22Om Pandu berusaha melepaskan pelukanku, tetapi aku bertahan dan semakin mempereratnya. Aku tidak mau diabaikan. Titik. "Iya, sudah Om maafkan. Om ngerti kamu belum siap. Sekarang lepaskan, ya, Om mau mandi dulu," jawabnya pelan, setelah menarik napas panjang untuk ke sekian kalinya.Aku menggeleng lagi dan lebih menempelkan kepala di punggungnya yang basah. Aku bahkan tidak peduli sebagian rambut dan wajahku ikut basah. "Om, bohong. Pasti masih marah," rajukku manja. "Benar, Al, Om sudah maafin kamu sejak semalam. Sekarang lepasin dulu, badan Om lengket mau mandi dulu," ucapnya lagi, tangannya berusaha melepaskan lagi pelukanku. "Kalau sudah maafin, kenapa nggak bangunin aku salat? Emang Om nggak salat Subuh?" rajukku lagi, tetap bertahan memeluknya. "Om salat di musala," ucapnya lagi semakin pelan. "Tuh, kan. Om belum maafin aku. Pokoknya aku nggak bakal lepasin sebelum dimaafin!" Om Pandu menarik napas lagi sebelum berkata, " Kamu mau apa, Al?" tanyanya tegas.Apa dia mara
Baca selengkapnya