Beranda / Romansa / Cintaku Terhalang Weton / 162. Danang Masih Berusaha

Share

162. Danang Masih Berusaha

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ayu yang telah selesai keluar dari toilet. Dia pun melangkahkan kakinya keluar dari bilik toilet. Dia ingin menemui Wira yang sudah lebih dulu pergi ke ruang parkiran. Namun, tiba-tiba saja pendengarannya merasa terganggu, dia berhenti tepat di depan pintu toilet.

“Ayu, aku mau bicara sebentar. Sebelum, kamu benar-benar menjadi milik orang lain,” ucap seorang pria yang sudah tidak asing lagi bagi Ayu.

Perjalanan cintanya dengan Danang yang tidak singkat membuat banyak kenangan dan cerita. Apalagi, hanya sebatas mengenali bagian tubuh dari Danang ataupun suara dari pria itu, sudah tidak diragukan lagi bagi Ayu. Dalam sekali dengar saja sudah bisa memastikan siapa pemiliknya.

Ayu menoleh ke belakang. “Iya, boleh,” singkatnya.

“Boleh ke tempat lain?” pinta Danang berharap bisa mendapatkan banyak waktu bersama dengan gadis itu.

Namun, suasana canggung yang ada di hati Ayu pun membuatnya menolak permintaan dari Danang.

“Aku hanya memiliki waktu lima menit.”

Waktu yang begitu singkat untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cintaku Terhalang Weton   163. Masih Butuh Waktu

    Bab 163.Ayu dan Wira tidak pergi lagi ke toko furniture. Waktu yang sudah berlarut membuat keduanya memilih pulang ke rumah.Di dalam mobil, Ayu duduk dengan melirik ke arah jendela. Suasana hujan yang mendadak mengguyur bumi mendinginkan suasana hati Ayu yang masih bergemuruh termakan api cemburu. Mata wanita itu menikmati setiap tetesan hujan dan pemandangan lampu kota yang menyala terang."Apa kamu masih ada perasaan dengan Danang?" tanya Wira secara tiba-tiba.Wira mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah dan sedikit minggir ke tepi. Dia tidak ingin membahayakan dua nyawa yang ada di dalam mobil itu hanya karena laju kendaraan yang asal-asalan. Apalagi, kondisi jalanan yang licin.Ayu membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap lurus ke depan. "Ya, namanya juga menjalin hubungan lumayan lama. Maaf, ya, belum bisa memberikan yang terbaik buat Mas," jawab Ayu sambil menunduk beberapa detik.Wira hanya mengangguk. Kemudian, kembali fokus dengan kendaraannya."Mas kecewa dengan

  • Cintaku Terhalang Weton   164. Ajakan Dinda

    Danang merasa kesal dan lelah setelah bertemu dengan Ayu. Pria itu merasa hatinya sangat hancur melihat sang pujaan hati seakan enggan untuk menatapnya. Namun, Danang sendiri pun salah. Dengan bodohnya, Danang menerima saran dari Dinda. Seharusnya, pria itu bisa menolak dan membantah.Dinda yang mengerti Danang masih merasa sakit hati itu pun mengajaknya pergi dari mall. Tidak lama kemudian, pada saat Danang dan Dinda sampai di luar mall, tiba-tiba saja malam itu hujan turun dengan deras."Kamu, pulang sama aku saja ya. Aku lihat kamu kacau, bahaya kalau nyetir sendirian," kata Dinda dengan begitu santai.Danang terdiam beberapa saat. Dia pun melihat ke arah jam tangannya yang sudah cukup malam. "Mobilku bagaimana? Tidak mungkin ditinggal di sini," kata Danang datar.Pria itu masih kesal dengan situasi di mall tadi. Sebuah kondisi yang sangat tidak diharapkan. Bahkan, dia tidak sempat membeli barang untuk hadiah Diah.Dinda melirik ke arah Danang sekilas. "Ada apa? Masalah mobil gampa

  • Cintaku Terhalang Weton   165.

    Danang tidak tahan dengan bau alkohol yang sudah menyebar di seluruh penjuru ruangan. Tanpa disadari, Dinda telah meneguk air di dalam gelasnya. Sebuah minuman beralkohol yang membuatnya seperti orang linglung.Danang pun berniat baik untuk membantu Dinda. Menjaganya untuk tetap duduk di sebelahnya. Lalu, Danang beranjak dari duduknya untuk membeli sebotol air putih agar bisa menetralkan kandungan alkohol yang sudah masuk ke dalam tubuh Dinda.Namun, selama ditinggal pergi oleh Danang, Dinda sudah berhasil mengambil beberapa gelas minuman yang memabukkan itu. Bahkan, saking brutalnya banyak yang tercecer di bajunya."Danang … Danang, di mana kamu?" rancau Dinda mencari keberadaan Danang yang tidak ada di sebelahnya.Beberapa waktu kemudian, Danang sudah kembali dengan membawa satu botol air minum. Dia duduk di sebelah Dinda dan berusaha untuk menyadarkan wanita itu."Kamu minum dulu air ini," kata Danang memberikan botol air yang sudah dibuka tutupnya.Danang sengaja membukakan tutup

  • Cintaku Terhalang Weton   166. Penjelasan Dinda

    Keesokan harinya, jam kantor telah dimulai sejak dua menit yang lalu. Danang duduk dengan mata tertuju pada sebuah komputer. Dia sedang mengecek berkas yang akan dicetak. Namun, secara tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pintu."Masuk," ucap Danang masih fokus dengan berkasnya.Danang pikir, seseorang yang akan masuk ke ruangannya adalah karyawan yang berkepentingan tentang masalah pekerjaan. Namun, ternyata dia salah. Danang justru melihat seorang perempuan sedang melangkah ke arahnya dan membuat Danang merasa sangat muak ketika menatap wajahnya.Danang menatap ke arah wanita itu hanya sekilas, lalu kembali dengan pekerjaan. "Ada keperluan apa?" tanya Danang dengan datar.Danang berusaha keras untuk mengalihkan pandangan. Dia tetap bekerja dengan berkas-berkas yang ada di komputernya. Namun, sialnya perempuan itu justru berdiri di samping kanannya."Danang, berikan aku waktu sedikit untuk menjelaskan yang semalam." Dinda mencegah tangan Danang untuk melakukan pekerjaannya.Danang m

  • Cintaku Terhalang Weton   167. Permintaan Ibu

    Kondisi Ibu Asih jauh lebih membaik daripada sebelumnya. Kini, dia sudah sadarkan diri dengan sempurna dan bisa mengenali Diah.Rebahan di atas kasur rumah sakit, Ibu Asih masih tetap ditemani oleh Diah. Sebenarnya, Ibu Asih menginginkan Danang ada di dekatnya. Namun, mau bagaimana lagi. Danang harus bekerja demi kehidupan yang akan datang.Diah menangis haru menatap ibunya benar-benar pulih. Rasa bahagia dan sedih seakan bercampur padu. "Bu, Diah senang akhirnya Ibu bisa jauh lebih membaik lagi."Ibu Asih tersenyum, lalu mengusap lembut pipi Diah yang dibanjiri oleh air mata. "Ibu tidak apa-apa. Selama ada kamu dan Danang, Ibu pasti bisa berjuang. Apapun kondisinya," ucapnya sedikit terbata-bata.Diah membalas senyuman ibunya itu dengan tulus. Kemudian meraih tangan ibunya untuk dipegang erat-erat. Selayaknya anak kecil yang enggan kehilangan ibunya."Diah, biaya rumah sakit Ibu siapa yang membayar?" tanyanya dengan suara yang masih terdengar bergetar dan sedikit tidak jelas.Mendapa

  • Cintaku Terhalang Weton   168. Kedatangan Mbak Diah

    Setelah Bu Asih meminta dia untuk segera menemui Ayu tentang kelanjutan hubungan Ayu dan juga Danang. Dengan segera dia menuruti apa kata Sang Ibu, Jika dia tidak menuruti apa kata Sang Ibu, Diah berpikir pasti nanti sang ibu akan sedih dan kondisinya tidak jadi membaik seperti apa yang dikatakan dokter.“Apakah aku harus mendatangi ayu? Ini masalah mereka, jelas saja mereka yang harus menyelesaikan masalah. Tapi jika aku tidak mengikutcampurkan urusan mereka pasti ibu akan marah kepadaku dan kondisinya akan semakin buruk,” ujar Diah. Diah sama sekali tidak mau mengganggu ataupun mengikut campur kan hubungan adiknya. Tapi di satu sisi dia tidak mau kondisi sang Ibu semakin drop apalagi sampai kehilangan sang ibu.Setelah dia berpikir sekian lama akhirnya Diah memutuskan untuk mengunjungi rumah Ayu. Diah akan membujuk Ayu jika Ayu melaksanakan penyelesaian hubungan antara Danang dan Ayu. Bagaimanapun juga Diah harus meyakinkan Ayu agar terus bersama dengan Danang entah apa motivasinya.

  • Cintaku Terhalang Weton   169. Terpancing

    Ayu berada dalam rasa bimbang yang memuncak, tidak biasanya Ayu melihat kakak Danang yang memohon padanya demi kembali pada sang adik. Diah memikirkan sesuatu, ia merasa Ayu masih memiliki perasaan yang mendalam hanya saja ia tidak mau mengakuinya.Apakah Ayu benar-benar disakiti oleh Danang? Apa yang membuatnya sekecewa ini? batin Diah sembari menggenggam erat tangan Ayu.“Ayu?” panggil Diah disertai senyuman setipis mungkin. Wajahnya begitu tenang, itu mampu membuat Ayu sedikit nyaman saat berada di dekatnya.“Iya, Mbak Diah?” Ayu menaikkan sebelah alisnya sembari memiringkan kepalanya ke kanan menatap bola mata milik Diah.Diah menghela napas panjang, memberanikan diri mengucapkan kata-kata yang mungkin membuat Ayu terluka.“Apa kamu menyukai seseorang sebelum kamu memutuskan hubungan dengan Danang?” Suaranya semakin pelan karena tidak enak. Walau bagaimanapun juga, Diah harus memikirkan segala cara agar Ayu bisa bersama-sama lagi dengan Danang.“Mbak? Mbak kenapa berpikir seperti

  • Cintaku Terhalang Weton   170. Kakak Yang Baik

    Ayu memeriksa ponselnya, barangkali ada pesan penting dari seseorang. Ralat, sebenarnya ia menantikan pesan dari Danang.“Hei! Kenapa kamu ini? Sudah jelas-jelas kamu harus melupakannya!” Lagi-lagi Ayu mengetuk kepalanya dengan genggaman tangan.Perutnya tiba-tiba berbunyi, ia memegangnya dan mengelusnya pelan.“Lapar,” kata Ayu lalu menuju ruang makan.Di sisi lain, Diah langsung menemui sang adik untuk membicarakan Ayu. Ia kesal pada Danang yang tidak bisa bersikap dewasa. Seharusnya masalahnya sendiri ia selesaian tanpa campur tangan Diah, tetapi karena Diah orangnya tidak sabaran. Jadi, Diah pun harus turun tangan untuk memulihkan keadaan agar lebih baik dan berharap mereka berdua bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih jauh, pelaminan misalnya.“Danang! Di saat seperti ini kamu masih bisa bersantai?” omel Diah saat melihat Danang tengah men

Bab terbaru

  • Cintaku Terhalang Weton   224. Biar Ayu Tahu

    Dengan frustrasi Danang meninggalkan ruang perawatan saat Dinda terlelap sebagai reaksi obat bius yang disuntikkan. Manager marketing itu menyusuri koridor klinik bersalin dengan keresahan yang pekat. Dia sama sekali tak menyangka acara gathering yang diadakan oleh bank tempatnya bekerja menjadi awal masalah.Mendengar ancaman Dinda tadi, dia merasa seolah langit runtuh di atas kepalanya. Entah bagaimana cara mencari bukti-bukti yang dia butuhkan. Untuk saat ini Danang hanya meyakini perasaan dan analisa berpikirnya bahwa dia tak bersalah.Danang hanya ingat merasa ngantuk setelah makan malam bersama Dinda. Bahkan dia tak sanggup untuk menyetir mobil dan membiarkan Dinda mengambil alih kemudi. Setelah itu dia tak ingat apa pun lagi yang diperbuatnya."Aaarrgh ... sial banget siih! Bisa-bisanya perempuan itu mengancam untuk melaporkan ke polisi atas tindakan yang tidak pernah kulakukan! Hiiih!" Danang berteriak dengan rasa sesal dan kesal saat tiba di taman depan klinik sambil bergumam

  • Cintaku Terhalang Weton   223. Drama Semakin Menjadi

    Danang menghindari Dinda dan menjauh menuju meja makan. Sementara Dinda yang kesal dengan sikap Danang terus mengekori lelaki itu. Dengan kasar Dinda menarik kursi di samping Danang yang duduk dekat meja makan."Mas, ini anakmu. Masa kamu lupa kalau sudah meniduriku malam itu?" Dinda memaksa meraih tangan Danang yang terlipat di atas meja makan.Danang bergeming. Dia diam sambil kembali berusaha mengingat kejadian malam itu. Namun tak satu pun potongan ingatan meniduri Dinda terlintas dalam benaknya. Dengan kesal Danang menggebrak meja makan."Jangn membodohiku, Dind. Malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita!" Danang mengepalkan kedua tangan dengan marah hingga buku jari-jarinya memutih."Lalu bagaiman aku bisa hamil kalau kamu nggak meniduriku, Mas? Ini anakmu! Jangan jadi pengecut kamu!" Amarah Dinda terpancing hingga berteriak memaki DanangDinda sama sekali tak menduga jika ternyata Danang sulit ditekan. Pria yang tampak baik dan santun itu nyatanya keras keapla dan tak mau

  • Cintaku Terhalang Weton   222. Sandiwara Dinda

    Dinda termenung mendengar ucapan Wira. Serasa dihipnotis Dinda bahkan merasa saran Wira adalah sebuah ide yang cemerlang. Lagi pula semua orang sudah tahu foto-foto dirinya bersama Danang yang sengaja ia kirimkan ke grup-grup WA perusahaan."Tapi saat ini kan Danang sedang diskorsing, Mas. Gajinya juga dipotong. Aku nggak mau ya hidup dengan lelaki miskin. Kebutuhanku banyak." Dinda menyampaikan uneg-uneg yang mengganjal di hatinya.Bagaimanapun Dinda tak ingin hidup susah bersama lelaki yang memang disukainya. Ia khawatir selamanya gaji Danang akan dipotong. Sementara jika kehamilannya terus membesar akan butuh biaya yang lebih banyak.Wira tertawa mendengar ucapan Dinda. Perempuan matre seperti Dinda tak pernah ada tempat di hatinya. Apa lagi selama ini Dinda hanya lah sebuah mainan baginya."Nggak selamanya gaji Danang akan dipotong. Kalau pimpinan cabang bank dimana kamu bekerja tahu bahwa lelaki itu bertanggung jawab padamu, bisa jadi malah dia akan naik posisi." Wira mempermain

  • Cintaku Terhalang Weton   221. Penolakan Wira

    Dengan wajah penuh rasa sesal Dinda menatap pakaian Agil yang Kotor terkena muntahannya. Ia sendiri merasa jijik dengan cairan kehijauan dan berbau itu. Tak bisa dibayangkannya bagaiman perasaan Agil yang bajunya berlumuran cairan yang keluar dari lambung Dinda."Gil, maaf." Dinda menatap sendu seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada. Agil berdecak mendengar permintaan maaf Dinda. "Sudah aku nggak apa-apa. Tinggal ganti baju aja. Kamu sebaiknya mengisi perut yang kosong. Itu makanannya masih bersih. Makan lah, meskipun sedikit." Kembali Agil membuka bungkusan makanan dan mengambil sepotong pizza lalu menyodorkan pada Dinda.Entah kenapa Dinda menutup mulut dan hidungnya. Aroma makanan favoritnya itu berubah layaknya monster yang menakutkan. Ia mendorong tangan Agil dengan sebelah tangan yang tak digunakan untuk menutup mulut. "Jauhkan, Gil. Perutku eneg membaui makanan itu."Pak Bambang yang ada di ruangannya memperhatikan interaksi antara Dinda dan Agil. Dia merasa heran den

  • Cintaku Terhalang Weton   220. Gejala Aneh Pada Dinda

    Dinda merasa puas akhirnya pimpinan dan para karyawan di tempatnya bekerja mengetahui skandal yang dia ciptakan. Malam itu memang Dinda menjebak Danang. Saat makan malam diam-diam ia menaburkan obat tidur ke dalam makanan Danang. Dengan dibantu oleh Wira, ia membawa Danang ke kamarnya.Dengan bantuan Wira juga maka Dinda memperoleh hasil foto yang luar biasa manipulatif. Foto-foto topless yang seolah dirinya ditiduri Danang berhasil menimbulkan banyak spekulasi pendapat yang rata-rata menguntungkannya. Bahkan Danang sampai menerima sangsi skorsing dan pemotongan gaji dari bank tempat mereka bekerja.Meskipun puas foto-foto itu tersebar, namun Dinda kecewa karena hingga hari ini Danang belum juga dapat diraihnya. Lelaki itu bahkan makin dingin dan cenderung menghindari Dinda. Bagaimana bisa Dinda mengikat hati Danang jika sampai saat ini jarak masih membentang di antara mereka.Waktu terus berlalu sejak Danang diskorsing. Hari ini masuk Minggu kedua Dinda tak melihat kehadiran Danang d

  • Cintaku Terhalang Weton   219. Permintaan Budhe

    Sesaat setelah masuk ke dalam rumah Ayu, Wira disuguhi teh hangat dan setoples penuh camilan. Budhe Ning juga mempersilakan Wira untuk salat di rumah itu. Namun Wira memilih untuk berangkat ke musala terdekat dan salat magrib di sana.Budhe Ning mencari keberadaan Ayu setelah Wira berangkat ke musala. Sedangkan Ayu memanfaatkan waktu yang ada dengan mandi dan bersiap untuk salat. Di pintu dapur menuju ruang makan, Ayu berpapasan dengan Budhe Ning."Nduk, kamu itu tadi ke mana? Ndak enak loh sama Nak Wira kalau kamu pergi tapi Ndak bilang-bilang dulu sama calon suamimu. Apa lagi Nak Wira tahunya kan hari ini kamu itu cuti." Budhe Ning menghalangi langkah Ayu yang hendak ke kamarnya.Ayu sendiri merasa jengah dengan segala ucapan budhe Ning yang terus saja nyerocos tentang perjodohan antara dirinya dan Wira. Padahal hingga detik ini Ayu masih terus meragukan ketulusan cinta Wira padanya."Ngapunten, Budhe. Saya mau salat dulu. Sebentar lagi waktu magrib habis." Ayu memotong ucapan Budhe

  • Cintaku Terhalang Weton   218. Ternyata Dia

    Setelah meninggalkan taman kota, Wira membawa Ayu ke cafe dimana seharusnya Danang mengajak perempuan itu ketemuan sebelumnya. Wira memilih tempat duduk di sudut agar leluasa mengamati lalu lalang orang keluar masuk cafe itu."Jadi ini tempat penuh kenangan antara kamu dan Danang?" Wira menatap Ayu sebelum mengambil buku menu yang ada di meja pelanggan.Ayu berjengit mendengar pertanyaan Wira. Entah dari mana lelaki itu tahu tentang cafe ini yang memang salah satu tempat favorit dan menjadi kenangannya bersama Danang. Ia sering melepas penat selepas kerja di hotel Premier milik lelaki yang saat ini duduk di sisi kanannya. Setiap kali berkunjung ke tempat ini biasanya Ayu janjian dengan Danang. Keduanya menghabiskan waktu dan mengisi kembali energi yang terkuras seharian saat bekerja dengan menikmati kopi panas yang uapnya meruap menenangkan jalinan sinap di kepala mereka. Alunan live music di cafe ini menemani percakapan Ayu dan Danang kala itu."Hai ... halo ...." Wira melambaikan ta

  • Cintaku Terhalang Weton   217. Mungkinkah?

    Danang meninggalkan taman kota dengan hati gundah. Ucapan Ayu terngiang di telinganya. Dia kecewa karena Ayu membela Wira. Namun pembelaan Ayu terhadap Wira justru menimbulkan tanda tanya besar di hati Danang.Sambil berpikir Danang megendarai mobil dengan kecepatan sedang. Diiringi lampu jalanan yang mulai benderang dan alunan azan magrib, Danang tiba di rumah yang ditinggalinya bersama sang ibu.Setelah memarkirkan mobil di halaman rumah, Danang berjalan gontai menuju rumah. Saat dia membuka pintu, Bu Asih-ibunya, tampak baru saja selesai berwudhu. Raut wajah teduh Bu Asih basah dengan air yang menetes."Nang, tumben kamu lemes gitu," tegur ibunya.Danang berusaha menyembunyikan keresahannya dari perempuan yang melahirkannya. Dia tak ingin ibunya terseret dalam keresahan yang merajai hati saat ini."Nggak apa-apa, Bu. Cuma cape saja," Danang meraih tangan Bu Asih dan mengecup punggung tangan surganya.Bu Asih membelai kepala sang putra dengan lembut. "Yawis, kamu mandi dulu biar leb

  • Cintaku Terhalang Weton   216. Bertengkar Lagi

    Dalam kekesalannya Danang tatapan Danang beradu dengan pandangan Wira yang sedang tersenyum penuh misteri seolah mengejeknya. Dia pun bangkit dan berjalan menuju tempt duduk Wira yang berseberangan dengan bangku taman yang didudukinya bersama Ayu.Melihat Danang yang berdiri dan berjalan menuju bangku seberang, Ayu merasa heran. Namun keheranannya terjawab saat pandangnnya menemukan sosok Wira yang sedang dihampiri Danang. Dengan penuh tanda tanya Ayu bangkit dan mengekori langkah Danang."Mau apa kau di sini?" Danang berkacak pinggang sambil membentak Wira.Melihat Danang yang berdiri di hadapannya dengan kemarahan yang pekat, Wira hanya mengangkat sudut bibirnya. Dia tersenyum penuh ejekan. "Masalah kalau aku di sini? Setahuku ini tempat umum. Siapa pun boleh ke sini?" Sambil memainkan kunci mobil di tangannya, Wira menjawab pertanyaan Danang.Danang mendengus kesal. "Nggak usah sok-sokan kau. Pasti kau membuntuti Ayu ke sini kan!" Jari telunjuk tangan kanan Danang diacungkan ke dep

DMCA.com Protection Status