Home / Romansa / Cintaku Terhalang Weton / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Cintaku Terhalang Weton: Chapter 151 - Chapter 160

224 Chapters

151. Ancaman Agil

Dinda yakin ada seseorang yang sudah membuat Danang berpikiran buruk tentangnya. Dinda sendiri sudah mengantongi satu nama, yaitu Agil. Hanya pria itu yang selama sehari penuh bercengkerama dengan Danang.Tepat saat parkiran sudah kosong, kebetulan Agil belum pergi dengan sepeda motornya yang murah itu. Dinda pun menunggu di samping kendaraan roda dua milik Agil.Dari kejauhan, Agil berteriak memanggil nama Dinda. “Mau apa kamu di situ?!” teriaknya seakan takut kalau Dinda akan merusak motor kesayangannya.“Agil, kamu sudah bicara apa saja dengan Danang?!” gertak Dinda yang mampu membuat Agil menyiutkan nyalinya.Agil menunduk lalu terkekeh. “Maaf, nggak sengaja keceplosan.”“Memang, apa yang kamu tahu soal aku, hah?” balas Dinda penuh dengan penekanan.Dinda tidak suka jika ada orang lain yang mengganggu. Aplaagi, sampai ikut campur dengan apa yang sedang ia kerjakan. Terutama tentang dia yang sedang berusaha untuk mendapatkan hati Danang.“Sudah aku katakan, nggak sengaja keceplosan
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

152. Ini yang Kuminta

Keesokan harinya, Dinda datang ke ruang kerja Agil tanpa ada salam ataupun mengetuk pintu. Nyelonong masuk, seakan maling yang tak punya rasa hormat. “Kita perlu bicara,” kata Dinda yang masih berdiri di ambang pintu.Wanita yang saat ini menggunakan rok merah hati sepanjang lutut dan kemeja putih itu membalikkan badan, kemudian menutup pintu ruangan itu dengan rapat. Kemudian, balik badan lagi dan menatap lurus ke arah Agil yang masih sibuk dengan komputernya.“Agil, bisa kan kita bicara dulu. Toh, jam kerja belum mulai,” kata Dinda melangkahkan kaki mendekati Agil.Agil pun menatap ke arah Dinda yang masih berjalan.“Mau bicara soal apa? Soal kemarin? Memang kamu mau menjanjikan apa?”“Idih, bukannya kamu yang memberikan persyaratan?” tanya Dinda dengan tegas.Dinda duduk di sebuah kursi yang ada di depan Agil. Wanita itu terlihat mengedarkan pandangan ke setiap sudut. Kemudian, dia tertarik dengan sebuah benda yang ada di pojok meja. Sebuah vas kecil berisi kaktus.“Mau kaktus?”
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

153. Tempat Kerja Baru

Ayu masih berkutat dengan pekerjaannya. Namun, tidak disangka telinganya mendadak panas. Seakan baru saja tersiram oleh air baru mendidih.Usut punya usut, ternyata ada beberapa rekan kerjanya sedang membicarakan latar belakang Ayu yang tidak memiliki pengalaman di dunia perhotelan."Maaf, apa pengaruh latar belakang ku dengan pekerjaan?" tanya Ayu dengan sopan sambil menatap ke arah teman-temannya yang ada di depannya.Posisi ruang kerja di dalam divisi Ayu adalah model terbuka. Tidak ada sekat, mereka bekerja menjadi satu dalam meja panjang. Ternyata, mereka selama ini sering membicarakan Ayu secara diam-diam.Sebuah ketidak tenangan yang terganggu, cukup membuat Ayu merasa buntu dalam mengerjakan pekerjaan."Kalau kalian tidak menyukaiku, bilang saja di depan saya secara langsung. Jangan saling berbisik untuk menjatuhkan orang lain."Ayu beranjak dari duduknya dan membawa satu berkas untuk diberikan kepada Wira, lalu melangkahkan kaki menuju ruangan Wira. Tenaga wanita itu sudah te
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

154. Pedih

Danang baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia buru-buru mengemas barang-barang dan bersiap untuk meninggalkan gedung itu. Langkah kakinya semakin tergesa karena menuruti perut yang sudah tidak bisa ditunda untuk diberikan gizi.Pria itu sudah tiba di parkiran, menggunakan motornya menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam ke sebuah warung mi ayam. Dia berhenti di samping warung untuk memarkirkan kendaraannya. Tidak lama kemudian, dia masuk ke dalam warung untuk mengisi perut.“Mi ayam sama jeruk hangat,” kata Danang kepada seorang pedagang yang sedang berdiri membuat racikan bumbu di dalam mangkuk bergambar ayam jago.“Siap, ditunggu, ya,” jawab pedagang itu dengan senyuman yang begitu ramah.Danang pun melangkahkan kakinya ke salah satu meja yang ada di warung itu. Sebuah meja yang ada di pojok kanan. Menurutnya, tempat itu sangat nyaman untuk mencari ketenangan. Apalagi, di samping warung adalah sawah-sawah hijau yang ditumbuhi padi.“Dari padi, kita belajar. Semakin tingg
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

155. Niat Diah

Diah tidak tahu ke mana perginya Danang. Wanita itu malah kepikiran akan satu hal. Dari mana adiknya mendapatkan uang untuk membayar biaya operasi Ibu Asih."Aku harus mencari tahu asal-usul uang itu. Nggak mungkin kalau Danang dapat dari hasil kerjanya. Gaji sebulan saja masih kurang, apalagi hanya dalam hitungan hari." Diah menatap ke arah pintu.Niat hati, Diah ingin menanyakan hal itu kepada Danang. Namun, pria itu belum juga kembali ke ruang rawat Ibu Asih.Danang sudah hampir setengah jam meninggalkan ruangan itu tanpa pamit yang jelas. Bahkan, tidak ada juga pesan yang dikirimkan kepada Diah mengenai keberadaannya saat ini."Ke mana lagi anak itu pergi?" lirihnya sambil meraih ponsel yang ada di atas nakas, sebelah ranjang pasien.Namun, baterai di ponselnya sudah habis. Tidak ada yang tersisa. Dia pun berdiri dan mengambil kabel charger untuk mengisi baterai ponsel yang disambungkan dengan terminal listrik itu."Ayo nyala," celetuknya sedikit kesal karena ponsel yang sedang di
last updateLast Updated : 2022-09-10
Read more

156. Menghindari Pertanyaan

Keesokan harinya, sekitar pukul enam pagi. Diah mengajak Danang pergi makan di kantin rumah sakit. Menikmati sarapan dengan sajian yang ditawarkan di sana. Walaupun hanya makanan sederhana, namun bisa memenuhi kebutuhan tubuh mereka, istilah orang jawa sing penting wareg.Kakak-adik itu duduk di salah satu meja kantin, membaca menu makanan yang ada di kertas bernuansa coklat.“Danang, apa Mbak boleh bertanya sesuatu?” tanya Diah meletakkan selembar kertas itu di atas meja.Danang yang masih sibuk membaca menu makanan itu pun ikut meletakkan kertas ke atas meja. Kemudian, menatap ke arah Diah dengan wajah yang begitu meneduhkan diiringi senyuman manis di ujung bibir.“Mbak mau tanya soal apa?” tanya Danang setelah beberapa saat menunggu Diah, namun wanita yang usianya terpaut dua tahun darinya ini tidak kunjung membuka suara.Diah masih berpikir. Dia merasa takut jika pertanyaannya akan melukai hati adiknya. Mau bagaimanapun, Danang sudah sangat lelah mencari biaya hidup. Sekan-akan, D
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

157. Level Tertinggi

“Mbak, apa semua orang tua selalu begitu? Maksudnya mencari sesuatu yang terbaik untuk anaknya?” tanya Danang dengan suara yang mulai bergetar.Pria dengan kaos berwarna merah itu tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Patah hati membuatnya seakan terjatuh ke dalam jurang berkilo-kilo meter. Mau bagaimana lagi, rasa cintanya melebihi rasa cinta dengan diri sendiri.Bahkan, Danang akan melakukan pengrobanan untuk sang wanita idamannya. Namun, untuk kawin lari seperti permintaan Ayu, dia tidak akan pernah sanggup. Bagi Danang, restu orang tua sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan rumah tangga.“Orang tua mana pun pasti menginginkan sesuatu yang terbaik untuk anaknya.” Diah masih sibuk dengan buah apel yang ada di tangannya.Danang mengangguk, seakan paham. Memang, hal itu benar adanya. Namun, apakah orang miskin selalu hina?“Memang ada apa, Nang?” tanya Diah sambil meletakkan pisau di atas meja, kemudian duduk di kursinya dengan membawa apel yang sudah dipotong-potong dan dimasukk
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

158. Siasat Apalagi

Keesokan harinya, Danang berangkat ke kantor. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan karena terlalu lama mengambil jatah libur. Saat ini, Danang duduk di meja kerjanya dengan santai. Belum mulai mengerjakan pekerjaannya, karena kondisi hati masih belum membaik sepenuhnya.Dari arah pintu, Dinda masuk ke dalam ruangannya. Wanita itu menggunakan kemeja biru muda dipadankan dengan rok hitam sepanjang lutut. Dia duduk di depan Danang dengan tatapan yang begitu dalam. Seakan-akan berusaha membaca pikiran dari pria yang sedang patah hati itu.“Hmm, pasti lagi kepikiran sama Ayu, kan?” tanya Dinda dengan suara kecil.Namun, Danang sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Dinda. Pria itu pun tidak membalas tatapan dari wanita itu. Masih terlalu malas untuk melayani orang lain. Apalagi, seorang perempuan yang tidak tahu malu itu.Dinda meletakkan tangannya di atas meja dengan kondisi terlipat. “Nang, mau sampai kapan kamu memikirkan Ayu?” tanyanya berusaha meraih tangan Danang.Danang yang men
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

159. Mulai Jatuh Cinta?

Wira buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingin pergi ke mall bersama dengan Ayu. Walaupun, sebelumnya sudah ada rencana dengan Dinda.“Hubungi Ayu dulu,” kata Wira sambil meraih ponselnya yang ada di atas meja.Wira mengirimkan pesan kepada Ayu berisi ajakan untuk pergi ke mall. Setelah itu, Wira melanjutkan dengan pekerjaannya. “Kira-kira Ayu bisa, nggak, ya?” lirihnya sambil meletakkan ponselnya agar bisa lebih fokus dalam mengerjakan tugasnya.Wira membuka map yang ada di atas mejanya. Sebuah map berwarna merah berisi berkas-berkas yang harus ditandatangani. Mulai membaca setiap lembar yang ada di dalamnya. Namun, baru saja selesai membaca satu halaman, Wira mendapatkan sebuah sambungan telepon dari Dinda."Apa lagi?" tanya Wira merasa terganggu dengan sambungan telepon itu.Pasalnya, pekerjaannya masih banyak, sedangkan jam kerja sudah habis sejak beberapa menit yang lalu. Namun, dia harus lembur sementara waktu sampai pekerjaannya benar-benar selesai."Wira, kamu sudah ber
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

160. Pertemuan Kembali

Setelah Wira dan Ayu selesai makan, mereka bergegas pergi ke sebuah toko furniture yang tidak jauh dari bioskop. Mereka pun masuk ke dalam toko dan melihat-lihat barang yang sudah terpajang di sana. Namun, tidak lama kemudian mata Ayu melihat ke arah luar.Wira yang menyadari Ayu tengah menatap luar pun menghampiri. “Ada apa, Yu?” tanyanya dengan suara yang lembut.Ayu hanya tersenyum, kemudian membalikkan badannya. Menggelengkan kepalanya. “Tidak ada apa-apa. Mau langsung nyari barang …. ““Ehm, itu di sana ada Danang sama Dinda. Kita hampiri mereka,” kata Wira sedikit ragu.Ayu pun merasa ragu, merasa tidak enak hati bertemu dengan Danang dan Dinda di sana. Apalagi, perasaannya yang belum sepenuhnya hilang dari hatinya. “Kamu, mau ketemu sama mereka?” tanyanya masih belum melangkahkan kaki keluar dari toko itu.“Kalau kamu keberatan, ya, tidak usah,” kata Wira.Ayu terlihat berpikir beberapa kali. “Kalau kita cari barang yang mau kamu beli dulu, bagaimana?” tanya Ayu dengan suara ya
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status