All Chapters of Syair Singgasana 1 : Prahara Di Balik Kabut: Chapter 91 - Chapter 100

113 Chapters

91. KSATRIA WANITA

Dan serentak puluhan manusia serigala yang nampaknya betina itu menyerang Ayunda dan Bayu dengan brutal. Untungnya mereka sudah bersiap. Dengan sigap dua orang ini meladeni serangan mengerikan dari manusia serigala yang marah itu dengan segala kemampuan mereka. Ayunda berkali-kali berhasil menyabetkan pedangnya ke tubuh para lawannya, ada yang langsung tewas, dan ada pula yang berhasil bertahan bahkan balas menyerang, meski lebih banyak yang bertahan dan balas menyerang. Namun Ayunda tetaplah Ayunda, salah satu ksatria perempuan tangguh dari Negeri Danta yang memiliki kemampuan berpedang meyakinkan, dan cukup sukses membuat lawannya kalang kabut mengantisipasi gerakannya yang cepat dan lincah. Sementara Bayu, dengan daya tubuhnya yang seolah memang ditakdirkan begitu kuat, tak terlalu tergerus peluhnya menghadapi kawanan manusia serigala yang lapar ini. Meski ada beberapa cakaran dan sentuhan menyakitkan sempat mampir di tubuhnya, Bayu tetap begitu tangguh untuk dikalahkan. Meski hany
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more

92. NEGERI YANG DITINGGALKAN RATUNYA

Dirga termenung sendiri di ruangan yang baru saja dijadikan tempat rapat itu. Sudah hampir empat bulan Ayunda meninggalkan negeri Danta dan dirinya tentu saja. Ada rasa rindu yang tak tertahankan kini menggelayut mesra di ulu hati panglima muda itu. Rindu yang selama dua bulan terakhir tak pelak membuat tidurnya tak lagi nyenyak. Ribuan suara yang memanggil Ayunda dari dalam benaknya berdendang pilu seolah perlahan-lahan mengoyak jiwanya. Sudah sedari kecil ia dekat dengan Ratu cantik itu. Bermain bersama, berlatih tarung bersama, dan tumbuh bersama. Menjadikan cinta hidup di kala mereka masih remaja dan mekar sampai saat ini meski berkali-kali badai peperangan menganggu rencana penyatuan mereka di pelaminan. Dirga mengenal Ayunda sebagai sosok wanita yang berapi-api, semangatnya kerap melebihi seorang pria sekalipun. Di masa mudanya ia sempat ditolak sang ayah, Paduka Basita, untuk belajar bertarung. Namun Ayunda tak pernah peduli, ia terus bertarung, kalah dan kalah lagi. Ia tak pe
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

93. MENYERANG ATAU DISERANG

“Lalu bagaimana kalian bisa lolos?” tanya Dirga. “Kami dilepaskan.” “Bagaimana bisa?” Guwabrong lagi-lagi memamerkan nafas beratnya, tanda ada masalah yang cukup pelik dalam kalimatnya yang selanjutnya, “kami ditawan, dan diberi jaminan bebas asalkan mau membantu memasukkan tentara mereka ke dalam gerbang ibu kota. Kami disiksa sebelum menyanggupinya, namun hanya dengan cara itu kami lolos dan mengabarkan hal ini pada Gusti sekalian.” Patih Tarkas terdiam sejenak sambil berpikir. “Bagaimana, Gusti?” tanya salah satu pejabat. “Bagaimana bisa kami mempercayai kalian?” tanya Patih Tarkas menyelidik. “Kalau kami bohong buat apa kami menceritakan hal ini? Kami bersumpah demi kepala kami dan demi para Dewata Agung. Apa yang kami beritakan ini benar adanya.” “Apa kalian diikuti?” “Saya rasa iya, ada lebih dari empat orang yang mengawasi gerak gerik kami meski kami tak tahu yang mana,” jawab Susena. “Saya rasa Pangeran Argani benar-benar tak main-main kali ini, Gusti,” komentar Tadan
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

94. DARAH DI GUA KANIBAL

Ayunda hampir tak bisa bertahan, dan jarak bibirnya dan bibir Danggapura sudah semakin dekat dan hampir bersentuhan dengan paksa. Ayunda sudah tak tahan lagi memberontak pada cengkeraman Danggapura yang kuat, namun sebelum itu terjadi, sebuah kejadian yang tak disangka-sangka sekaligus mengerikan terhampar begitu cepat di ruangan gua itu. Sebuah benda tajam menancap dengan keras di batok kepala Danggapura, Danggapra roboh tak bernyawa dengan mata melotot. Dari ujung benda yang menancap itu merembes darah segar berwarna merah pekat yang mengalir seolah tanpa henti. Ayunda menatap sosok itu dengan perasaan ngeri, ia mengenali benda tajam itu. Itu adalah salah satu pedangnya yang terlempar ke depan pintu gua. Dan yang membuat wanita ini tambah kaget adalah ketika dilihatnya Bayu telah berdiri di depan pintu gua itu dengan wajah penuh amarah memandang Danggapura yang telah menjadi mayat. Telah dua kali pemuda itu menyelamatkan hidupnya. Balasoka menatap mayat saudaranya itu dengan hati t
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

95. PEDANG ADIGHANA DI SEMBARU

Hari itu seperti biasa keadaan di Lalawangan Sembaru tampak kondusif, beberapa pengawal komplek istana lalawangan berjaga hilir mudik memeriksa bagian-bagian penting komplek itu atau melapor tentang beberapa hal yang dirasa perlu pada atasannya. Tak ada yang istimewa atau berbeda saat itu, para pengawal berseragam hitam bercampur kuning khas Negeri Pancala masih melakukan aktivitasnya dengan bisa saja. Namun hanya sebentar, sebelum seorang pengawal tergeletak mendadak dengan sebilah panah menancap di dadanya. Sontak kejadian itu mengagetkan rekan-rekannya, beberapa orang pengawal dengan segera mendekati jasad yang malang itu. Ia melihat rekannya telah ambruk tak bernyawa dengan darah merembes deras keluar dari dada yang tertancap panah itu. Para pengawal itu saling pandang, sebelum tiba-tiba kembali dua di antaranya begitu saja tertembus dua panah berikutnya dan dengan mendadak menyusul temannya yang telah lebih dulu ambruk. Beberapa pengawal tersisa segera bangkit dengan wajah panik
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

96. KETAKUTAN WARGA DESA

Restu Singgih menatap semua pejabat Lalawangan itu sembari mengacungkan senjatanya, “atas nama yang mulia Sri Paduka Maharaja Indra Dewa Danishwara, penguasa dan pemimpin tertinggi Negeri Adighana, aku Restu Singgih telah merebut lalawangan ini dan mengklaim kemenangan ini sebagai bentuk kekuasaanku atas lalawangan ini...” Para pejabat Lalawangan itu masih terdiam dan beberapa di antaranya menunduk takut. Temanggung Caturangga memberanikan diri mengangkat kepalanya menatap Restu Singgih, “mengapa Raja kalian memerintahkan untuk merebut lalawangan kami? Apa salah kami pada kalian?” “Kalian telah menyembunyikan buronan kerajaan kami, dan itu artinya kalian telah menghina negeri kami..” jawab Restu Singgih dengan tegas. “Sebaiknya kita masukkan ke penjara mereka, Gusti..” teriak salah satu pasukan Restu Singgih. “Atau hukum mati semua yang membangkang..” timpal yang lain. Untuk ke sekian kalinya, mereka menunduk takut. Meskipun dalam hati mereka menyangkal tuduhan itu, menyembunyika
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more

97. TEROR YANG LEBIH MENGERIKAN

“Lalu kau sendiri memilih yang mana?” tanya Kades. Kampalu tak langsung menjawab, ia malah memandang Danur. Danur mengerti, ia lantas mengambil nafas untuk menjawab pertanyaan itu, “kami pribadi akan memilih yang kedua. Alasannya adalah karena kami telah mengabdikan diri untuk melindungi Bayu. Sahabat kami, Anureksa sedang mengorbankan jiwanya di Adighana, dan kami juga ingin mengambil peran di sini. Mungkin pilihan kami ini akan dianggap sebagai pilihan yang bodoh. Kami menyadari itu, kami tak memiliki keluarga dengan ikatan darah di sini. Namun percayalah, selama berada di sini, kami telah menganggap tanah ini adalah tanah kami. Kami ingin mempertahankannya, sekaligus memasang badan untuk Bayu, sebagaimana yang dilakukannya untuk desa ini dulu..” Para hadirin terdiam. “Namun pilihan tetap kami berikan seluas-luasnya pada saudara-saudari sekalian. Jikapun akhirnya kalian memilih untuk mengungsi, maka kami tetap akan berada di desa ini, karena kami telah berjanji untuk melindungi d
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

98. PERSIDANGAN

Cadudasa sedang duduk terdiam menghitung bilah-bilah jerami yang dipakai sebagai alas tidurnya selama di penjara itu. Beberapa lama di penjara membuatnya tak merasa sebegitu gatal lagi ketika tidur di atas benda kasar tebal itu seperti kali pertama ia menggunakannya. Penjara gelap tanpa jendela itu seolah memberinya satu pengertian lain lagi tentang sebuah kekuasaan : ambisi. Dan ambisi adalah modal pertama untuk bisa menjadi buta terhadap baik dan buruk demi meraup hasrat yang telah lama diimpikan. Ia sadar ia kini atau bahkan sejak lama telah berada dalam pusaran ambisi ini, entah itu miliknya atau milik orang lain. Pusaran yang kian hari kian memojokkannya. Dan malang baginya, Damendra sedang mendapatkan momentum dan senopati kaya itu tahu persis bagaimana caranya memanfaatkan momentum. Tiba-tiba pintu jeruji besi dibuka, beberapa prajurit menatap Cadudasa antara perasaan ingin tegas dan segan. Walau bagaimanapun, Cadudasa adalah mahapatih negeri mereka yang sangat lama masa penga
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

99. ATAS NAMA SADAJIWA

“Silakan lanjutkan, Senopati..” pinta Surya Saka. Senopati licik itu kembali tersenyum, “Cadudasa juga secara mengejutkan memasukkan Bayu ke dalam asrama militer dan dengan hitungan waktu beberapa bulan langsung memindahkannya ke asrama prajurit unggulan. Aku rasa itu lonjakan yang sangat fantastis bagi prajurit manapun, apalagi bagi prajurit yang hampir mati di gelanggang putri Paramitha.” Bisik-bisik penonton sidang di kursi belakang sedikit terdengar mencemooh Cadudasa. Namun mahapatih itu hanya diam saja. “Lalu yang lebih mengejutkan, nama Bayu masuk ke dalam daftar prajurit yang ditugaskan melakukan penyerangan ke negeri Danta 3 tahun yang lalu sebelum akhirnya Bayu dikabarkan mati dan nyatanya masih hidup dan didakwakan sebagai salah satu biang keladi yang menghasut para tentara hingga terjadi perang saudara di Gurun Kawah Berapi. Sebelum mereka berangkat perang beberapa prajurit dan aku sendiri melihat Cadudasa berbicara empat mata dengan Bayu, yang rasanya adalah pembicaraan
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

100. DI ATAS LAUT YANG TENANG

Kapal yang tak terlalu besar itu muluncur mulus di atas permukaan laut yang biru pekat. Sesekali dengan bahan bakunya yang dari kayu dan muatan yang tak terlampau banyak, kendaraan air itu terombang-ambing pelan dihantam ombak yang acap kali menyapu permukaan laut dengan gurauan khasnya. Kapal itu tepatnya hanya memiliki beberapa kabin, sebagian besar dari kabin itu ditempati oleh para awak kapal yang merupakan pedagang. Namun untuk kali ini, mereka menyisakan satu kabin kosong bagi penumpang dadakan mereka. Sepasang muda mudi yang nampaknya mereka pikir sedang kasmaran. Namun yang aneh bagi para awak kapal itu adalah sang perempuannya yang tampak sedang terluka dengan lebam dan darah di mana-mana. Dan sang pria yang begitu setia membopongnya. Untungnya para awak kapal itu tak berniat untuk mencari tahu lebih jauh karena sang perempuan sudah menyerahkan sekantung uang yang nampaknya selain untuk mendapatkan kabin, juga berfungsi untuk menutup mulut mereka. dan para awak kapal yang be
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status