepuk pundak Kumi sebelum masuk. “Aku kangen kamu…” Kumi termangu. Matanya berkilat marah. “Bu, dipanggil Pak Shaka,” kata Wahyu, mendatangi Kumi. “Baik,” Wanita itu bergegas menemui Shaka di ruangannya. Dia mengetuk pintu. Kaki Kumi lunglai, melihat senyum Shaka. “Ada apa?” katanya kaku. “Maaf, aku
Baca selengkapnya

Bab 28

Kumi berdiri tegang, matanya berani menantang Arka. “Apa lagi yang kamu inginkan dariku Arka? Aku tidak ada waktu untuk melayanimu.” “Aku serius, aku mau mengajakmu keluar,” kata Arka percaya diri. Ia hendak meraih tangan Kumi tapi wanita itu mengibaskannya. “Please Kumi, luangkan waktumu. Aku ingin mencicipi tubuhmu lagi,” katanya blak-blakan. Senyum Kumi menyeringai. Tangannya gatal ingin menampar pipi lelaki itu. “Untuk apa? Masa lalu kita sudah kubuang. Maaf, aku banyak kerjaan. Tolong jangan ganggu aku!” Kumi meninggalkannya sendirian di ruang meeting. Arka tak menduga Kumi akan menolaknya! Dan ini membuat hatinya terluka. Selama ini ia selalu mendapatkan apa yang ia mau. “Sombong!” gumamnya kesal. “Sial! Kenapa kuceraikan dia,” kata Arka menumpahkan kekecewaannya. Perubahan Kumi membuat adrenalinnya berpacu lebih cepat. Wanita itu semakin cantik dan keibuan setelah melahirkan. Ada rasa penyesalan yang menyergap dirinya. Setan-setan dalam
Baca selengkapnya

Bab 29

Arka menyeringai. “Apa kamu gunakan anakmu untuk mencari perhatian Shaka, heh! Ingat Kumi. Dia anakku. Aku tak rela kamu memanfaatkan bayi itu untuk mencari perhatian laki-laki!” gertaknya. “Untuk apa kamu menggoda Kumi lagi? Bukankah kamu sudah mencampakkan dia?” ucap Shaka keras dan setengah menghardir Arka. Jantung Kumi hendak meletus mendengar suara pria itu dari dalam pos satpam. Kapan dia masuk? Arka lalu melepaskan tangan Kumi. Ia mendengus kesal, melihat bosnya berjalan ke arahnya. “Saya mau mengajak Kumi makan malam Pak dan lebih mengenal bayinya? Apakah itu tidak boleh?” ujarnya dengan suara dingin. “Kamu lucu sekali Arka. Kamu baru saja menikah kenapa sekarang mau mengusik kehidupan Kumi dan bayinya. Apakah kamu tidak takut dengan Rhea?” kata Shaka mencemooh. “Pulanglah, sebelum aku marah.” Gigi Arka gemeretuk. Andaikan saja Shaka bukan bosnya, dia mau mengajaknya duel. Dia tidak membantah dan patuh pada perintah Shaka. Ia
Baca selengkapnya

Bab 30

Kumi panik! Badannya gemetaran. “Mbok Yem… Mbok Yem, cepat ke mari!” jeritnya histeris Untuk beberapa detik, Kumi berdiri terpaku menatap tubuh Shaka yang tergeletak di lantai dengan darah segar dari keluar dari kepalanya. Ia masih bingung apa yang harus ia lakukan. Mbok yem dan dua pembantu di rumah Shaka lari tergopoh-gopoh ke Kumi. “Mbok Yem, lihat itu, Shaka…!” Tangan Kumi menunjuk Shaka. “Aduhh! Apa yang harus kita lakukan Bu,’ kata Mbok Yem. Ia sangat khawatir. “Mbok Irah kamu jaga Nenek. Sulis, kamu jaga Abang.” Kumi menenangkan diri. “Mbok, panggil dokter ke sini. Saya mau memeriksa Shaka.” Ia lalu menghampiri Shaka dan memeriksa keadaannya. Wanita itu bernapas lega melihat pemuda itu masih bernapas. “Mbok Yem, cepat ambilkan kotak P3K dan es batu!” Kemudian Kumi memeriksa kepala Shaka. Sepertinya lelaki itu jatuh dan kepalanya membentur sudut meja. Selanjutnya dengan pengetahuannya Kumi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status