Share

MAKAR TETANGGA 2

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

27

"Mas akan melepaskanmu kalau kamu berjanji tidak akan histeris lagi. Kamu duduk tenang dan biarkan Mas selesaikan ini dengan Mira," bisiknya di telingaku yang masih meronta.

"Apa? Aku harus duduk tenang setelah dia bilang kamu mau menikahi dia juga?" teriakku lagi tak terima. "Lepaskan aku dan biarkan aku menghajar perempuan jalang itu, Mas!" Aku terus meronta.

"Oh, ternyata istri kecilmu itu galak juga, ya. Uuuh ... takut ...." cibir wanita itu berniat mengolok, membuat darahku semakin mendidih.

"Ternyata yang kau nikahi itu hanya gadis bau kencur yang bukan hanya tampangnya biasa banget. Tapi juga gadis kecil yang temperamental, emosian, galak. Nggak elegan banget. Kok, kamu bisa sebuta itu sih, Mas? Apa kamu tidak bisa mencari istri yang lebih baik? Apa sebenarnya yang kamu lihat dari–"

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi perempuan itu, disusul teriakkannya menahan sakit karena rambutnya ditarik paksa.

Aku dan Mas Pandu terpana. Di depan sana Prisa sedang menarik-na
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   IDE PRISA

    28"Jadi, bagaimana bisa kacamata itu sampai di tangannya?" tanyaku seraya menatap mata Mas Pandu, mencari kebenaran di sana. Kami berdua berbaring saling berhadapan di atas tempat tidur setelah aktivitas menguras tenaga di kamar mandi tadi. Mas Pandu menghela napas kasar sebelum menjawab. "Entahlah, Mas juga tidak tahu. Tapi, tadi siang dia datang ke rumah makan," jawabnya santai. Tangannya tak henti membelai rambutku. Aku mengerutkan kening. "Ngapain?" Dua sudut bibir Mas Pandu tertarik ke atas. Membentuk lengkungan senyum yang begitu manis. Dan rasanya aku ingin terus menikmatinya sampai nanti harus menutup mata. "Pasti bukan sekadar mau makan." Aku cemberut membayangkan dia ke sana hanya untuk menemui suamiku. "Ya, dia memang ingin bicara sama Mas. Katanya dia tidak tahu harus bicara dengan siapa. Tidak ada sanak saudara. Di sini hanya kenal Mas.""Memangnya mau bicara apa?" potongku lagi masih dengan bibir cemberut."Orang tuanya di kampung sudah sepuh, sudah sakit-sakitan,

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KETAHUAN

    29Sebenarnya aku ragu. Kata-kata Mas Pandu, lebih tepatnya larangannya tadi malam masih terngiang. Kami tidak boleh lagi berurusan dengan tetangga depan rumah itu. Aku juga teringat nasihat Ayah Ibu yang selalu bilang kalau seorang istri harus menuruti perkataan suaminya. Namun, Prisa terus saja memaksaku, katanya hanya memberi Tante Mira sedikit shock teraphy agar dia kapok dan tidak mengganggu kami lagi. Akhirnya, dengan setengah hati, aku mengikuti Prisa mencari kucing jalanan yang akan kami masukkan ke dalam rumah Tante Mira. Menurut Prisa, wanita itu sangat fobia kucing, apalagi kucing jalanan yang dekil. Kami mencari kucing di jalanan kompleks. Cukup mudah ternyata. Banyak kucing tak bertuan yang sedang mencari makan. Mengais-ngais tempat sampah mencari sisa makan manusia. Setelah dapat, kami membawa masing-masing dua ekor kucing. Kemudian Prisa mulai mengintip rumah Tante Mira lewat celah pagarnya. Dari balik pagar rumahnya terlihat wanita itu sedang menyirami tanaman bung

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   AKU MAU PULANG

    30Aku menatap wajah di cermin, setelah membasuhnya dari air keran wastafel kamar mandi. Mataku memerah setelah tadi diam-diam menangis. Tiba-tiba aku rindu ayah dan ibu. Rindu pelukan ayah, rindu tidur di ketiak ibu. Aku ingin pulang. Cemen, kan, aku? Baru juga dimarahi suami sedikit sudah mau pulang. Kenyataannya memang itu yang kurasakan sekarang. Aku sepertinya butuh pencerahan dari mereka. Aku yang baru memulai hidup berumah tangga, belum tahu bagaimana sebaiknya bersikap. Terhadap suami juga anak sambung. Aku yang menikah langsung dapat bonus anak sambung pasti akan berbeda dengan mereka yang menikah dengan lelaki lajang tanpa anak. Ah, kenapa tiba-tiba perasaan menyesal itu menyelusup dalam hati? Tidak, Al, jangan dengarkan, itu bisikan setan. Buru-buru aku mengeringkan wajah, kemudian melangkah menuju pintu.Di depan sana terlihat Mas Pandu sudah berbaring di atas kasur dengan mata terpejam. Aku melangkah mendekatinya, lalu berhenti dalam jarak sekitar setengah meter. "Mas

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KUMENANGIS

    31Tubuhku perlahan meluruh, hingga akhirnya terduduk di lantai dengan tetap bersandar di balik pintu. Mas Pandu, kenapa kamu setega itu, Mas? Kamu melarang kami berurusan lagi dengan wanita itu. Namun, kamu sendiri masih juga berurusan dengannya. Apa jangan-jangan dia sengaja menyuruh kami menjauhinya, agar kalian bisa berdekatan? Ah, ternyata pernikahan tidak seindah yang dibayangkan. Andai waktu bisa diulang kembali, aku akan menolak dengan keras untuk menikahinya. Aku tidak peduli kalaupun Ayah, Ibu, dan Prisa marah. Itu lebih baik dari pada sakit seperti ini.Tok! Tok!Tiba-tiba pintu yang kujadikan sandaran ada yang mengetuk. Buru-buru kuhapus air mata dengan punggung tangan. Lalu berdiri untuk segera membuka pintu. Aku menarik napas panjang terlebih dahulu beberapa kali, lalu memejamkan mata sejenak sebelum membuka pintu. Pintu terbuka. Tubuh menjulang itu langsung tertangkap netraku. Dia menatap sekilas, sebelum masuk ke kamar dan langsung mengambil tas besar di atas lemari

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   ALDO

    31Aku terbelalak. Aku lupa memanggil dia Om lagi. Kalau lagi mode jutek begini, aku merasa masih gadis yang berusaha menghindari Om, eh, Mas Pandu. Aku tidak menjawab, kemudian mulai melangkah lagi. Mas Pandu merebut tas yang kubawa. Aku biarkan saja, toh, memang berat.Aku mengeluarkan ponsel, lalu pura-pura memesan taksi online. Tangan Mas Pandu dengan cepat merebut ponselku, lalu dimasukkan ke dalam tas bajuku. Bidi imit. Dia menarik tanganku ke arah pintu samping yang menghubungkan garasi. "Di depan Ayah dan Ibu, jangan memanggilku Om lagi. Atau nanti kamu akan Mas hukum berat!" ancamnya setelah kami di dalam mobil. Aku tidak menjawab, pandangan juga masih ke arah luar jendela. Tidak meliriknya sama sekali. Malas. Mas Pandu mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. "Maaf, tadi Mira–”"Bodo amat!" potongku cepat tetap tanpa menoleh. Aku bahkan sudah jijik hanya dengan mendengar namanya. Terdengar embusan kasar dari mulutnya. Setelah itu tak ada suara lagi yang terdeng

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   CALON MANTU

    Kami bertiga minus ayah karena belum pulang kerja, siap berangkat ke rumah orang tua Aldo untuk menghadiri pengajian di rumahnya. Sejak dua jam yang lalu, Ibu sudah heboh berdandan. Padahal hanya mau menghadiri acara pengajian. Namun, hebohnya seperti anak perawan mau kondangan. Make-up tebal dengan menempelkan segala aksesoris. Bergonta-ganti baju, dengan mencoba semua koleksi hingga isi lemarinya keluar semua. Bolak-balik bertanya padaku apa bajunya sudah pantas atau belum. Mas Pandu tak kalah heboh. Dia mencari kemeja berwarna senada dengan baju yang akan kupakai. Biar kelihatan couple katanya. Karena kami memang belum punya baju pasangan. Mau beli sudah tidak sempat, karena undangannya juga dadakan. Huh, capek deh! Mertua sama menantu sama-sama absurd. Kami berjalan kaki menuju tempat acara, karena jarak rumah tidak terlalu jauh. Ibu berjalan di depan kami dengan kaftan warna gading yang berkibar tertiup angin. Bahkan kaftannya beberapa kali menampar wajahku yang berjalan di be

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   GOMBAL

    34"Oh, ini toh, laki-laki yang sudah mendahului mengambil calon mantu kami," ujar Papanya Aldo tiba-tiba. Hening. Semua diam. Suasana mendadak tegang, sampai papanya Aldo tiba-tiba terbahak. "Bercanda, Mas. Vina sudah kami anggap anak sendiri dari kecil. Itu berarti, kamu juga mantu kami. Iya, kan, Ma?" ucapnya seraya beralih ke istrinya. "Kamu beruntung sekali Mas, bisa menyunting gadis seperti Vina," lanjutnya sambil menepuk-nepuk bahu suamiku. Membuat suasana mencair kembali. Ketegangan yang sedari tadi menghiasi wajah suamiku perlahan memudar, walaupun tetap kurasakan dia tak nyaman. Apalagi saat tatapannya bertemu tatapan Aldo. Ah, laki-laki memang penuh rahasia.Sejak itu aku terus bergelayut manja di lengannya. Aku malas ribut-ribut lagi hanya gara-gara satu kata, CEMBURU. Menghabiskan energi saja. Belum lagi nanti kalau Mas Pandu minta jatah, kan, harus siap energi ekstra. Eh.Aku dan suami sedang menikmati hidangan prasmanan yang disediakan keluarga Aldo. Kami duduk berd

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KEDATANGANNYA

    35Aku duduk di salah satu kursi makan, yang mejanya masih kosong. Baru ada sebakul nasi di sana. Sementara lauknya sedang dibuat oleh duo chef yang sedang berkolaborasi heboh di depan kompor sana. Chef Ibu dan chef Pandu. Mereka berdua tengah menyiapkan makan malam untuk kami. Entah apa yang mereka masak dari tadi terdengar sangat heboh. Yang pasti aroma bumbu menguar sampai ke mari. Mereka terlihat sangat kompak. Seperti sudah sering berkolaborasi. Lalu aku? Duduk cantik saja menunggu masakan matang. Mau membantu juga, jatuhnya malah merecoki dan pasti akan diusir ibu dari dapur. Mas Pandu sangat pintar mengambil hati Ibu. Sebagai menantu lelaki dia bisa membantu Ibu memasak. Padahal aku anaknya yang perempuan belum juga bisa masak. Namun benar, suamiku pintar sekali mengambil hati orang tuaku. Dia dengan mudah masuk ke keluarga ini tanpa canggung sedikit pun. Mungkin karena sudah berpengalaman berumah tangga. Lalu aku, bagaimana hubunganku dengan keluarganya? Aku bahkan lupa m

Bab terbaru

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SALING MELENGKAPI

    190Hening. Ruangan luas itu menjadi sangat senyap. Wajah-wajah tegang menghiasi, sebelum akhirnya tawa Nakula membahana memenuhi seluruh ruangan.Pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal hingga membuat tiga orang di ruangan itu saling melempar pandang. Tatapan heran tak bisa mereka sembunyikan.Ketiganya menunggu hingga sang pemuda mengabiskan sisa tawanya seorang diri. Entah apa yang lucu.“Aku serius, Mas. Aku ini sudah tua.” Dinda tidak sabar. Mungkin Nakula tidak percaya ucapannya hingga tertawa seperti itu. Gadis itu membuka tas, lalu mencari sesuatu di sana. Tangannya terulur memegangi sebuah kartu. Namun, saat ingin menyodorkan kartu itu, tangan Nakula menahannya.“Kamu simpan saja, bukankah kita harus segera menyiapkan berkas untuk ke KUA?” ujarnya saat melihat Dinda menyodorkan kartu identitasnya.“Maksudnya?” Kening Dinda berkerut dalam.Kembali Nakula menghabiskan sisa tawa yang tidak habis-habis.“Aku mengaku sudah tua, tapi belum setua Bundaku, kan?” tanya pemuda itu lagi d

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KERAGUAN & KESERIUSAN

    189Dinda menatap nanar pemuda yang menggeret koper bajunya dengan bersemangat. Sebelah tangan sang pemuda menggeret koper, sedangkan tangan yang lain menggandeng tangannya.Sang pemuda memelankan langkah saat merasa gadis yang ia gandeng langkahnya pelan hingga agak tertinggal.“Mau aku antar ke mana?” tanya sang pemuda seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang ia harap bisa meyakinkan gadis itu jika keputusannya untuk tinggal tidak akan disesalinya.Sang gadis tidak menjawab. Jujur hatinya masih ragu. Apa keputusannya membatalkan kepergian sudah benar atau tidak?Apa benar pemuda yang sekarang menggandengnya tidak akan mengecewakannya lagi? Bagaimana jika di kemudian hari lagi-lagi ia kecewa?Selama ini terlalu banyak ia dikecewakan orang-orang sekitar higga sulit untuknya percaya lagi terhadap mereka yang berjanji.Pemuda yang tidak lain Nakula menarik napas panjang dan mengembusnya kuat. Ia sangat mengerti kondisi Dinda saat ini. Ia pun termasuk laki-laki yang berkali-kali mengece

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SEMUA SAMA

    188“Apa yang kau lakukan? Lepasss…!” Dinda mendesis seraya mencoba melepaskan tangan yang mencekalnya. Ia ingin berteriak, tetapi tak ingin mengundang perhatian karena sadar tengah berada di mana.“Lita, kamu mau ke mana? Kau pikir bisa jauh-jauh dariku?” Lelaki itu menarik kupluk hoodie Dinda hingga terbuka dan menyisakan rambut sang gadis yang berantakan.“Kita dekat bertahun-tahun, kamu tidak akan akan bisa mengelabuiku hanya dengan pakaian seperti ini.”“Ya, kita dekat bertahun-tahun. Dan kau menghancurkan hidupku hanya dalam sekedip mata.”“Bukankah Abang sudah meminta maaf? Sungguh Abang tidak tahu jika ibu tirimu sudah menghasut Abang. Lita, Abang menyesali semuanya. Andai Abang tahu itu hanya hasutan, tentu Abang tidak akan melakukan ini.”“Seharusnya Abang mencari tahu dulu kebenaran sebuah berita sebelum mengambil keputusan besar. Jangan menerima mentah-mentah berita begitu saja.”“Abang menyesal Lita. Demi Tuhan Abang sangat menyesal. Kamu tahu seberapa besar cinta Abang s

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   ANDAI MASIH ADA KESEMPATAN

    187Nakula maju. Ia sudah memutuskan tak ingin mengalah lagi. Sudah cukup selama ini selalu membiarkan saudara kembarnya mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mengorbankan perasaannya. Kini tak akan ia membiarkan sang saudara menyalahkan dirinya, apalagi untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.Karena terburu-buru dan tidak fokus, ia menabrak Inggit yang sepertinya ingin naik tangga. Bodohnya dirinya yang lupa jika di rumah itu ada penghuni baru, langsung mengulurkan tangan untuk membantu orang yang ia tabrak bangun. Semua ia lakukan karena rasa bersalahnya yang kurang hati-hati.Siapa sangka di saat ingin membantu Inggit berdiri itu Sadewa yang tengah bucin-bucinnya terhadapa istrinya itu datang. Salah faham pun tak bisa dihindarkan. Sadewa mengira jika saudara kembarnya ingin menggoda istrinya. Terlebih melihat kondisi pakaian sang istri yang tersibak.“Apa yang kamu lakukan pada istriku, N

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   PANTASKAH MENYESAL?

    186 Nakula setengah berlari menuju tangga penghubung lantai dua dan lantai bawah. Sebenarnya kamar orang tuanya ada di lantai bawah, hanya saja ia ingat harus mengambil sesuatu di kamarnya dulu sebelum pergi. “Dinda meminta disampaikan maaf yang sebesar-besarnya. Maaf katanya tidak jujur sejak awal jika ia wanita bersuami.” Kalimat sang ayah selepas pemutaran video itu terus berputar-putar di kepala Nakula. “Sama sekali tidak ada maksud menipumu, Naku. Ia memang pernah menikah, tapi hari itu juga menjadi janda. Dan kemarin, pengadilan agama mensahkan statusnya itu setelah sebelumnya proses perceraiannya dipersulit. Mantan suaminya ingin rujuk, melakukan berbagai cara agar gugatan cerai Dinda tidak dikabulkan. Syukurlah nasib baik masih berpihak padanya.” Sang ayah menjeda penjelasannya. “Kemarin Dinda akhirnya menerima akta cerai, karenanya hari ini langsung terbang.” “Terbang?” Nakula terperanjat. “Ke-mana?” Pandu menarik napas panjang. Tatapannya sendu. “Dinda memutuskan meng

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SATU KENYATAAN

    185 “Lihat dulu ini sampai selesai, lalu silakan berkomentar.” Pria usia enam puluhan menyalakan laptop, lalu menyerahkan benda itu ke hadapan laki-laki muda yang duduk di tepi ranjang. Sang pemuda membuang muka. Ini alasan kenapa ia malas pulang. Bertemu ayah dan saudara kembar yang sudah mengecewakannya. Sang pemuda ingin bangkit, tetapi sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Ia pun memejam sebelum meloneh pemilik tangan yang masih terasa hangat itu. “Bunda sebaiknya istirahat saja, ya. Badannya juga masih anget. Biar cepat sembuh. Aku pamit dulu,” ucapnya lembut seraya menggenggam tangan sang sang ibu yang mencekal pergelangannya. Wanita berwajah pucat yang memakai baju tebal dan duduk bersandar ke kepala ranjang menggeleng. Tatapan nanarnya sudah diliputi embun tebal. Terlihat sangat berat melepas putranya pergi. “Naku Sayang, percayalah tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya sendiri.” Nakula menarik napas yang begitu berat, ingin rasanya menyangkal ucapa

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   AKU BUKAN KAMU

    184 Nakula berbaring di kamar minimalisnya. Tatapannya lurus menyapu langit-langit kamar yang menampilan bayangan bagaimana pertemuan awalnya dengan Dinda. Bagaimana ia kesal terhadap gadis itu hingga akhirnya tergila-gila. Sayang seribu kali sayang jika semua yang terjadi antara dirinya dan Dinda yang ia anggap tulus, hanya fatamorgana. Hubungan mereka yang begitu manis ternyata hanya settingan semata. Settingan sang ayah dengan wanita bersuami itu. Sudah beberapa hari tinggal lagi di galeri, Nakula tidak pernah lagi melihat Dinda. Entah dimutasi lagi atau memang tidak menampakkan diri lagi di depannya, yang pasti ia sudah tidak pernah melihat sosoknya. Baguslah jika dimutasi, itu artinya ia bisa segera melupakan rasa sakitnya. Nakula bangkit, lalu beranjak menuju meja kecil yang biasa ia gunakan untuk makan. Sekotak makanan yang ia beli via jasa antar online sudah tersedia di sana. Dibukanya dengan malas kotak makanan itu. Sungguh, ia sebenarnya tak berselera makan. Jika tak mem

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   MASIH MARAH?

    183 Hari ini Nakula kembali ke galeri. Kondisinya jauh lebih baik setelah tiga hari menginap di rumah sang kakak. Meski suami istri Prisa dan Nino tidak mau memberitahu di mana Nadira saat ini, setidaknya di sana Nakula punya teman bicara, si imut Nindy selalu membuat harinya terasa menyenangkan. Terlebih saat minta diantar ke taman bermain dan outbond kecil-kecilan di dalam kota. Keceriaan gadis SMA itu, juga dirinya yang ikut mencoba berbagai wahana membuatnya bisa berteriak kencang melepaskan ganjalan di dada. Seolah sedang mencari pelampiasan, Nakula terus mengajak Nindy naik wahana yang lebih menantang agar ia bisa berteriak lebih keras. Seperti orang gila Nakula saat itu. Tapi ia benar-benar bisa melepaskan beban yang sudah bersemayam di dadanya. Satu yang ia sesali. Kenapa malam itu ia harus pergi ke club dan mabuk, hingga berujung Nadira yang diungsikan entah ke mana oleh kedua orang tuanya. Kenapa ia tidak pergi ke tempat seperti taman bermain saja, agar bisa meluapkan gan

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   INI SALAHKU

    182Nakula mengerjap berkali-kali hingga matanya dapat terbuka. Rasa pusing di kepalanya masih sangat menyiksa, tetapi ia terus berusaha membuka matanya. Berbaring dalam waktu lama membuat tubuhnya pegal-pegal.Perlahan, walau samar, matanya dapat menangkap sesuatu di depannya. Hingga akhirnya wajah imut seorang gadis yang tengah tersenyum tersaji di depan matanya.“Sudah bangun, Om?” tanya gadis imut seraya menghampiri dan duduk di tepi ranjang. Sepertinya ia sudah lama menunggu Nakula bangun.Nakula menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk membuang rasa pusing. Lalu mencoba bangkit dari berbaringnya. Gadis imut membantunya duduk.Sang pemuda mengedarkan pandangan setelah kepalanya tidak begitu pusing. Cahaya terang dari jendela yang terbuka, membuatnya yakin jika ini siang hari.“Ini di rumah kami, Om.” Seolah mengerti dengan pikiran Nakula, gadis mungil menjelaskan.“Semalam Mami sama Papi bawa Om ke sini. Katanya Om sedang kurang enak badan. Aku sih, nggak tahu karena udah bobok

DMCA.com Protection Status