Semua Bab DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Bab 21 - Bab 30

190 Bab

KE MANA KAMU?

21Om Pandu berdiri, setelah sebelumnya mengembus napas kasar berulang kali. Dia tidak berkata apa-apa. Dari gestur tubuhnya aku tahu dia sangat kecewa. Rasa bersalah menyeruak dalam hati. Sungguh, aku belum siap malam ini. Aku masih takut. Maaf, Om Pandu. Maaf, Ya Allah. Maafkan hambamu ini. Om Pandu pergi keluar kamar kami, entah ke mana. Dia pergi membawa kekecewaan. Apa aku harus menyusulnya? Mau bicara apa? Minta maaf karena aku masih belum siap juga? Ah, sepertinya basi.Akhirnya, aku hanya berdiam merutuki diri. Apakah malaikat melaknatku malam ini? Ya Allah, aku harus bagaimana? Apakah harus memaksakan diri siap malam ini? Maafkan aku, Ya Allah. Maafkan aku, suamiku. Aku hanya bisa menangis menyesali diri, sampai akhirnya tertidur karena lelah menangis. ***Entah jam berapa ini, kerongkongan terasa kering. Mungkin karena sebelum tidur, aku terus menangis. Kupaksa membuka mata, lalu bangkit dari tempat tidur. Aku terkejut, tempat yang biasa Om Pandu tiduri, kosong. Ke man
Baca selengkapnya

AKHIRNYA....

22Om Pandu berusaha melepaskan pelukanku, tetapi aku bertahan dan semakin mempereratnya. Aku tidak mau diabaikan. Titik. "Iya, sudah Om maafkan. Om ngerti kamu belum siap. Sekarang lepaskan, ya, Om mau mandi dulu," jawabnya pelan, setelah menarik napas panjang untuk ke sekian kalinya.Aku menggeleng lagi dan lebih menempelkan kepala di punggungnya yang basah. Aku bahkan tidak peduli sebagian rambut dan wajahku ikut basah. "Om, bohong. Pasti masih marah," rajukku manja. "Benar, Al, Om sudah maafin kamu sejak semalam. Sekarang lepasin dulu, badan Om lengket mau mandi dulu," ucapnya lagi, tangannya berusaha melepaskan lagi pelukanku. "Kalau sudah maafin, kenapa nggak bangunin aku salat? Emang Om nggak salat Subuh?" rajukku lagi, tetap bertahan memeluknya. "Om salat di musala," ucapnya lagi semakin pelan. "Tuh, kan. Om belum maafin aku. Pokoknya aku nggak bakal lepasin sebelum dimaafin!" Om Pandu menarik napas lagi sebelum berkata, " Kamu mau apa, Al?" tanyanya tegas.Apa dia mara
Baca selengkapnya

TETANGGA DEPAN RUMAH

23Sinar matahari pagi yang menerobos lewat ventilasi di atas jendela dan gorden yang agak tersibak, menjadi saksi bersatunya dua jiwa raga dalam ikatan yang suci ini. Dan kami sekaligus mematahkan kebiasaan malam pertama yang harus dilakukan di malam hari. Kami bahkan melakukannya saat orang-orang mulai melakukan aktivitas mereka. Itu, tidak sedikit pun mengurangi kekhususan. Dan yang pasti rasanya tetap sama. Rasanya itu ... ah, pokonya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Aku menatap lelaki berpeluh itu dengan tatapan penuh cinta. Dia telentang dengan mata terpejam. Dadanya masih turun naik dengan cepat pertanda napasnya belum stabil setelah aktivitas intim kami. Matanya masih terpejam dengan mulut sedikit menganga, napasnya masih memburu.Aku ingin mengatakan sesuatu untuk mengungkapkan kebahagiaan yang membuncah di dada, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Apa aku harus bilang terima kasih? Atau apa? Ah, malu. Alhasil, aku hanya bisa menatapnya. Sepertinya dia sadar sedang
Baca selengkapnya

RUJAK

24Saat masih menunggu si abang rujak membuatkan pesanananku, kulihat pagar rumah seberang jalan terbuka, lalu muncul tante genit itu dari sana. Dia menuju ke mari. Dengan berjalan lenggak-lenggok laksana peragawati papan jati. Eh, papan atas. Melirik sinis padaku, dia menggerak-gerakkan bibir merah menyalanya mlenyok kiri mlenyok kanan. Aku hanya diam memerhatikannya. Merasa tidak punya masalah. "Rujaknya, Bang. Bikinin yang pedes banget, ya. Lagi pengen makan orang, nih," ucapnya dengan tetap melirik sinis padaku. Sebenarnya kenapa orang ini? Karena merasa tidak ada masalah sama dia, aku diam saja. "Apa menariknya, sih, bocah ingusan kayak gitu? Muka pas-pasan, body lurus nggak ada bentuk-bentuknya. Jauh ke mana-mana sama aku," cerocos wanita itu dengan masih terus melirikku. "Heran sama laki-laki, yang begitu, kok, dipilih. Padahal sudah ada yang menarik di depan mata, tapi dicuekin" lanjutnya lagi membuat alisku bertaut. Apa maksudnya coba? Apa dia sedang menyindirku dan su
Baca selengkapnya

POSESIF

25 Hari-hari bahagia sebagai istri Mas Pandu tengah kunikmati. Rasanya itu seperti ... ah, tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kalau tahu pernikahan akan seindah ini, mungkin bukan hanya dimajukan seminggu, tetapi aku akan meminta dihalalkan hari itu juga. Eh! Mas Pandu benar-benar suami idaman. Selain romantis dan memperlakukanku bak ratu, dia juga begitu sabar menghadapi sifat kekanak-kanakanku. Dia tidak pernah mempermasalahkan aku yang tidak bisa masak, belum pandai mengurus rumah tangga, selalu susah dibangunkan dan segala kebiasaan buruk lainnya. Katanya semua itu butuh proses, dan dia yakin aku akan berubah lebih baik asal mau berusaha. Untuk urusan perut dia tidak mempermasalahkan, toh dia punya rumah makan. Kami bertiga bisa makan di sana atau sesekali dia yang mengajariku dan Prisa masak. Padahal, sih, bukan mengajari, lebih tepatnya dia yang memasakkan untuk kami. Kadang aku berpikir untuk apa dia menikah lagi, kalau toh hidupnya sudah bahagia sebelum diri ini masuk
Baca selengkapnya

MAKAR TETANGGA

26 Kelebihan nikah sama ayahnya sahabat salah satunya adalah, aku langsung masuk ke rumah yang sudah sangat familiar sejak lama. Tidak harus beradaptasi dengan anak tiri, karena dia sahabatku sejak lama. Tidak harus repot mengurusi keperluan anak tiri, karena dia sudah dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri. Kami malah semakin solid, walau kadang Prisa tidak bisa menempatkan diri. Padahal selain sahabatnya, aku tetaplah istri dari ayahnya yang harus dia hormati. Tapi its ok, selama masih wajar, tak perlu dipermasalahkan. Kami sedang menikmati sore dengan menonton televisi. Aku duduk berselonjor di atas karpet, lalu Mas Pandu merebahkan kepalanya di pangkuanku. Satu stoples kuaci menemani kami. Beberapa biji kumakan dan beberapa lainnya kusuapkan pada suami. So sweet, kan, kami? Seperti biasa Prisa yang cemburu selalu mengganggu kami. Dengan cemberut dia ikut merebahkan kepalanya di atas pahaku dengan posisi kepala saling berlawanan dengan papanya. "Dua-duaan terus, sih, kalian.
Baca selengkapnya

MAKAR TETANGGA 2

27"Mas akan melepaskanmu kalau kamu berjanji tidak akan histeris lagi. Kamu duduk tenang dan biarkan Mas selesaikan ini dengan Mira," bisiknya di telingaku yang masih meronta. "Apa? Aku harus duduk tenang setelah dia bilang kamu mau menikahi dia juga?" teriakku lagi tak terima. "Lepaskan aku dan biarkan aku menghajar perempuan jalang itu, Mas!" Aku terus meronta. "Oh, ternyata istri kecilmu itu galak juga, ya. Uuuh ... takut ...." cibir wanita itu berniat mengolok, membuat darahku semakin mendidih. "Ternyata yang kau nikahi itu hanya gadis bau kencur yang bukan hanya tampangnya biasa banget. Tapi juga gadis kecil yang temperamental, emosian, galak. Nggak elegan banget. Kok, kamu bisa sebuta itu sih, Mas? Apa kamu tidak bisa mencari istri yang lebih baik? Apa sebenarnya yang kamu lihat dari–"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi perempuan itu, disusul teriakkannya menahan sakit karena rambutnya ditarik paksa. Aku dan Mas Pandu terpana. Di depan sana Prisa sedang menarik-na
Baca selengkapnya

IDE PRISA

28"Jadi, bagaimana bisa kacamata itu sampai di tangannya?" tanyaku seraya menatap mata Mas Pandu, mencari kebenaran di sana. Kami berdua berbaring saling berhadapan di atas tempat tidur setelah aktivitas menguras tenaga di kamar mandi tadi. Mas Pandu menghela napas kasar sebelum menjawab. "Entahlah, Mas juga tidak tahu. Tapi, tadi siang dia datang ke rumah makan," jawabnya santai. Tangannya tak henti membelai rambutku. Aku mengerutkan kening. "Ngapain?" Dua sudut bibir Mas Pandu tertarik ke atas. Membentuk lengkungan senyum yang begitu manis. Dan rasanya aku ingin terus menikmatinya sampai nanti harus menutup mata. "Pasti bukan sekadar mau makan." Aku cemberut membayangkan dia ke sana hanya untuk menemui suamiku. "Ya, dia memang ingin bicara sama Mas. Katanya dia tidak tahu harus bicara dengan siapa. Tidak ada sanak saudara. Di sini hanya kenal Mas.""Memangnya mau bicara apa?" potongku lagi masih dengan bibir cemberut."Orang tuanya di kampung sudah sepuh, sudah sakit-sakitan,
Baca selengkapnya

KETAHUAN

29Sebenarnya aku ragu. Kata-kata Mas Pandu, lebih tepatnya larangannya tadi malam masih terngiang. Kami tidak boleh lagi berurusan dengan tetangga depan rumah itu. Aku juga teringat nasihat Ayah Ibu yang selalu bilang kalau seorang istri harus menuruti perkataan suaminya. Namun, Prisa terus saja memaksaku, katanya hanya memberi Tante Mira sedikit shock teraphy agar dia kapok dan tidak mengganggu kami lagi. Akhirnya, dengan setengah hati, aku mengikuti Prisa mencari kucing jalanan yang akan kami masukkan ke dalam rumah Tante Mira. Menurut Prisa, wanita itu sangat fobia kucing, apalagi kucing jalanan yang dekil. Kami mencari kucing di jalanan kompleks. Cukup mudah ternyata. Banyak kucing tak bertuan yang sedang mencari makan. Mengais-ngais tempat sampah mencari sisa makan manusia. Setelah dapat, kami membawa masing-masing dua ekor kucing. Kemudian Prisa mulai mengintip rumah Tante Mira lewat celah pagarnya. Dari balik pagar rumahnya terlihat wanita itu sedang menyirami tanaman bung
Baca selengkapnya

AKU MAU PULANG

30Aku menatap wajah di cermin, setelah membasuhnya dari air keran wastafel kamar mandi. Mataku memerah setelah tadi diam-diam menangis. Tiba-tiba aku rindu ayah dan ibu. Rindu pelukan ayah, rindu tidur di ketiak ibu. Aku ingin pulang. Cemen, kan, aku? Baru juga dimarahi suami sedikit sudah mau pulang. Kenyataannya memang itu yang kurasakan sekarang. Aku sepertinya butuh pencerahan dari mereka. Aku yang baru memulai hidup berumah tangga, belum tahu bagaimana sebaiknya bersikap. Terhadap suami juga anak sambung. Aku yang menikah langsung dapat bonus anak sambung pasti akan berbeda dengan mereka yang menikah dengan lelaki lajang tanpa anak. Ah, kenapa tiba-tiba perasaan menyesal itu menyelusup dalam hati? Tidak, Al, jangan dengarkan, itu bisikan setan. Buru-buru aku mengeringkan wajah, kemudian melangkah menuju pintu.Di depan sana terlihat Mas Pandu sudah berbaring di atas kasur dengan mata terpejam. Aku melangkah mendekatinya, lalu berhenti dalam jarak sekitar setengah meter. "Mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status