Home / Pendekar / Pendekar Tombak Matahari / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pendekar Tombak Matahari: Chapter 51 - Chapter 60

87 Chapters

Jenggala

Pagi-pagi sekali Surya yudha sudah bangun dan membereskan sisa api unggun semalam dan menguburnya dengan tanah. Gendon juga sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan. Setelah mengisi perut, mereka kembali berkuda menuju timur tempat Kota Sewu Geni berada. Matahari terasa begitu terik, walau hari masih pagi, tetapi suhu di tempat ini lebih panas dari wilayah Nara Artha manapun. Keringat membasahi wajah Surya Yudha meskipun dia sudah berkali-kali menyekanya. Mereka sudah sampai di Kota Sewu Geni, meski berada di wilayah perbatasan, tetapi kota ini terbilang cukup makmur. "Den, kita langsung ke Padepokan Raga Geni atau mau ke mana dulu?" "Kita langsung saja." Surya Yudha memperhatikan sekitar, tidak ada yang tampak mencurigakan sehingga dia memutuskan untuk langsung menuju Padepokan Raga Geni yang berada di puncak gunung Agni. Kuda yang mereka tunggangi ditambatkan di kaki gunung karena medan yang tidak memungkinkan untuk dilewati dengan berkuda. "Den, Gendon haus."Surya Yudha me
Read more

Puncak Agni

Sebuah mata air berbentuk seperti sumur, tidak terlalu luas, hanya seluas rangkulan orang dewasa. Airnya sangat jernih hingga batuan di dasarnya bisa terlihat dengan jelas. Gendon yang sudah kehausan segera menubruk mata air tersebut dan menceburkan wajahnya ke dalam. "Ah! Segar!" Gendon menyeka wajahnya yang basah oleh air dan mempersilakan Surya Yudha untuk minum dari mata air tersebut. "Den, airnya sangat segar. Ayo minum, dijamin langsung seger!" Surya Yudha meraup air dari dalam mata air dengan kedua tangannya dan meneguknya perlahan. Rasa dahaga yang diam-diam menyiksanya sirna seketika saat air tersebut membasahi tenggorokannya. "Benar-benar segar!" ucap Surya Yudha dengan menganggukan kepalanya berkali-kali. "Saudara Jenggala, apa kau juga ingin minum?"Jenggala menggeleng. "Kalau begitu, kita langsung saja naik," ucap Surya Yudha yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Jenggala. Ketiga pemuda itu melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Agni. Biasanya puncak gun
Read more

Pemimpin Raga Geni

Di dalam pondok sederhana yang berada di puncak Gunung Agni, di atas sebuah dipan, seorang pria terlihat sedang bermeditasi. Pakaian pria tersebut seluruhnya berwarna merah, dari jubah hingga ikat kepala, seluruhnya berwarna merah. Tubuhnya diselimuti cahaya merah yang memancarkan aura mengerikan. Dia adalah Ki Joko Suseno, mahaguru di Padepokan Raga Geni. Ketika dia sedang larut dalam meditasinya, dia merasakan aura kuat yang mendekati tempat tinggalnya. Aura tersebut terasa begitu kuat hingga membuat tubuhnya bergetar. Ki Joko membuka matanya perlahan, manik matanya yang berwarna hitam legam seperti langit malam, memancarkan aura kematian yang mengerikan, seolah dia sudah membunuh ratusan ribu jiwa dengan menggunakan tangannya. "Aura ini ... ini bukanlah aura kematian, tetapi mengapa aura ini tampak sangat kuat?" Deg!Jantung Ki Joko berdegup kencang. Dalam pikirannya tiba-tiba terpikir sebuah hal. "Apakah ... ini aura keturunan Dewa?"Dengan sebuah gerakan tangan mengibas, tub
Read more

Terbongkarnya Identitas

"Jadi kau adalah cucu Ki Arya Saloka?" tanya Ki Joko. Surya Yudha mengangguk. "Benar, mahaguru. Beliau adalah Eyangku."Ki Joko menghampiri Surya Yudha, memegang kedua bahunya dan memintanya untuk bangun. "Bangkitlah, kau sudah berlutut terlalu lama.""Terima kasih, Mahaguru.""Panggil saja Ki Joko. Ki Arya Saloka merupakan kawanku." "Baik, Ki Joko."Surya Yudha cukup kesulitan saat berdiri karena terlalu lama berlutut yang menyebabkan kakinya menjadi mati rasa. 'Ternyata tidak memiliki tenaga dalam sungguh merepotkan. Baru berlutut beberapa jam kakiku sudah lemas. Bagaimana jika aku mendapat hukuman untuk berlutut hingga berhari-hari?'Gendon membantu Surya Yudha, tetapi segera ditepis oleh pemuda itu karena masih kesal. Sementara itu, Surya Yudha menjadi merasa canggung karena perlakuan Ki Joko terlihat tidak tulus. Dia merasa perhatian yang Ki Joko berikan karena dia adalah Cucu dari seorang Ki Arya Saloka. Mata Surya Yudha saat ini lebih terbuka, ternyata kekuatan dan kekuasaan
Read more

Kemampuan Gendon

Matahari terus bergerak ke barat, semburat jingga di langit barat mulai pudar digantikan dengan kepekatan malam. Kerimbunan hutan di gunung Agni serta kegelapan malam rupanya cukup menyulitkan Surya Yudha dan Gendon saat menuruni puncak agni. Untung saja ketika mereka naik, Surya Yudha meninggalkan jejak sehingga keduanya cukup terbantu. "Den, kenapa kita tidak menginap di tempat Jenggala saja?" tanya Gendon. "Tidak.""Iya, kenapa tidak gitu maksud Gendon. Kan kita bisa irit tenaga sekaligus mengenal lingkungan Raga Geni.""Pertama, aku tidak ingin merepotkan Jenggala. Kedua, aku belum menjadi murid resmi di sana sehingga kita tidak bisa melakukan hal sesuka hati kita. Jika Ki Joko mengizinkan kita menginap, dia tidak akan meminta kita kembali ke sana, tetapi langsung mempersilakan kita untuk tinggal." "Oh jadi gitu toh." Surya Yudha terperanjat setelah menyadari sebuah hal. 'Sial, kenapa aku jawab pertanyaan dia? Kenapa sulit sekali untuk marah kepadanya.'"Den, tadi sebelum kita
Read more

Keputusan Surya Yudha

Setelah Ndaru dan kawan-kawannya pergi, Gendon memapah Surya Yudha dan mendudukannya di bawah pohon besar."Tuan muda, biarkan Gendon memeriksa Tuan Muda." Gendon lantas memasukan sebuah pil ke mulut Surya Yudha dan menyalurkan tenaga dalamnya agar khasiat pil tersebut segera terasa. Dalam beberapa tarikan napas, Surya Yudha merasa lukanya membaik. Gendon lantas menarik kembali tenaga dalamnya. "Lukanya tidak membahayakan nyawa den bagus. Tapi den bagus harus tetep istirahat ya. Setelah minum ini, rasa panas di dada akan berkurang."Gendon memberikan sebuah botol kecil yang berisi beberapa pil kepada Surya Yudha. Surya Yudha menerimanya dan meminun satu butir, botol tersebut lalu dia simpan di balik ikat pinggangnya. "Terima kasih.""Tidak perlu berterima kasih, Den Bagus."Surya Yudha membetulkan posisi duduknya. "Gendon, aku ingin mengatakan sesuatu.""Ada apa, Den bagus? Apa ada yang masih sakit?" tanya Gendon penasaran. Surya Yudha menggeleng. "Setelah melihatmu tadi, aku sem
Read more

Racun Ular Tanah

Malam ini puncak Gunung Agni sepi, tidak seperti biasanya di mana tempat itu akan selalu ramai oleh para anggotanya. Lentera-lentera telah padam, hawa panas yang terpancar dari kawah Agni sedikit mereda, tergantikan oleh semilir angin yang terasa hangat ketika menyapu kulit.Salah satu pondok di Puncak Gunung Agni masih terang dengan suara raungan yang terdengar samar. "Ndaru, lihatlah, luka ini melepuh dan mulai menjalar kemana-mana."Pemuda yang sedang bermeditasi di sudut ruangan membuka matanya perlahan, wajahnya tampak pucat, pandangannya terkunci pada sosok yang baru saja berbicara padanya. "Obat yang aku berikan tidak mempan?" tanya Ndaru dengan suara lemah. Di ruangan ini, sejujurnya dialah yang terluka paling parah akibat pertempurannya dengan Gendon. "Obat yang kau berikan hanya mengurangi rasa terbakarnya, tetapi tidak menghentikan penyebaran racunnya. Jika seperti ini terus, mereka akan mati kesakitan saat matahari tenggelam esok hari."Ndaru mengangguk, paham dengan ko
Read more

Bertemu Sakra

Satu mimggu berlalu dengan cepat. Hari ini adalah hari di mana pendaftaran masuk padepokan Raga Geni dibuka. Fajar menyingsing di langit timur, udara mulai memanas. Surya Yudha keluar dari bak mandi lalu segera berpakaian. Setelah memakan kudapan yang diberikan pihak penginapan, Surya Yudha meninggalkan tempat tersebut, menuju Gunung Agni. Meskipun hari belum terlalu siang, tetapi udara sudah sangat menyengat. "Sudah seminggu aku di tempat ini, tetapi tubuhku belum juga terbiasa."Surya Yudha terus mengayunkan kakinya menuju Gunung Agni. Menurut informasi yang kemarin dia dapat dari penginapan, ujian masuk padepokan Raga Geni biasanya dilakukan saat senja hingga malam hari. Karena ujian ini dibuka setiap bulan, hanya ada belasan orang yang akan mengikuti ujian ini setiap bulannya. Namun, ada waktu-waktu tertentu di mana ujian akbar dibuka dan menerima puluhan murid sekaligus. Tapi sayang, ujian akbar baru dibuka dua tahun lalu, jadi untuk menunggu ujian akbar selanjutnya, masih h
Read more

Hari Ujian

Ketika matahari mulai bergerak ke barat, Surya Yudha dan lainnya sudah sampai di Puncak Agni. Sebelum ini, mereka bertemu di mata air yang berada di puncak agni. Karena memiliki tujuan yang sama, mereka memutuskan untuk berjalan bersama. Ketika mereka sudah sampai, mereka segera pergi ke tempat pendaftaran yang berada di dekat gerbang utama. "Kalian bisa pergi ke tempat ujian saat ini juga karena ujian akan segera dilaksanakan." Seorang pria yang memakai seragam Padepokan Raga Geni berkata. Ujian dilakukan di ruang terbuka yang berada di samping kawah puncak Gunung Agni. Ada tiga tahapan ujian yang harus mereka lewati, yaitu ujian fisik, pengetahuan umum dan satu ujian rahasia yang akan diberikan oleh salah satu tetua. Di samping kawah Agni, terdapat dua puluh meja kecil yang disusun menjadi empat baris. Sudah ada beberapa meja yang telah terisi oleh peserta, Surya Yudha dan lainnya menempati meja yang masih kosong. Surya Yudha mengedarkan pandangannya, masih ada dua meja yang k
Read more

Dimensi Lain

Semua orang di sana berdiri untuk menyambut kedatangan Ki Joko. Pria berjubah merah itu berjalan dengan langkah pelan mendekati mereka. "Mahaguru ...." Tetua Wangsa berkata dengan nada rendah, tetapi tersirat penghormatan mendalam di dalamnya. Ki Joko mengangguk, dengan suara rendahnya yang terdengar lantang dia bertanya. "Tetua Wangsa, kau sudah selesai?"Tetua Wangsa mengangguk, "Sudah mahaguru."Ki Joko mengangguk sekali, pandangannya beralih pada sekumpulan pemuda yang tampak basah kuyup oleh keringat. "Bawa mereka ke ruangan pribadiku." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Ki Joko mengibaskan tangannya, membuat tubuhnya menghilang dari tempat tersebut. "Di mana mahaguru?" Para pemuda yang baru pertama kali melihat hal ini menjadi heboh. Mereka tidak pernah mengira jika kemampuan Mahaguru dari Padepokan Raga Geni sudah berada di tahap itu. Di tengah kehebohan tersebut, Tetua Wangsa berdehem dan menyadarkan semua orang akan kehadirannya di tempat itu. Orang-orang kembali memp
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status