Home / Romansa / Cintaku Terhalang Weton / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Cintaku Terhalang Weton: Chapter 81 - Chapter 90

224 Chapters

81. Pertengkaran

Danang tak dapat menyembunyikan rasa senangnya begitu melihat mobil kecil milik Ayu tiba di halaman parkir restoran yang menyajikan mie. Wajahnya yang semenjak tadi ditekuk dan murung mendadak berseri. Lengkungan pun muncul menghiasi wajahnya yang kecokelatan. Tangannya pun melambai ke arah gadisnya yang sudah mulai masuk ke ke restoran. Restoran mie ini memang di desain terbuka sehingga memudahkan tamu untuk melihat ke arah luar. Tak hanya Danang yang merasakan kegembiraan itu, tapi juga Ayu. Sudah berapa hari mereka berdua tidak bertemu. Ia pun melangkah cepat mendekat ke arah meja Danang yang letaknya berhadapan dengan tanaman cemara udang.   Namun saat ia semakin dekat, wajah lelaki itu pun kembali ditekuk, tak ada lagi keceriaan yang ditunjukkan di wajahnya seperti saat melihat sosok Ayu dari kejauhan. “Mas,” panggil Ayu. “Hmm, duduk Yu, kamu kesini ng
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

82. Curhatan Ayu

Melihat ayu yang bersiap-siap beranjak, Danang pun ikut berdiri dan meraih tangan Ayu. “Yu, duduk dulu, nggak usah keburu pergi. Apa kita nggak bisa bicarakan ini baik-baik.” Ayu menghela napas panjang. Ada rasa enggan atau mungkin kesal yang ditampilkan di wajahnya. “Bukannya tadi saya sudah mengajak Mas bicara baik-baik, tapi sepertinya Mas kebertan dengan penjelasan saya. Ya saya mau bagaimana lagi,” jawab Ayu. “Iya … iya Mas ngerti Mas yang salah karena nggak mendengarkan kamu. Sekarang duduk dulu ya Yu,” ajaknya. Melihat Danang yang begitu mengharapkan untuk bisa berbicara dengannya, Ayu pun mulai luluh. Perlahan-lahan ia kembali pada tempat duduknya dan menatap sang kekasih. Ada raut kesedihan yang muncul di wajahnya kali ini. “Mas minta maaf ya Yu. Mas cemburu banget ngelihat kamu dengan Wira kemarin.&rd
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

83. Kandas?

Hanya helaan napas yang terdengar dari mulut Danang. Dua sejoli itu hanya mematung tak melakukan apa-apa. Hidangan yang telah mereka pesan pun belum juga tersentuh. Tangan Danang tampak menggenggam garpu yang sekarang mengarah ke atas dengan kuat. Tampaknya alat makan itu menjadi pelampiasan emosinya saat ini. “Coba kamu omongin sekali lagi Yu!” pinta Danang dengan tatapan yang begitu tajam. Perlahan Ayu mengangkat wajahnya dan mengulangi apa yang baru saja ia katakan. Kali ini ada getaran dari nada suaranya, sepertinya ia tengah menahan tangis. “Mereka benar-benar memintamu untuk melakukan ini? Bagaimana mungkin mereka tidak menanyaimu lebih dulu?” tanya Danang masih dengan pandangan yang mengarah lurus ke depan. “Aku nggak tahu kenapa Mas, Mas tahu sendiri kan bagaimana keluargaku.” Danang kembali meletakkan garpu ke atas
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

84. Ide Dari Ayu

Danang kelihatan tidak sabar setelah Ayu mengatakan kalau ia memiliki ide cemerlang untuk memecahkan masalah mereka. Ada sebongkah harapan baginya untuk bisa membina rumah tangga bersama Ayu, perempuan yang belakangan ini selalu mengisi hari-harinya. “Sayang, apa idemu, cepat kasih tahu Mas. Mas udah nggak sabar buat kita bisa bersatu, nggak sembunyi-sembunyi begini.” Ayu mencondongkan tubuh ke arah Danang dan mulai menyampaikan idenya, “Mas, kita kawin lari aja yuk. Nanti biar wali hakim aja yang menikahkan aku,” ucap Ayu membuat Danang membelalakkan mata karena tersentak kaget. “Bagaimana? Kamu ngajakin Mas untuk kawin lari? Apa kamu serius dengan hal itu?” Ayu mengangguk cepat. “Iya mas kita akan kawin lari. Kita bisa pergi ke luar kota dan mencari orang untuk menikahkan kita. Setelah itu kita akan kembali ke sini
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

85. Jangan Emosi

Danang mengambil selembar uang berwarna merah dan meninggalkannya di atas meja. Lalu ia melambaikan tangan pada pelayan yang berdiri tak jauh darinya dan menunjuk pada lembaran uang yang ia letakkan di atas meja. Danang tidak lagi sempat untuk memanggil pelayan dan menanyakan berapa yang harus ia bayar. Namun ia yakin uang yang ia keluarkan masih memiliki kelebihan. Mereka berdua memang cukup sering makan di restoran mie ini sehingga cukup hapal dengan harga menu yang disajikan. “Ini ya Mbak,” katanya kemudian melangkah mengejar Ayu. Tak ada waktu lagi baginya, gadis itu harus dikejar dan mendapatkan penjelasan darinya. “Mas … Mas uang kembaliannya!” teriak pelayan itu sambil membawa selembar uang berwarna ungu dan cokelat. Namun panggilan itu sama sekali tak diindahkan oleh Danang. Ia berusaha untuk menjajari Ayu yang kini sudah semakin dekat denga
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

86. Kepergok Budhe Ning

Dengan langkah gontai, Danang pun melangkah menuju mobilnya. Ia menyesali sikap Ayu yang begitu emosional kali ini. Namun ia tak bisa menyalahkan gadis itu, mungkin saja Ayu melakukannya lantaran benar-benar tertekan. Di sisi lain ini juga membuktikan kalau sebenarnya Ayu begitu menyayangi dirinya. Ayu benar-benar lebih memilihnya dibanding konglomerat itu. “Huft! Semoga kamu bisa sabar menunggu ya sayang. Mas yakin ini memang tak akan tahan lama,” gumamnya pada diri sendiri kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah tinggalnya. Danang memang bukan tipikal lelaki yang doyan keluyuran. Dia tidak suka keluar rumah jika tidak ada hal penting yang harus dilakukannya. Pekerjaan kantor sudah cukup menyita waktu dan tenaganya, jika harus ditambah dengan keluyuran rasanya ia sudah tidak tertarik. Jika tidak bersama Ayu, dia memilih untuk merebahkan diri di atas tempat tidur, berbaring hingga ia
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

87. Itu Lagi Itu Lagi

“Yu, gimana persiapanmu?” tanya Ibu di sela-sela makan malamnya. Ayu yang tengah mengunyah makan malamnya pun mengangkat wajah dan memandang ke arah Ibunya. Ia sudah tahu apa yang dimaksud dengan persiapan versi Ibunya, apalagi kalau bukan acara lamarannya dengan Wira. “Persiapan apa sih Bu, nggak usah aneh-aneh,” jawabnya dengan malas. “Acara lamaran kamu dengan Wira to Nduk, apa kamu udah lupa kalau mereka akan datang melamarmu?” “Udah deh Bu nggak usah bahas itu lagi. Ayu malas dengernya.” Budhe Ning yang ada di situ pun kembali ambil suara dan ikut campur akan hal yang dihadapi oleh keponakannya ini. “Kok males to nduk? Iki nggo masa depanmu lho (Kenapa malas Nduk? Ini untuk masa depanmu)” ucap Budhe Ning. Ayu menghembuskan napas panjang, matanya pun menyipit ke arah dua wani
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

88. Pergi

Ayu merentangkan kedua tangan dan menguap saat alarm di ponselnya berbunyi. Penunjuk waktu menyebutkan saat itu baru pukul satu dini hari. Ingin sekali ia merebahkan tubuhnya kembali ke kasur tapi ia ingat akan satu hal yang harus dikerjakan olehnya sekarang.Segera ia mematikan alarm sebelum bunyinya yang berisik membangunkan Budhe maupun ibunya. Kemudian mengucek kedua mata, dan duduk sebentar mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur.Lima menit sudah berlalu, dan Ayu sudah sepenuhnya sadar dari tidurnya. Ia pun langsung mandi dengan singkat dan membuat kopi untuk diletakkan dalam termos traveller dan juga secangkir untuk diminum sekarang.Suasana hening masih memenuhi seluruh ruangan di rumah Ayu. Ibu dan Budhe masih tertidur pulas, mereka biasa mulai beraktivitas saat waktu menunjukkan pukul empat dini hari.“Huft aman,” ungkap Ayu kemudian menuju kamarnya dan mengambil tas koper, kunci mobil dan mulai berjalan berjingkat ke depan rumah agar tak menimbulkan suara.Kamar tidurnya me
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

89. Danang Memberi Ruang

Berkali-kali Danang merubah posisi tidurnya kali ini. Sejak tadi ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, seakan ada saja yang mengganggu dirinya.Danang pun bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil air putih untuk menenangkan diri.“Huft!” keluhnya sambil memijit pelipis.Jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya kali ini. Entah apa yang membuatnya merasa demikian semenjak tadi, mungkinkah ada suatu pertanda yang kurang baik.Segera ditepiskan jauh-jauh pikiran buruk itu, dan ia kembali mencoba menghubungi Ayu. Sejak mereka bertemu tadi sore, ia sama sekali belum mendengar kabar apapun dari Ayu.Memang Danang sengaja untuk tidak mengganggu Ayu kaki ini. Dia ingin memberi ruang pada kekasihnya untuk mencari solusi akan hubungan mereka yang tak kunjung mendapatkan restu orang tua. Sama halnya dengan dirinya yang juga mencari solusi akan hubungan mereka.Meski memberi ruang, tapi Danang tidak bisa lama-lama untuk tidak berkomunikasi dengan Ayu. Tentunya ia tak akan tahan untuk tidak
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more

90. Kepanikan di Pagi Hari

Bu Ratmi berdiri di depan kamar Ayu dan mengetuk pintu lantaran putrinya tak juga keluar dari kamar padahal sang penunjuk waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.“Yu … Ayu bangun Nduk!” panggil Ibu terus mengetuk.Tak biasanya wanita paruh baya ini mendapati Ayu belum juga keluar kamar. Dari dulu ia selalu membiasakan putrinya untuk bangun pagi.“Ayu, nggak sarapan Nduk?” Bu Ratmi kembali menegur, tapi hasil tetap nihil.Saat itulah ia dikejutkan oleh Budhe Ning yang baru saja membuka pintu depan untuk pergantian udara. Ada pemandangan yang tak biasa saat beliau membuka pintu depan. Mobil milik Ayu tidak ada di carport, dan pintu pagar tidak terkunci.“Ratmi … Ratmi, mobile genduk ilang, mambengi enek maling ya’e (Ratmi … Ratmi, mobilnya genduk hilang, sepertinya semalam ada maling)!” seru Budhe Ning sambil melangkah tergopoh-gopoh ke arah adiknya.“Eneng opo to Mbak Yu (Ada apa to Mbak)?” tanyanya berusaha menenangkan kakaknya.Budhe Ning tampak berusaha untuk mengatur napasnya. Ia
last updateLast Updated : 2022-04-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status