All Chapters of DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Chapter 31 - Chapter 40

190 Chapters

KUMENANGIS

31Tubuhku perlahan meluruh, hingga akhirnya terduduk di lantai dengan tetap bersandar di balik pintu. Mas Pandu, kenapa kamu setega itu, Mas? Kamu melarang kami berurusan lagi dengan wanita itu. Namun, kamu sendiri masih juga berurusan dengannya. Apa jangan-jangan dia sengaja menyuruh kami menjauhinya, agar kalian bisa berdekatan? Ah, ternyata pernikahan tidak seindah yang dibayangkan. Andai waktu bisa diulang kembali, aku akan menolak dengan keras untuk menikahinya. Aku tidak peduli kalaupun Ayah, Ibu, dan Prisa marah. Itu lebih baik dari pada sakit seperti ini.Tok! Tok!Tiba-tiba pintu yang kujadikan sandaran ada yang mengetuk. Buru-buru kuhapus air mata dengan punggung tangan. Lalu berdiri untuk segera membuka pintu. Aku menarik napas panjang terlebih dahulu beberapa kali, lalu memejamkan mata sejenak sebelum membuka pintu. Pintu terbuka. Tubuh menjulang itu langsung tertangkap netraku. Dia menatap sekilas, sebelum masuk ke kamar dan langsung mengambil tas besar di atas lemari
Read more

ALDO

31Aku terbelalak. Aku lupa memanggil dia Om lagi. Kalau lagi mode jutek begini, aku merasa masih gadis yang berusaha menghindari Om, eh, Mas Pandu. Aku tidak menjawab, kemudian mulai melangkah lagi. Mas Pandu merebut tas yang kubawa. Aku biarkan saja, toh, memang berat.Aku mengeluarkan ponsel, lalu pura-pura memesan taksi online. Tangan Mas Pandu dengan cepat merebut ponselku, lalu dimasukkan ke dalam tas bajuku. Bidi imit. Dia menarik tanganku ke arah pintu samping yang menghubungkan garasi. "Di depan Ayah dan Ibu, jangan memanggilku Om lagi. Atau nanti kamu akan Mas hukum berat!" ancamnya setelah kami di dalam mobil. Aku tidak menjawab, pandangan juga masih ke arah luar jendela. Tidak meliriknya sama sekali. Malas. Mas Pandu mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. "Maaf, tadi Mira–”"Bodo amat!" potongku cepat tetap tanpa menoleh. Aku bahkan sudah jijik hanya dengan mendengar namanya. Terdengar embusan kasar dari mulutnya. Setelah itu tak ada suara lagi yang terdeng
Read more

CALON MANTU

Kami bertiga minus ayah karena belum pulang kerja, siap berangkat ke rumah orang tua Aldo untuk menghadiri pengajian di rumahnya. Sejak dua jam yang lalu, Ibu sudah heboh berdandan. Padahal hanya mau menghadiri acara pengajian. Namun, hebohnya seperti anak perawan mau kondangan. Make-up tebal dengan menempelkan segala aksesoris. Bergonta-ganti baju, dengan mencoba semua koleksi hingga isi lemarinya keluar semua. Bolak-balik bertanya padaku apa bajunya sudah pantas atau belum. Mas Pandu tak kalah heboh. Dia mencari kemeja berwarna senada dengan baju yang akan kupakai. Biar kelihatan couple katanya. Karena kami memang belum punya baju pasangan. Mau beli sudah tidak sempat, karena undangannya juga dadakan. Huh, capek deh! Mertua sama menantu sama-sama absurd. Kami berjalan kaki menuju tempat acara, karena jarak rumah tidak terlalu jauh. Ibu berjalan di depan kami dengan kaftan warna gading yang berkibar tertiup angin. Bahkan kaftannya beberapa kali menampar wajahku yang berjalan di be
Read more

GOMBAL

34"Oh, ini toh, laki-laki yang sudah mendahului mengambil calon mantu kami," ujar Papanya Aldo tiba-tiba. Hening. Semua diam. Suasana mendadak tegang, sampai papanya Aldo tiba-tiba terbahak. "Bercanda, Mas. Vina sudah kami anggap anak sendiri dari kecil. Itu berarti, kamu juga mantu kami. Iya, kan, Ma?" ucapnya seraya beralih ke istrinya. "Kamu beruntung sekali Mas, bisa menyunting gadis seperti Vina," lanjutnya sambil menepuk-nepuk bahu suamiku. Membuat suasana mencair kembali. Ketegangan yang sedari tadi menghiasi wajah suamiku perlahan memudar, walaupun tetap kurasakan dia tak nyaman. Apalagi saat tatapannya bertemu tatapan Aldo. Ah, laki-laki memang penuh rahasia.Sejak itu aku terus bergelayut manja di lengannya. Aku malas ribut-ribut lagi hanya gara-gara satu kata, CEMBURU. Menghabiskan energi saja. Belum lagi nanti kalau Mas Pandu minta jatah, kan, harus siap energi ekstra. Eh.Aku dan suami sedang menikmati hidangan prasmanan yang disediakan keluarga Aldo. Kami duduk berd
Read more

KEDATANGANNYA

35Aku duduk di salah satu kursi makan, yang mejanya masih kosong. Baru ada sebakul nasi di sana. Sementara lauknya sedang dibuat oleh duo chef yang sedang berkolaborasi heboh di depan kompor sana. Chef Ibu dan chef Pandu. Mereka berdua tengah menyiapkan makan malam untuk kami. Entah apa yang mereka masak dari tadi terdengar sangat heboh. Yang pasti aroma bumbu menguar sampai ke mari. Mereka terlihat sangat kompak. Seperti sudah sering berkolaborasi. Lalu aku? Duduk cantik saja menunggu masakan matang. Mau membantu juga, jatuhnya malah merecoki dan pasti akan diusir ibu dari dapur. Mas Pandu sangat pintar mengambil hati Ibu. Sebagai menantu lelaki dia bisa membantu Ibu memasak. Padahal aku anaknya yang perempuan belum juga bisa masak. Namun benar, suamiku pintar sekali mengambil hati orang tuaku. Dia dengan mudah masuk ke keluarga ini tanpa canggung sedikit pun. Mungkin karena sudah berpengalaman berumah tangga. Lalu aku, bagaimana hubunganku dengan keluarganya? Aku bahkan lupa m
Read more

BULAN MADU

36Aldo menatapku tak percaya. Sorot kecewa tergambar jelas di sana. Namun, aku tidak peduli dan langsung membuang muka. Perasaan suamiku yang terpenting sekarang. Aldo pun akhirnya pergi, setelah pamit lagi dengan Ayah dan Ibu. Terdengar helaan napas panjang dari sebelah. Ya, itu suamiku. Yang pasti mati-matian menahan marah pada Aldo yang sudah dengan terang-terangan mengutarakan ingin merebutku. Aku mengerti, suami mana yang bisa terima ada laki-laki yang terang-terangan bilang mau merebut istrinya? Aku mengelus punggung tangan Mas Pandu, seraya memberikan senyum termanisku sebelum membereskan piring bekas makan kami. ***"Apa kamu menyukai Aldo?" tanya Mas Pandu setelah kami berada di kamar mungilku. Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang menyarungi bantal. "Kami baru bertemu lagi sekarang," jawabku tanpa menoleh ke arahnya. "Yang Mas tanyakan, apa kamu menyukai dia?" tanyanya lagi.Aku menoleh, lalu berjalan menghampirinya. "Bagaimana mungkin aku bisa langsung meny
Read more

ALDO LAGI

Sore ini aku sedang menyapu daun-daun kering yang jatuh dari pohon mangga di halaman. Mas Pandu pamit ke rumah makan dulu tadi siang selepas Zuhur, katanya ada sedikit masalah di rumah makan. Pulangnya mungkin menengok Prisa dulu. Tadi si Mpok yang kerja di rumah juga menelepon. Katanya Prisa memaksa ingin keluar rumah. Kuayunkan sapu lidi membawa daun-daun kering ke arah sudut halaman yang lumayan luas ini. Biasanya Ibu membakarnya di sana. Suara seseorang yang sudah kuhafal, menyapa dari arah belakang. Aku terpaku beberapa saat. "Sekarang kamu rajin banget, Vin."Aldo. Dia lagi. Aku tetap melanjutkan kegiatanku menyapu halaman. Tanpa menoleh ke arahnya. "Apa kita bisa bicara sebentar saja?" tanyanya lagi saat melihatku masih sibuk menyapu. "Maaf, Do. Suamiku sedang tak di rumah. Aku takut jadi fitnah kalau kita bicara berdua," jawabku, meliriknya sebentar, lalu menunduk lagi. "Ah ya, aku lupa. Vina-ku bukan lagi gadis kecil yang selalu membutuhkan aku," ucapnya sambil menarik s
Read more

PERJALANAN INDAH

38Kami berpamitan setelah sarapan pagi. Ternyata mobil suamiku di bengkel dan kemarin dia pulang naik taksi. Pantas saja aku tidak menyadari kepulangannya. Tahu-tahu dia sudah berdiri di belakang Aldo. Tadinya hari ini, dia juga mau memesan taksi untuk kami pulang. Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas. Kenapa kami tidak pakai motorku saja? Ya, walaupun bukan motor mahal, tetapi mesinnya masih bagus. Masih bisa mengantarku pulang pergi kuliah. Ayah dan Ibu memelukku erat. Mereka mewanti-wanti agar saat kami kembali lagi ke sana sudah harus membawa kabar baik, yaitu hadirnya calon cucu untuk mereka. Ayah juga berpesan, agar kami saling menjaga, saling mengerti, saling percaya, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Jangan mengedepankan ego. Agar bahtera yang baru kami bangun menjadi kokoh, walaupunt ada tempaan baik dari dalam maupun pihak luar. Ayah percaya padaku. Walaupun usia jauh lebih muda, tetapi bisa mengimbangi suamiku, asal mau belajar dan berusaha. Dan yang terpent
Read more

PRISA

39Prisa terlihat meradang. Wajahnya semakin marah. "Aku tidak suka ini! Kalau tahu akan begini, lebih baik Papa tidak menikah lagi!"Dia menatap tajam sebelum akhirnya lari meninggalkan kami dengan wajah marahnya. Mas Pandu terdengar menarik napas panjang dan membuangnya kasar beberapa kali. Lalu aku? Yang pasti terasa ada bongkahan batu besar mengimpit dada. Rasanya sesak. Sakit. Sahabat yang selama ini jadi tempat berbagi suka dan duka, kini menatapku seperti seorang musuh. Padahal dia salah satu alasan aku menerima pernikahan ini. *** Aku tergugu di tepi tempat tidur. Meluapkan sesak di dada karena sikap Prisa. Kenapa jadi seperti ini? "Sayang, mulai sekarang ... sepertinya kamu harus mempersiapkan diri untuk segala sesuatunya. Termasuk menghadapi sikap Prisa." Mas Pandu duduk di sampingku setelah melihatku agak tenang. "Maaf, terpaksa menempatkanmu dalam posisi ini. Tapi Mas yakin, kamu bisa. Kamu sudah jadi seorang istri, dan kelak akan jadi seorang ibu. Kamu harus kuat. M
Read more

TAK SEINDAH BAYANGAN

40Aku menatap tak percaya gadis yang selama ini kuanggap sahabat. Walaupun jejak persahabatan itu seolah-olah sudah hilang dari sikapnya hanya dalam beberapa hari ini. Padahal aku berada di sini pun atas andilnya. "Pris, apa salahku?" tanyaku serak.Dia tersenyum sinis sebelum menghampiriku dengan angkuh. "Salahmu ... udah bikin bokap gue berubah!" ucapnya keras di dekat telingaku. Si Mpok yang sedang mencuci piring mencuri-curi pandang ke arah kami. Aku memejamkan mata. Menahan lagi sesak di dada. Kutarik napas panjang, sebelum membuka mata lagi."Kalaupun Mas Pandu melakukannya, itu karena dia mau kamu berubah lebih baik, Pris. Dan aku nggak pernah mempengaruhi papamu. Papamu lebih keras, demi kebaikanmu sendiri," ucapku dengan suara bergetar menahan sesak di dada. "Oh, udah pinter ngomong sekarang ibu sambungku ini. Hebatnya ...." Prisa bertepuk tangan mengejekku. Ya Allah, siapa gadis di depanku ini? Aku bahkan tak bisa mengenalinya sekarang. Kenapa dia berubah hanya dalam w
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status