Home / Romansa / MADU SATU MERTUA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of MADU SATU MERTUA: Chapter 101 - Chapter 110

181 Chapters

Bagian 101

“Mama, papa kenapa tidak pulang? Apa papa di rumah eyang sama Tante Firna dan Yasmin saat ini?” tanya Raline tiba-tiba saat ia sedang belajar dengan didampingi sang ibu.“Tidak, Sayang. Tante Firna sudah pulang ke rumah ….” Rasti terhenti. Alangkah susahnya bila harus menyebutkan rumahnya sendiri sebagai rumah orang tua Firna. “Rumah orang tuanya.” Dengan terpaksa, Rasti melakukannya.“Lalu papa dimana, Ma?” tanya Nadine yang juga ingin tahu.“Mama tidak tahu, Sayang ….”“Apa papa akan selamanya pergi dan tidak akan kembali lagi?” tanya Raline sedih.Bingung, dilema dan sedih membaur menjadi satu dalam dada Rasti. Saat ia tahu bahwa keluarga Hartono melakukan kelicikan dan penipuan terhadapnya, ia ingin sekali membalas mereka semua. Namun, di antara para pelaku, ada ayah dari anak-anaknya yang apabila Danang sampai masuk penjara, tentu saja kedua anaknya akan sedih.“Sudah malam, ayo, kita tidur, Sayang,” ajak Rasti pada kedua anaknya.Malam yang melelahkan bagi Rasti. Harus mengerj
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more

Bagian 102

“Sayang ….” Panggilan dari Rasti membuat Raline menoleh. Pipinya sudah basah dengan linangan air mata.“Mama, aku kangen papa. Papa dimana? Apa papa tidur di kasur juga sama seperti kita? Apa papa makan? Mama kenapa tidak telpon papa?” Pertanyaan bertubi-tubi yang Raline ajukan tentu saja membuat hati Rasti bimbang.“Ya sudah, sekarang Raline tidur, ya? Besok kita telpon papa,” hibur Rasti. Ia sudah merangkul pundak Raline.“Maunya sekarang!” Raline ngotot.“Baiklah, tapi Raline yang bilang sama papa, ya?” Demi anak, Rasti mengalah.Beberapa kali mencoba menghubungi nomer Danang, tapi tetap tidak ada jawaban. Nomernya bahkan tidak aktif. Akhirnya, Raline hanya menelan rasa kecewa.***Meski semalaman ditimpa rasa bimbang hendak menentukan sikap seperti apa, melihat kedua anaknya sangat merindukan Danang, tapi hal itu tidak membuat langkah Rasti untuk memenjarakan Hartono surut. Baginya yang sudah terlanjur memelihara rasa benci dan dendam, apa yang sudah dimulai harus diselesaikan.‘U
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more

Bagian 103

Tiba-tiba ia teringat seseorang. Aris. Satu nama yang terlintas di kepalanya. Dengan segera, Rasti menelpon notaris itu.“Ok. Jangan khawatir, Rasti. Aku akan menyuruh seseorang bertemu dengannya sekarang juga.”Rasti sedikit bernapas lega setelah mendengar jawaban dari Aris. Ia menunggu dengan gelisah, kabar selanjutnya.Di kantornya, Aris segera meminta Hanung untuk mengajak bertemu dengan Hartono.“Tapi saya sedang sibuk, Om,” jawab Hanung yang memang tengah menghadap setumpuk berkas di atas meja kerjanya,“Yang penting, suruh dia ke kantor kamu. Suruh menunggu saja yang lama,” perintah Aris.“Terus, apa yang saya harus katakan, Om. Saya benar-benar tidak tertarik dengan kasus dia.”“Ya, kamu ‘kan pengacara. Pasti punya bahan pembicaraan dong. Yang penting, usahakan, Hartono berada di kantor kamu cukup lama, ada sesuatu hal yang harus Rasti kerjakan soalnya, Dan Hartono menjadi pengganggu.”“Baik, Om,” jawab Hanung patuh.Hanung, sosok pria yang berasal dari keluarga yang tidak pun
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more

Bagian 104

Rasti keluar dari kantor polisi dengan perasaan lega. Setelah menyerahkan semua bukti pada petugas kepolisian, ia berharap laporannya akan segera diproses dan Hartono masuk bui. Urusannya masih banyak, tapi setidaknya, ia merasa jika separuh jalan sudah ia lalui. Meski tentang Danang, pikiran dan hatinya masih bimbang.Sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah, tidak lupa, Rasti mampir terlebih dahulu ke showroom untuk melihat situasi di sana.Beruntung, tempat yang dibangun orang tuanya itu tidak memiliki pagar dan pintu gerbang. Sehingga ia bisa melihat secara langsung dari jalan.Rasti menghentikan laju kendaraannya di pinggir jalan. Terlihat di sana Hartono tengah menendang pintu. Rasti yakin, mertuanya itu sedang marah karena menghubungi Diki tidak mendapat jawaban. Meski dalam waktu yang singkat dan dalam keadaan tertekan, Rasti bersyukur, mampu menyelesaikan semuanya.Diki dan keempat temannya sudah diberi uang untuk pulang ke kampung mereka masing-masing. Dan diminta mengganti n
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Bagian 105

Mendengar harapan Raline, Rasti tak kuasa lagi untuk menahan semuanya. Ia terisak sambil menarik kedua anaknya ke dalam pelukan. “Maafkan mama,” lirihnya.“Mama, aku mau mengaji. Bila besok pindah, kami tidak akan lagi bertemu teman-teman,” pinta Nadine setelah tangis Rasti reda. Tentu saja Rasti mengiyakan permintaan terakhir si sulung.Tak lupa, Rasti meminta bantuan pada ketua RT. Bilamana Hartono datang. Ia akan meminta perlindungan.“Kamu dimana, Mas? Kenapa kamu menjadi seorang pengecut yang lari dari semua kekacauan yang kamu ikut membuatnya? Membiarkan aku menghadapinya seorang diri.” Rasti berujar sambil memeluk lutut. Tangisnya kini pecah karena Nadine dan raline telah pergi.***Malam telah beranjak. Rasti belum juga bisa memejamkan mata. Kedua anaknya telah terlelap setelah menangis bersama. Raline dan Nadine bahkan memeluk bantal mereka satu per satu untuk meluapkan kesedihan karena akan pergi dari rumah itu.Rasti begitu takut, bila Hartono akan datang untuk membuatnya c
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Bagian 106

Hartono tidak lagi bisa berkutik. Sempat meronta dan memaki Rasti, tapi beberapa anggota polisi langsung meringkusnya membawa ke dalam mobil. Sedangkan Wening, langsung menurut saat dua oknum polisi menggandeng keduanya.Deru suara mobil terdengar di telinga Rasti meninggalkan rumahnya. Ia masih tersungkur dengan menahan sakit. Luka fisik, juga luka hati seketika ia terima. Masih ada satu anggota polisi yang berada di rumahnya, tapi tidak melakukan apapun terhadap Rasti.“Bangunlah!” sebuah suara membuat Rasti yang masih meringkuk, mendongak. Air mata telah kering di matanya, menyisakan darah yang melekat di pipi dan bagian bawah bibir.Lelaki yang tidak Rasti kenal, mengulurkan tangan. “Ayo, kita ke rumah sakit. Kita obati lukamu,” ajaknya.Rasti menggeleng.“Jangan takut! Mereka sudah dibawa pergi. Saya Hanung, pengacara yang disuruh Om Aris buat bantu kamu.” Rasti menatap pria berpakaian rapi yang berdiri di samping tubuhnya. Kini, ia sudah duduk.“Terima kasih. Aku tidak apa-apa.
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Bagian 107

Rasti kembali kaget. Ia tidak menyangka jika Aris tahu semuanya. “Dari mana bapak tahu semuanya? Dan mengapa Pak Hanung datang ke sini bersama polisi?” Ia bertanya heran. “Saya sudah menyuruh seseorang untuk memata-matai rumah kamu. Dan dia langsung memberi kabar saat ada orang yang datang ke rumah kamu. Saya yang sudah tahu kalau kamu sudah melapor ke polisi, meminta bantuan mereka untuk menangkap Hartono di rumah kamu. Karena khawatir jika lelaki itu melakukan sesuatu hal sama kamu. Dan dugaan saya tepat.” Penjelasan dari Aris semakin membuat Rasti heran, mengapa notaris kenalan ayahnya dulu berbuat sedemikian rupa hanya untuk dirinya yang bukan siapa-siapa. “Mengapa bapak sebaik itu?” tanya Rasti lagi. “Karena bapak kamu dulu pernah berbuat baik sama saya. Kami berteman akrab, Rasti. Hanya saja, saya pikir kamu baik-baik saja ketika menghilang. Saya pikir, apa yang menjadi hak kamu tidak sampai jatuh ke tangan orang lain. Saya sangat bahagia ketika kamu datang kembali. Dan tanpa
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Bagian 108

Rasti menunggu kabar dari pekerja yang dikirim, dengan santai sambil membuka-buka sebuah tabloid jaman dulu. Matanya terasa sakit bila harus menatap ponsel terus menerus.Menjelang Dzuhur ponselnya berbunyi.“Halo,” ucap Rasti.Ia lalu berhenti, menunggu penjelasan yang disampaikan dari seseorang yang menelponnya.“Baik. Sementara cukup dulu. Semua kamar saja yang direnovasi. Untuk bagian luar, tunggu perintah dari saya. Biarkan saja manusia-manusia licik itu sementara bingung tinggal di sana. Biar merasakan tidur bertumpuk banyak orang. Pokoknya, buat mereka bingung dan menderita secara perlahan.” Usai menutup telepon, Rasti tersenyum sinis. “Aku tidak sedang berbuat jahat, Firna. Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku sejak dulu,” ujarnya penuh kemenangan.Rasti menatap koper yang tergeletak di samping televisi. Ia berpikir sejenak, hendak pindah atau tetap tinggal. Namun, pikiran dan hatinya lalu mengatakan kalau itu rumah Danang. Dan dirinya tidak mau lagi menging
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Bagian 109

Raline hanya diam. Ia masih sangat kecil untuk memahami segala hal yang terjadi. Saat matahari mulai naik, Rasti sudah bersiap ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terhadap kekerasan yang menimpanya. Kesempatan itu juga digunakan untuk sekaligus melaporkan Hartono dan keluarganya yang telah bertahun-tahun melakukan penipuan.Sebelum ke kantor polisi, rencananya Rasti akan mengambil sertifikat asli yang sudah jadi, di kantor Aris. Masih dengan motor matic kesayangan, ia berangkat untuk mencari keadilan.“Apa tidak sebaiknya Hanung yang mengurus semuanya?” tanya Aris memastikan.“Tidak usah, Pak. Pak Hanung biar menjadi pengacara saya saat sidang. Untuk masalah melaporkan, biar saya yang melakukan. Toh sekalian saya juga akan memberikan keterangan di sana. Bukankah kata bapak, kita harus menjadi orang yang kuat? Maka saya harus berani menghadapi semuanya sendiri, Pak,” tolak Rasti halus. Yang sebenarnya, hari itu, ia juga ingin mengunjungi mertua jahatnya di tahanan.“Saya akan t
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Bagian 110

Hartono benar-benar tidak berkutik. Yang dilakukan hanyalah duduk, diam dan menatap tanpa kedip. Jika tidak sedang berada di dalam penjara, ia sudah pasti menghajar Rasti habis-habisan. Kini, dirinya hanya bisa menahan marah seorang diri . Ingin melampiaskan, tapi yang bersamanya adalah orang-orang yang ia sayang.“Apa itu artinya, kita akan hancur? Semua yang kita miliki adalah harta peninggalan keluarga Rasti. Jika kembali lagi pada dia, itu artinya kita tidak punya apa-apa. Danang, lakukan sesuatu. Jangan biarkan keluarga kita hancur. Mau ditaruh dimana muka kita, Danang? Dan secepatnya carilah bantuan agar kami bisa keluar.” Wening berkata sambil menangis sesenggukan.“Harta kita milik kita. Kita yang sudah mengelola selama ini. Rasti tidak melakukan apapun setelah kematian orang tuanya,” sahut Hartono tegas. “Danang, cari pengacara yang terbaik di kota ini, suruh dia datang ke sini untuk menangani kasus kita.”“Pak, apa yang akan kita perjuangkan? Tidakkah bapak lihat? Semua asse
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status