Home / Romansa / Karma(penyesalan) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Karma(penyesalan): Chapter 21 - Chapter 30

182 Chapters

Petemuan dengan Adinda

Di dudukinya kursinya, ia memesan kopi hitam kesukaannya. Sambil menunggu perempuan itu, dia menyeruput kopi hitamnya, sedikit demi sedikit, sambil memukul-mukul pelan meja didepannya dengan telunjuknya. Menunggu adalah hal yang paling dia benci, namun karena perempuan itu, dia harus menunggu hampir setengah jam. Tak terasa dia sudah menghabiskan dua gelas kopi hitam didepannya. Waktu berlalu, hingga akhirnya matanya melihat sosok dari kejauhan perempuan dengan warna merah menyala. Dressnya yang seksi diatas lutut, sepatu high heelsnya senada dengan tasnya. Dari cara berjalannya Herman sangat kenal kalau itu adalah perempuan yang sedang ia tunggu. Herman mengepalkan tangannya erat, kalau saja disana tidak ada orang, mungkin dia sudah merusak wajah perempuan itu dengan tangannya. Perempuan itu semakin mendekat, dilenggak lenggokannya tubuhnya, seolah dia sedang menggodanya. Namun bukannya tertarik, Herman merasa sangat mual melihat perempuan didepannya.
Read more

Ancaman Adinda

Arrrggghhhh..... Perempuan licik kau!!"Herman berteriak sambil membuang semua benda yang ada dimejanya. Para tamu yang ada disana menyaksikan dengan saling berbisik membicarakan Herman. "Maaf tuan, anda sudah merusak beberapa gelas kami, anda harus menggantinya," tiba-tiba seorang pelayan mendekati Herman. Ia meminta pertanggung jawaban Herman karena sudah merusak gelas milik Restauran. Segera ia membuka dompetnya, diambilnya uang seratus ribuan sebanyak 5 lembar. "Ambillah ini, ini cukup untuk mengganti kerugianmu" Herman langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Bahkan ia tak peduli jika sekarang semua mata sedang tertuju padanya. Segera ia menaiki mobilnya, dan menjalankannya dengan kekuatan penuh. "Kau kemarilah, ada yang perlu kita biacrakan!!" ucap Herman pada sekertarisnya, sesampainya ia diruangannya. "TOK TOK TOK, Permisi tuan, Andi masuk ke ruangan Herman dan duduk dikuris berhadapan. "Wa
Read more

Perjanjian

Setelah setuju dengan isi dari perjanjian yang dibuat Andi, Herman bergegas pulang kerumahnya. Dia sangat merindukan istrinya yang baru ditinggalkannya setengah hari. Fikirannya sedikit merasa lega, karena ia sudah menyiapkan perjanjian yang tentunya hanya akan memberatkan Adinda. Ia berharap dengan perjanjian itu, Adinda merasa keberatan dan membatalkan keinginannya untuk menikah dengannya. Dia memasuki kamarnya, dilihatnya istrinya sudah terlelap. Dipandangnya dengan lekat wajah istrinya, dia semakin merasakan dalam pada perasaannya. Melihat wajah polos Amira yang sedang tertidur, membuat dia mengingat kembali semua kesalahannya, ditambah lagi saat ini dia akan menikah dengan Adinda, si gadis licik itu. Namun dalam hatinya ia berjanji, pernikahan ini tak lain hanyalah untuk melindungi Amira dari hal-hal buruk yang ditakutkan akan dilakukan Adinda pasa istrinya. "Maafkan aku sayang, aku berjanji, setelah dia bisa kutaklukan, aku akan segera menceraikannya
Read more

Drama Adinda

"Jangan pernah bilang seperti itu lagi!! sebut saja namaku !" Herman menegaskan tanpa melihat sedikitpun wajah Adinda. Raut muka Adinda seketika berubah masam mendengar kata-kata Herman. Sehingga ia menghentikan pembicaraannya. Selepas kepergian mereka berdua, para karyawan disana saling berbisik membicarakan atasannya. "Bukannya itu wanita yang ada divideo kemari itu ya, itu pasangan mesumnya bos kita..." mereka saling bergosip dengan suara pelan. Tak lama Andi datang, ia mendengar bisikan para karyawan. "Kalau kalian sudah bosan bekerja disini, teruslha bergosip!!" gertaknya, karyawan yang membicarakan Herman seketika berlarian berhamburan ke tempat masing-masing. "Permisi pak,"Andi masuk ke ruangan Herman dengan membawa amplop besar warna coklat. Tanpa aba-aba dari Herman dia langsung memberikannya oada Adinda ,ia tahu betul apa yang harus ia lakukan. Adinda menerima amplop itu dan membukanya, sedikit demi sedikit ia membac
Read more

Resepsi

Berbeda hal dengan yang Amira alami, Adinda justru tengah sibuk mengunjungi beberapa butik. Ia berniat akan mencari gaun yang pas untuk pernikahannya dengan Herman nanti. Dari satu butik ke butik lain ia datangi, tapi belum satupun ada yang cocok menurutnya. Tak seperti pasangan pengantin biasanya, seharusnya pasangan calon pengantin lah yang akan bersama-sama menyiapkan pakaian pengantin. Tapi tidak dengan Adinda. Ia tak perlu mengajak Herman untuk menemaninya memilih gaun yang akan ia kenakan, karena mustahil Herman akan mau menemaninya memilih baju. Baginya tak masalah tentang itu. Yang terpenting, sebentar lagi ia akan menjadi istri dari Herman. Ia sadar mungkin saat ini Herman masih membencinya ,namun keyakinan dalam hatinya sangatlah kuat, kalau suatu waktu nanti Herman akan benar-benar menjadi miliknya seutuhnya. Entah sudah berapa butik yang ia datangi. Namun dibutik kali ini, ia terpesona dengan gaun putih yang m
Read more

Malam Pertama

Benar saja, hanya dalam hitungan menit suara mobil terdengar didepan rumahnya. Dengan segera ia menyambut kedatangan mobil itu. Berjalan seperti seorang putri, ia menyeret kain panjang pada gaunnya dengan tangannya. "Hai, tolong bantulah aku, apa kau tak melihat aku kesusahan berjalan dengan gaun seperti ini!" perintah Adinda setengah berteriak kepada laki-laki yang menjemputnya. Segera laki-laki itu menghampiri dan membantu Adinda untuk berjalan. Diangkatnya ekor gaunnya itu. Sedangkan Adinda berjalan dengan sangat pelan. Perlu waktu beberapa menit agar ia sampai dimobil. Herman tergesa-gesa saat melihat waktu yang hampir jam 9. Ia tengah bersiap-siap. Entah mengapa dia harus beberapa kali ganti baju untuk hari ini. Biasanya baju seperti apapun yang Amira siapkan selalu pas dihatinya. Namun ini sudah yang kelima kalinya ia mengganti pakaiannya. Setelah dirasa cocok, akhirnya ia bergegas keluar kamar, dan turun menemui Amira. Amira yang me
Read more

Kamu Miliku Malam Ini

Herman bergeming mendengar perkataan Adinda, tangannya mengepal kuat. Ia tak menyangka kalau Adinda berani berbicara seperti itu kepadanya. "Kau memang perempuan tak punya muka Adinda, kau benar-benar sudah gila!!" Suara Herman meninggi mendengar ajakan Adinda. Adinda tersenyum puas melihat ekspresi muka Herman. Ia berhasil membuat Herman emosi. "Kita lihat saja, apa yang akan ku lakukan pada istrimu tercinta, kalau kau berani menolakku!!" nada bicara Adinda menggambarkan kalau kali ini ia sedang tak main-main. Ia benar-benar kesal dengan penolakan Herman. "Ayolah beb...jangan pulang" rengek Adinda manja pada Herman. "Ok, ,kalau kau tak mau tidur disini malam ini, aku ikut denganmu tidur dirumahmu bagaimana?" kali ini penawaran Adinda lebih gila. Mana mungkin Herman akan mengajaknya pulang ke rumahnya? "Sudah cukup Adinda..!! kau benar benar licik, aku sangat menyesal bisa mengenal wanita sepertimu...!" Herman berteriak keras. Am
Read more

Pertolongan Andi

Tak terasa waktu sudah hampir maghrib, Amira tengah sibuk menyiapkan masakan untuk makan malam sepulang suaminya. Ia akan menyambut suaminya dengan masakan buatannya. Karena tadi pagi suaminya terlalu terburu-buru dan tak sempat memakan masakan buatannya. Setelah semua selesai, Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia berdandan dengan sangat cantik. Dipoleskannya sedikit riasan diwajahnya. rambut yang terurai basah siap memperlihatkan pesonanya pada suaminya nanti. Sambil menunggu suaminya, ia tidurkan tubuhnya diatas kasur, memainkan ponsel miliknya kebawah dan keatas. Waktu terus berlalu, semenit, dua menit, tiga menit Herman tak kunjung datang. Sampai sudah satu jam Herman tak juga pulang. Rasa bosan mulai menelusup dalam hatinya. Ditekannya nomor suaminya, tak lama suara Herman terdengar dibalik telepon. "Kenapa sayang? apa yang kau inginkan...?" tanya Herman lembut. "Hmmm,, kau pulang jam berapa ma
Read more

Menunaikan Hasrat

Dengan susah payah, Andi berhasil memapah bosnya hingga masuk kedalam mobilnya. Dengan segera ia menjalankan mobilnya dengan kekuatan penuh. Ia injak pedal gas dimobilnya itu. Ia khawatir kalau obatnya sudah semakin bereaksi, maka sikap bosnya akan semakin kacau. Adinda yang berlari mengejar mereka akhirnya menyerah, karena Andi dengan cepat membawa Herman berlalu. "Kurang ajar kau Andi...!!, lihat saja apa yang akan kulakukan padamu..!" Adinda terus berteriak mengumpat Andi. *** Amira terbangun dari tidurnya, ia melirik jam disampingnya, kemudian menghela nafas panjang, karena Herman belum juga datang. "Ia benar-benar sibuk, sampai lupa pulang" gumamnya dalam hati. Baru saja ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi, suara deru mobil terdengar dihalaman rumahnya. Seketika terlintas senyum di bibirnya. "Akhirnya suamiku pulang juga" ia tersenyum sumringah, karena suami yang ia tunggu-tunggu akhirnya pulang juga.
Read more

Malam Pertama Kedua

Kamu milikku malam ini sayang......" ucap Herman lirih sambil terbata menahan nafsu. "Aku sudah lama menginginkan ini sayangku, kau sangat lincah sayang..." Herman terus meracau dalam kenikmatannya. Tak terasa sudah hampir satu jam mereka melakukan pergulatan itu. Sampai akhirnya Herman tumbang setelah melakukan pelepasannya. Ia menjatuhkan tubuhnya disamping tubuh istrinya. Sebagai penutup kegiatan intimnya, ia memeluk hangat tubuh istrinya ,kemudian mengecupnya dalam. "Terimakasih sayang.." ucapnya lirih. Kemudian ia tertidur sambil mendekap istrinya. Amira terasa berbunga-bunga. Mungkin inilah percintaan yang paling panas yang pernah mereka lakukan. Entah mengapa malam ini Amira begitu menikmatinya, sampai ia pun ikut terlelap bersama suaminya. *** Suara sahutan adzan shubuh membangunkan mereka, Amira merasakan seluruh tubuhnya remuk tak bersisa, Dengan susah payah ia bangunkan tubuhnya yang sekarang bertambah berat karena kandungannya
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status