All Chapters of Syair Singgasana 1 : Prahara Di Balik Kabut: Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

101. SANG RAJA DAN KERISAUANNYA

Ayunda memandang Bayu sambil tersenyum. Sebelum menoleh kepada sang nakhoda dengan senyum terima kasih. Lalu dua muda-mudi itu kembali saling tatap sebelum memindahkan arah pandangan mereka ke tempat berkabut itu. ********************************************************************************************************************************************************************************************************************************** Raja Danishwara menampakkan wajah yang sama sekali tak biasa hari itu. Di sorot matanya terpancar kerisauan yang seolah tak mampu ia jabarkan dengan wibawa yang senantiasa ia kokohkan dalam gurat wajahnya yang kian menua. Ada keresahan yang terbenam, ringkuh dalam setiap hembusan nafas yang ia lepaskan. Bagaimanapun kesalahan yang ditimpakan pengadilan pada Cadudasa, ia tetaplah saudara. Meski tak sedarah, Cadudasa tetaplah kakaknya. Seseorang yang selalu melindunginya semasa mereka masih remaja. Seseorang yang selalu membelanya ketika sang ayah men
last updateLast Updated : 2022-10-30
Read more

102. SEMUA ORANG PASTI MATI

Raja Danishwara terdiam, begitu pula ara pejabat yang lain. Dalam hati mereka mengakui ada unsur yang logis dari apa yang disampaikan oleh Damendra. “Cadudasa orang yang cerdas. Ia mengenali kekuatan negeri ini, pemerintahannya, sekutunya, militernya. Berusaha merebut negeri dengan hanya mengandalkan pasukan seadanya dan seorang Bayu tentu adalah langkah yang bodoh. Karena itu ia berusaha menguasai pusaka itu untuk mengambil dukungan negeri lain, termasuk negeri-negeri sekutu kita lewat Bayu, dan perempuan pengembara itu yang mungkin saja salah satu gadis yang berhasil dirayu olehnya. Kita tahu Bayu memiliki banyak penggemar perempuan, bukan.” sambung Damendra. “Tampaknya Senopati sangat memahami hal ini..” komentar mahamantri dengan nada curiga. Damendra menatap mahamantri itu dengan sorot mata dan senyum tak kalah sinis, “aku seorang pejabat milter, seorang Senopati. Separuh umurku sudah kuhabiskan di medan perang. Dan ini adalah perang. Tak ada perang yang bersih.” “Lantas apa
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

103. MEREKA YANG SIAP MENJEMPUT PERANG

“Gusti benar-benar yakin pada keputusan Gusti untuk memimpin penyerangan itu?” tanya Dirga setelah cukup lama terdiam. “Sudah kubilang sejak tadi malam jika Waringkas adalah tempat kelahiranku, orang tuaku mati di sana, sebelum aku berkarir di ibu kota, aku tumbuh dan belajar mengangkat pedang di sana. Danuprada adalah salah satu kerabat jauhku, secara psikologis, aku lebih terikat dengan Lalawangan ini dan merasa terpanggil untuk membebaskan lalawangan ini dari para iblis yang coba memanfaatkannya..” “Gusti yakin dengan pasukan yang Gusti bawa?” Dirga masih belum mampu menyembunyikan keraguannya. “Yakin.” Patih Tarkas menjawab tenang, “Aku harus yakin. Guwabarong akan menemaniku memimpin serangan ini. Ia sudah kutugaskan untuk memilih pasukan terbaik. Semua juga tahu kalau ia adalah salah satu prajurit terbaik yang dimiliki oleh Danta, ia tahu apa yang harus ia lakukan..” “Entahlah...” Dirga menggeleng. Sulit baginya untuk membuat dirinya yakin. Ia tak tahu mengapa. “Lupakan saj
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

104. DIAKAH SANG PENAKLUK?

Bayu mulai merasakan ada hawa aneh yang tiba-tiba saja menjalari di setiap udara di pulau itu. Seperti ada sesuatu yang mendekat, dan Bayu yakin jika itu bukanlah pertanda baik. Perlahan ia memegang gagang pedangnya bersiap mengeluarkan benda tajam itu dari sarungnya. Benar saja, beberapa saat kemudian gerombalan makhluk setinggi manusia berbulu aneka warna dengan dominasi warna putih dengan raut wajah seperti seekor kucing menyerang dua orang itu dengan cepat. Bayu dan Ayunda spontan menghindar sambil saling tatap. “Makhluk apalagi ini?” Bayu mendengus kesal sambil dalam hati memaki tamu-tamu yang ada saja menghalangi kelancaran tugas mereka. “Kucing Candramawa, kucing liar. Pada dasarnya adalah peliharaan Dewa. Namun banyak yang berusaha menguasai kucing ini agar tercapai semua ambisinya...” “Maksudmu, orang gila yang sedang menguasai Pusaka Gajahsora ini juga menguasai kucing-kucing ajaib ini...?” Bayu mencoba menenangkan kekesalannya, sementara para kucing Candramawa itu han
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

105. DINASTI YANG TERKUBUR

“Paman Sandanu...” gumam Bayu hampir tak percaya menatap pria berjubah lusuh di depannya itu. Pria itu hanya tersenyum tanpa rasa bersalah sambil memainkan kalung Gajahsora yang tergenggam di tangan kanannya. Pria itu memang Sandanu, namun dengan wajah dan senyum yang lebih keji. Seolah jauh berbeda dengan pria yang begitu baik pada Bayu empat tahun yang lalu. “Paman, apa maksudnya ini?” cecar pemuda itu dengan nada yang sangat tak menyenangkan. Sementara Ayunda hanya terdiam, ia sendiri juga tak menyangka jika Sandanu adalah pelakunya. Namun Ayunda merasa jika apa yang ditanyakan Bayu sendiri sudah mewakili keingin tahuannya. “Aku tak ingin membuat kalian kecewa, Bayu..” jawab Sandanu datar dengan senyum sinisnya, “tapi sejauh ini aku telah menjalankan tugasku dengan baik dan semua akan lebih baik jika akhir dari pertemuan kita ini memihak padaku..” “Apa maksudmu?” Bayu semakin tak mengerti. “Paduka Ratu Ayunda mungkin bisa menjelaskan...” Sandanu menunjuk Ayunda. Bayu tentu s
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

106. MEMANCING MURKA

Duel yang jika dilihat dari sisi jumlah benar-benar tak seimbang itu ternyata sama sekali tak berpengaruh banyak terhadap fakta di arena pertarungan, Sandanu masih terlalu tangguh untuk Bayu dan Ayunda meskipun mereka telah bersama-sama menyerangnya. Jarang sekali ada pukulan atau tendangan yang bersarang di tubuhnya, jika ada itupun tak begitu mempengaruhi kecepatan dan ketahanan tubuhnya. Sementara itu Ayunda dan Bayu tampak sudah begitu kelelahan menghadapi Sandanu yang begitu kuat dan sepertinya bukan tandingan mereka. Namun mereka tetap berusaha bertahan dan melakukan serangan dengan sisa tenaga mereka, namun yang terjadi malah hal yang sama sekali tak diinginkan oleh mereka, Ayunda terlempar dan hampir saja terjatuh dari bukit itu jika tak berpegangan pada salah satu bongkahan yang agak mampu menahannya akibat tendangan bertubi-tubi dari Sandanu. Bayu menoleh ke arah Ayunda yang terlempar dengan roman khawatir, untungnya perempuan itu masih bisa menyelamatkan dirinya sendiri se
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

107. PUSAKA SENGKETA

“HEY, SANDANU!” Tiba-tiba Bayu telah bangkit dengan tangan mengepal, wajah merah, dan mata yang begitu menakutkan. Ia tampak sangat marah. Badannya terasa begitu tegap dari biasanya, darah dari beberapa bagian tubuhnya yang terluka kini tak begitu banyak lagi menetes, termasuk luka robek di perutnya yang kini hanya menetes-netes kecil seolah tak dihiraukan pemuda yang tengah dikuasai amarah luar biasa. Sandanu menghentikan tindakannya pada Ayunda, lalu menatap Bayu dengan senyum sumringah, seolah menantang kemarahan anak muda itu. “JIKA KAU BERANI MENYENTUHNYA, MAKA AKU AKAN MENGGILA....” suara Bayu seolah begitu menggelegar menyimpan kemarahan yang tiada tara. Ayunda yang sebelumnya pernah menyaksikan hal ini, agak takut sambil beringsut memperbaiki pakaiannya yang agak robek karena perbuatan Sandanu. Ayunda merasakan jika kemarahan Bayu kali ini jauh lebih besar dari yang pernah dilihatnya di Lembah Bernawa. Sandanu perlahan bangkit sambil memasang kuda-kuda dengan menggenggam e
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

108. HUTAN PADANG SEBAT

Derap kaki kuda berpacu begitu rapi malam itu. Menembus pekatnya suasana malam yang senyap dengan dendang sinar rembulan yang menyerebak melampiaskan cahayanya menembus sela-sela pohon yang berjejer tak beraturan di hutan itu. Kian lama ribuan pasukan gagah itu semakin dekat, dan semakin nampak. Pasukan berkuda dengan seragam keprajuritan berwarna biru dengan panji yang berkibar berlambang gading gajah itu memasuki area Hutan Padang Sebat setelah berjam-jam menempuh perjalanan dengan medan cukup berat. Hutan Padang Sebat adalah hutan lebat nan luas yang berbatasan langsung dengan Dusun Padang Sebat, Dusun Padang Sebat sendiri adalah desa terdekat dengan Pintu Gerbang Lalawangan Waringkas. Dan seperti yang telah dijanjikan oleh Patih Tarkas, pimpinan mereka, mereka akan beristirahat di hutan itu sambil mengatur strategi dan melanjutkan perjalanan subuh besoknya. Mereka memperlambat kudanya sebelum kemudian berhenti setelah menerima komando dari Guwabarong yang bertugas mendampingi Pat
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

109. JALAN PARA PEJUANG

Patih Tarkas dan Guwabarong segera keluar tenda untuk memastikan apa yang terjadi, dan alangkah kagetnya mereka ketika suasana perkemahan itu sudah kocar-kacir dengan pembakaran dan pembantaian. Mereka melihat ribuan pasukan berkuda dengan gila membantai pasukan mereka, dari pakaian dan panji-panjinya, pasukan itu adalah pasukan Argani. Patih Tarkas menoleh pada Guwabarong, tak menyangka jika rencana penyerangan mereka diketahui oleh pasukan Argani. “Guwabarong! Ayo cabut pedangmu, kita hadapi sambutan mendadak ini!” Setelah mengucapkan kalimat lantang itu, Patih Tarkas lantas mencabut pedangnya dan menghambur ke medan perang diiringi lengkingan marah sambil menebas lawan yang coba menghadang. Ia mengamuk dan terlihat sekali kehebatan orang tua itu dari caranya menghadapi lawan-lawannya yang jauh lebih muda. Satu persatu lawannya roboh berlumuran darah, kepala yang bocor, usus yang terburai, bagian tubuh yang terpotong, semuanya oleh amukan Tarkas dan pedang besarnya. Namun kondisi
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

110. DERMAGA PERJALANAN

Kapal itu sudah hampir mencapai daratan ketika Bayu untuk kesekian kalinya mengeluh pusing di kepalanya. Ombak dan sapuan gelombang beberapa hari terakhir membuat benda apapun yang berada di permukaan laut. Malangnya kapal yang membawa Bayu dan Ayunda menyebrang dari pulau Candramawa ke Lalawangan Muara Dipa di negeri Tirtayana itu berukuran jauh lebih kecil dari kapal yang membawa mereka ke Pulau Candramawa beberapa hari lalu, dan hal itu membuat Bayu semakin pusing karena terjangan ombak yang tak begitu sempurna ditahan oleh kapal ini hingga menimbulkan goyangan yang membuat isi perutnya seolah meledak. Namun Bayu dan Ayunda tak dapat memilih, kapal ini adalah satu-satunya kapal yang mau menampung mereka keluar dari pulau kucing itu. Jarang sekali ada kapal yang mau berlabuh di pulau Candramawa kecuali ada sesuatu yang mendesak, itulah sebabnya Bayu dan Ayunda akhirnya memilih kapal itu. itupun setelah mereka membayar dengan harga yang cukup tinggi bagi nakhoda kapal itu. “Kau men
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status