Home / Romansa / Cintaku Terhalang Weton / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Cintaku Terhalang Weton: Chapter 161 - Chapter 170

224 Chapters

161. Apa Kamu Yakin?

Pertemuan antara Danang dan Ayu tidak bisa dihindari begitu saja. Apalagi, tiket film yang sudah dibeli dan tidak bisa dikembalikan. Namun, satu hal yang Danang tidak sadari. Dia duduk di bangku bersebelahan dengan Ayu.Mereka bersama-sama melangkahkan kaki memasuki ruang bioskop untuk menikmati suguhan film di sana.Duduk secara berjajar dengan urutan Dinda, Danang, Ayu, dan Wira dari kiri. Benar-benar sesuatu yang tidak disadari oleh Danang saat membeli tiket."Ya, sudahlah. Mau bagaimana lagi. Semoga saja tidak ada apa-apa," batin Danang sambil mendudukkan diri di kursinya.Tidak lama kemudian, bangku di ruangan itu mulai terisi penuh. Artinya, film akan segera ditayangkan."Pak Wira sudah lama di sini?" tanya Dinda sambil menatap ke arah Wira yang lumayan jauh dari tempat duduknya.Dinda berpura-pura tidak akrab dengan Wira agar penyamaran dan kerjasamanya dengan Wira tidak diketahui oleh siapa pun. Apalagi, Danang dan Ayu."Oh, lumayan, sih. Tadi, kita sudah sempat makan sama mas
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

162. Danang Masih Berusaha

Ayu yang telah selesai keluar dari toilet. Dia pun melangkahkan kakinya keluar dari bilik toilet. Dia ingin menemui Wira yang sudah lebih dulu pergi ke ruang parkiran. Namun, tiba-tiba saja pendengarannya merasa terganggu, dia berhenti tepat di depan pintu toilet.“Ayu, aku mau bicara sebentar. Sebelum, kamu benar-benar menjadi milik orang lain,” ucap seorang pria yang sudah tidak asing lagi bagi Ayu.Perjalanan cintanya dengan Danang yang tidak singkat membuat banyak kenangan dan cerita. Apalagi, hanya sebatas mengenali bagian tubuh dari Danang ataupun suara dari pria itu, sudah tidak diragukan lagi bagi Ayu. Dalam sekali dengar saja sudah bisa memastikan siapa pemiliknya.Ayu menoleh ke belakang. “Iya, boleh,” singkatnya.“Boleh ke tempat lain?” pinta Danang berharap bisa mendapatkan banyak waktu bersama dengan gadis itu.Namun, suasana canggung yang ada di hati Ayu pun membuatnya menolak permintaan dari Danang.“Aku hanya memiliki waktu lima menit.”Waktu yang begitu singkat untuk
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

163. Masih Butuh Waktu

Bab 163.Ayu dan Wira tidak pergi lagi ke toko furniture. Waktu yang sudah berlarut membuat keduanya memilih pulang ke rumah.Di dalam mobil, Ayu duduk dengan melirik ke arah jendela. Suasana hujan yang mendadak mengguyur bumi mendinginkan suasana hati Ayu yang masih bergemuruh termakan api cemburu. Mata wanita itu menikmati setiap tetesan hujan dan pemandangan lampu kota yang menyala terang."Apa kamu masih ada perasaan dengan Danang?" tanya Wira secara tiba-tiba.Wira mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah dan sedikit minggir ke tepi. Dia tidak ingin membahayakan dua nyawa yang ada di dalam mobil itu hanya karena laju kendaraan yang asal-asalan. Apalagi, kondisi jalanan yang licin.Ayu membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap lurus ke depan. "Ya, namanya juga menjalin hubungan lumayan lama. Maaf, ya, belum bisa memberikan yang terbaik buat Mas," jawab Ayu sambil menunduk beberapa detik.Wira hanya mengangguk. Kemudian, kembali fokus dengan kendaraannya."Mas kecewa dengan
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

164. Ajakan Dinda

Danang merasa kesal dan lelah setelah bertemu dengan Ayu. Pria itu merasa hatinya sangat hancur melihat sang pujaan hati seakan enggan untuk menatapnya. Namun, Danang sendiri pun salah. Dengan bodohnya, Danang menerima saran dari Dinda. Seharusnya, pria itu bisa menolak dan membantah.Dinda yang mengerti Danang masih merasa sakit hati itu pun mengajaknya pergi dari mall. Tidak lama kemudian, pada saat Danang dan Dinda sampai di luar mall, tiba-tiba saja malam itu hujan turun dengan deras."Kamu, pulang sama aku saja ya. Aku lihat kamu kacau, bahaya kalau nyetir sendirian," kata Dinda dengan begitu santai.Danang terdiam beberapa saat. Dia pun melihat ke arah jam tangannya yang sudah cukup malam. "Mobilku bagaimana? Tidak mungkin ditinggal di sini," kata Danang datar.Pria itu masih kesal dengan situasi di mall tadi. Sebuah kondisi yang sangat tidak diharapkan. Bahkan, dia tidak sempat membeli barang untuk hadiah Diah.Dinda melirik ke arah Danang sekilas. "Ada apa? Masalah mobil gampa
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

165.

Danang tidak tahan dengan bau alkohol yang sudah menyebar di seluruh penjuru ruangan. Tanpa disadari, Dinda telah meneguk air di dalam gelasnya. Sebuah minuman beralkohol yang membuatnya seperti orang linglung.Danang pun berniat baik untuk membantu Dinda. Menjaganya untuk tetap duduk di sebelahnya. Lalu, Danang beranjak dari duduknya untuk membeli sebotol air putih agar bisa menetralkan kandungan alkohol yang sudah masuk ke dalam tubuh Dinda.Namun, selama ditinggal pergi oleh Danang, Dinda sudah berhasil mengambil beberapa gelas minuman yang memabukkan itu. Bahkan, saking brutalnya banyak yang tercecer di bajunya."Danang … Danang, di mana kamu?" rancau Dinda mencari keberadaan Danang yang tidak ada di sebelahnya.Beberapa waktu kemudian, Danang sudah kembali dengan membawa satu botol air minum. Dia duduk di sebelah Dinda dan berusaha untuk menyadarkan wanita itu."Kamu minum dulu air ini," kata Danang memberikan botol air yang sudah dibuka tutupnya.Danang sengaja membukakan tutup
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

166. Penjelasan Dinda

Keesokan harinya, jam kantor telah dimulai sejak dua menit yang lalu. Danang duduk dengan mata tertuju pada sebuah komputer. Dia sedang mengecek berkas yang akan dicetak. Namun, secara tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pintu."Masuk," ucap Danang masih fokus dengan berkasnya.Danang pikir, seseorang yang akan masuk ke ruangannya adalah karyawan yang berkepentingan tentang masalah pekerjaan. Namun, ternyata dia salah. Danang justru melihat seorang perempuan sedang melangkah ke arahnya dan membuat Danang merasa sangat muak ketika menatap wajahnya.Danang menatap ke arah wanita itu hanya sekilas, lalu kembali dengan pekerjaan. "Ada keperluan apa?" tanya Danang dengan datar.Danang berusaha keras untuk mengalihkan pandangan. Dia tetap bekerja dengan berkas-berkas yang ada di komputernya. Namun, sialnya perempuan itu justru berdiri di samping kanannya."Danang, berikan aku waktu sedikit untuk menjelaskan yang semalam." Dinda mencegah tangan Danang untuk melakukan pekerjaannya.Danang m
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

167. Permintaan Ibu

Kondisi Ibu Asih jauh lebih membaik daripada sebelumnya. Kini, dia sudah sadarkan diri dengan sempurna dan bisa mengenali Diah.Rebahan di atas kasur rumah sakit, Ibu Asih masih tetap ditemani oleh Diah. Sebenarnya, Ibu Asih menginginkan Danang ada di dekatnya. Namun, mau bagaimana lagi. Danang harus bekerja demi kehidupan yang akan datang.Diah menangis haru menatap ibunya benar-benar pulih. Rasa bahagia dan sedih seakan bercampur padu. "Bu, Diah senang akhirnya Ibu bisa jauh lebih membaik lagi."Ibu Asih tersenyum, lalu mengusap lembut pipi Diah yang dibanjiri oleh air mata. "Ibu tidak apa-apa. Selama ada kamu dan Danang, Ibu pasti bisa berjuang. Apapun kondisinya," ucapnya sedikit terbata-bata.Diah membalas senyuman ibunya itu dengan tulus. Kemudian meraih tangan ibunya untuk dipegang erat-erat. Selayaknya anak kecil yang enggan kehilangan ibunya."Diah, biaya rumah sakit Ibu siapa yang membayar?" tanyanya dengan suara yang masih terdengar bergetar dan sedikit tidak jelas.Mendapa
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

168. Kedatangan Mbak Diah

Setelah Bu Asih meminta dia untuk segera menemui Ayu tentang kelanjutan hubungan Ayu dan juga Danang. Dengan segera dia menuruti apa kata Sang Ibu, Jika dia tidak menuruti apa kata Sang Ibu, Diah berpikir pasti nanti sang ibu akan sedih dan kondisinya tidak jadi membaik seperti apa yang dikatakan dokter.“Apakah aku harus mendatangi ayu? Ini masalah mereka, jelas saja mereka yang harus menyelesaikan masalah. Tapi jika aku tidak mengikutcampurkan urusan mereka pasti ibu akan marah kepadaku dan kondisinya akan semakin buruk,” ujar Diah. Diah sama sekali tidak mau mengganggu ataupun mengikut campur kan hubungan adiknya. Tapi di satu sisi dia tidak mau kondisi sang Ibu semakin drop apalagi sampai kehilangan sang ibu.Setelah dia berpikir sekian lama akhirnya Diah memutuskan untuk mengunjungi rumah Ayu. Diah akan membujuk Ayu jika Ayu melaksanakan penyelesaian hubungan antara Danang dan Ayu. Bagaimanapun juga Diah harus meyakinkan Ayu agar terus bersama dengan Danang entah apa motivasinya.
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

169. Terpancing

Ayu berada dalam rasa bimbang yang memuncak, tidak biasanya Ayu melihat kakak Danang yang memohon padanya demi kembali pada sang adik. Diah memikirkan sesuatu, ia merasa Ayu masih memiliki perasaan yang mendalam hanya saja ia tidak mau mengakuinya.Apakah Ayu benar-benar disakiti oleh Danang? Apa yang membuatnya sekecewa ini? batin Diah sembari menggenggam erat tangan Ayu.“Ayu?” panggil Diah disertai senyuman setipis mungkin. Wajahnya begitu tenang, itu mampu membuat Ayu sedikit nyaman saat berada di dekatnya.“Iya, Mbak Diah?” Ayu menaikkan sebelah alisnya sembari memiringkan kepalanya ke kanan menatap bola mata milik Diah.Diah menghela napas panjang, memberanikan diri mengucapkan kata-kata yang mungkin membuat Ayu terluka.“Apa kamu menyukai seseorang sebelum kamu memutuskan hubungan dengan Danang?” Suaranya semakin pelan karena tidak enak. Walau bagaimanapun juga, Diah harus memikirkan segala cara agar Ayu bisa bersama-sama lagi dengan Danang.“Mbak? Mbak kenapa berpikir seperti
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

170. Kakak Yang Baik

Ayu memeriksa ponselnya, barangkali ada pesan penting dari seseorang. Ralat, sebenarnya ia menantikan pesan dari Danang. “Hei! Kenapa kamu ini? Sudah jelas-jelas kamu harus melupakannya!” Lagi-lagi Ayu mengetuk kepalanya dengan genggaman tangan. Perutnya tiba-tiba berbunyi, ia memegangnya dan mengelusnya pelan. “Lapar,” kata Ayu lalu menuju ruang makan. Di sisi lain, Diah langsung menemui sang adik untuk membicarakan Ayu. Ia kesal pada Danang yang tidak bisa bersikap dewasa. Seharusnya masalahnya sendiri ia selesaian tanpa campur tangan Diah, tetapi karena Diah orangnya tidak sabaran. Jadi, Diah pun harus turun tangan untuk memulihkan keadaan agar lebih baik dan berharap mereka berdua bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih jauh, pelaminan misalnya. “Danang! Di saat seperti ini kamu masih bisa bersantai?” omel Diah saat melihat Danang tengah men
last updateLast Updated : 2022-09-15
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status