Home / Romansa / Nafsu Gelap Sang Majikan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 71 - Chapter 80

317 Chapters

Chapter 72

Sementara itu....Andira dan Martin berada di dalam sebuah mobil bersama. Seakan tidak ada lagi masalah.“Tuan Martin.”“Hmm.”“Aku akan mendengarkan apa yang dikatakan Tuan. Hanya saja, jangan bercerai.”Mendengar itu Martin mengernyit, dia yang tadinya memandang ke arah jalan kini menoleh ke arah Andira.“Kenapa begitu peduli pada pernikahan ku?”“Bukan begitu.”“Lalu?”Tatapan Martin kembali mengarah ke jalan raya.“Aku tidak ingin menjadi alasan kalian bercerai, carilah alasan lain.”“Hahhahah, kau..?” Terkekeh, dia tidak percaya Andira mengatakan hal demikian. “Percaya diri sekali.”“Apa?” Andira menoleh ke arah Martin.“Aku menikah dengan Sarah bukanlah karena kemaun ku, ataupun kemauannya, kami baru bertemu saat pertunangan terjadi,” jelas Martin.&l
Read more

Chapter 73

Mereka setidaknya tidak bercerai, Martin membatalkannya. Dia terlihat duduk di hadapan Sarah yang juga tengah duduk di kursi kebesarannya. Martin mengunjungi kantor Sarah hanya untuk mengatakan bahwa dia merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Dalam ruangan dingin, sejuk dan tentu saja nyaman, mereka sempat berbincang.“Kenapa menarik keputusanmu?” Pertanyaan pertama yang Sarah lontarkan pada pria yang berstatus suaminya itu. Martin tak memandang ke arah Sarah, tatapannya fokus menatap ornamen-ornamen yang menempel di dinding ruangan itu. Namun dia tetap menjawab pertanyaan dari sang istri.“Aku hanya kesal kemarin.” Jawaban yang aneh bukan? Dia menjawab bahwa dia hanya kesal.“Kesal?” Sarah menganga tipis dan alisnya mengernyit.“Kau kesal karena itu mau cerai?” Sarah bertanya lagi, raut wajahnya sama sekali bingung dan heran tentu saja. Martin kesal ditanya terus, dua hanya menghela napas berat karena tid
Read more

Chapter 74

FlashbackOh ya, berbicara tentang Sarah, dia menikah juga karena terpaksa, malam itu, malam yang paling mengerikan untuk Sarah saat ayahnya mengatakan bahwa dia harus menikah di malam saat dia baru pulang dari pestanya. Pesta malam tahun baru bersama teman-temannya. Dia pulang dalam keadaan mabuk.Dengan luntang-lantung jalannya masuk ke dalam rumah.“Ayah Nona ingin bicara.” Seorang pelayan tua, dia meraih mantel kulit Sarah saat gadis itu baru pulang di tengah malam. Sarah yang sudah teler dan jalannya sudah tak seimbang menatap pekerja rumahnya itu.“Bicara....di tengah malam ini?” Suaranya sedikit terbata-bata, dan tatapannya lelah, terlihat seperti wanita yang belum tidur dalam dua hari.“Katakan padanya, aku akan mau tidur. Aku lelah, aku akan bicara padanya besok.” Dengan senyum yang mekar pada gadis muda itu dan mulai berjalan dengan kaki yang seakan ingin jatuh.“Aku antar Nona saja ke kama
Read more

Chapter 75

Sarah mengingat-ingat kembali momen saat pertama kali ayahnya mengatakan tentang pernikahan. Dia jatuh pingsan, tidak sadarkan diri. Hingga esoknya, ternyata semuanya sudah direncanakan. Sarah terlihat merenung, mengabaikan tatapan Martin padanya.“Apa yang kau pikirkan?” Sedikit cubitan di punggung tangan Sarah. Sarah larut dalam memorinya, mengingat momen dimana dia pertama kali mendengar kata pernikahan untuk dirinya sendiri. Dia baru terbangun dari ingatannya saat Martin mencubit punggung tangannya.“Aku tidak memikirkan apa-apa, aku melamun.”Martin mengernyit, dia menyipitkan matanya, lalu berkata, “Kau melamun saat aku sedang bicara denganmu?”“Kenapa? Tidak boleh?”Mendengar hal itu Martin memandang kesal, dan mulai berdiri, dia memperbaiki kancing jas abu-abu yang dia kenakan dan sudah menganggap bahwa mereka menyetujui tentang pembatalan perceraian. Martin keluar dari ruangan itu, dan sempat
Read more

Chapter 76

Makan malam yang dihadiri oleh keluarga lengkap, terlihat canggung. Namun tidak apa setidaknya lengkap. Martin Dailuna mengunyah makanannya sesekali melihat siapa yang menyiapkan makanan penutup. Sama seperti sebelumnya, namun kali ini perasaan Martin kebih sejuk, keluarganya mungkin tak menatap ke arahnya dan merasa tidak nyaman dengan makan malamnya. Namun dia, dia betul-betul nyaman. Matanya kini menatap ke arah Sarah, lalu Raisi kemudian Randy dan Nadira. Keempat orang yang ditatapnya sama sekali tidak menatap ke arah Martin. “Bagaimana ujian final mu?” Martin bertanya menatap Raisi yang berhenti mengunyah setelah mendengar pertanyaan dari sang ayah. Dia perlahan menoleh ke arah Martin dan berusaha untuk sopan. “Lumayan.” Dengan singkat dia menjawab. Lalu pandangan Martin menatap ke arah kedua anaknya yang lain. “Kalian? Bagaimana? Sudah mau ujian?” tanyanya dengan nada suara berat namun lembut. “Belum, kami belum ujian. Lagi pula kalau ak
Read more

Chapter 76

Makan malam yang dihadiri oleh keluarga lengkap, terlihat canggung. Namun tidak apa setidaknya lengkap. Martin Dailuna mengunyah makanannya sesekali melihat siapa yang menyiapkan makanan penutup. Sama seperti sebelumnya, namun kali ini perasaan Martin kebih sejuk, keluarganya mungkin tak menatap ke arahnya dan merasa tidak nyaman dengan makan malamnya. Namun dia, dia betul-betul nyaman.Matanya kini menatap ke arah Sarah, lalu Raisi kemudian Randy dan Nadira. Keempat orang yang ditatapnya sama sekali tidak menatap ke arah Martin.“Bagaimana ujian final mu?” Martin bertanya menatap Raisi yang berhenti mengunyah setelah mendengar pertanyaan dari sang ayah. Dia perlahan menoleh ke arah Martin dan berusaha untuk sopan.“Lumayan.” Dengan singkat dia menjawab. Lalu pandangan Martin menatap ke arah kedua anaknya yang lain.“Kalian? Bagaimana? Sudah mau ujian?” tanyanya dengan nada suara berat namun lembut.“Belum,
Read more

Chapter 77

Malam yang dipenuhi bintang. Perselingkuhan yang dinikmati. Dan tragedi yang mungkin menanti. Saat ini, Sarah asik memandang laut malam bersama kekasih simpanannya. Kaki mereka tak beralas, ombak kecil membentur kaki mereka dan pandangannya menatap ke arah langit yang berbintang, serta suhu tubuh mereka dingin karena angin laut.Perbincangan terjadi, mereka berdiri dan berjarak. Tangan Lutfi berada di saku celananya, sedangkan kedua tangan Sarah diletakkan di perut, saling bergenggam dan mata mereka hanya menatap gelapnya laut dan indahnya bintang.“Apa menurut mu kita serasi?” Lutfi memulai percakapan. Pertanyaan yang membuat Sarah terkekeh kecil.“Kita harus bertanya pada orang lain untuk pertanyaan itu.” Jawaban yang juga membuat Lutfi tersenyum.“Sayangnya tidak ada orang lain di sini, apa aku harus bertanya pada bintang?”Sekali lagi, mereka saling tersenyum dan bertatap. Lutfi terlihat meraih tangan Sarah d
Read more

Chapter 78

Pemuda itu pulang, mungkin dari bersenang-senang, namun baunya sama sekali tak tercium bau minuman. Mungkin hanya menenangkan diri. Dia berjalan ke arah kamar Andira dan mengetuk pintunya.Tak lama kemudian pintunya terbuka, dan lampu yang tadinya mati kini menyala.“Tuan Muda.” Mata itu terlihat kantuk.“Sejak tadi aku sudah ingin bicara denganmu.” Dia dengan senyum. Andira yang terlihat lelah kini terlihat malas. Namun dia menyembunyikan rasa malas itu. Entahlah, awalnya dia sangat bersemangat dan selalu bersemangat jika itu dengan Raisi, namun kenapa sekarang tidak?“Bicara? Tentang apa?”“Ayolah, ikut denganku,” ucapnya dengan senyum dan meraih tangan Andira. “Bintang di malam ini bertaburan, tidak enak jika tidak menikmati bintangnya.”Mereka berjalan keluar, ke taman. Taman yang dirawat oleh Pak Rustam tak kalah indahnya di malam hari. Selain itu, lampu-lampu kecil ketika mala
Read more

Chapter 79

Dia menuliskan sesuatu di sebuah kertas kecil. Begini yang dia tuliskan, “Besok hari Kamis, ingat audisimu. Kau akan sangat indah bersama biola coklat mu. Omong-omong dansamu dengan Raisi itu payah .”Dia menuruni tangga dengan lincah di malam hari dan masuk ke kamar Andira, setelah itu dia taruh kertas kecil itu di atas meja dekat lemari. Sudah menaruh, dia langsung berjalan pergi dan menaiki tangga dengan kaki yang juga lincah.Sementara itu, Raisi dan Andira larut dalam tarian mereka. Hingga Sarah pulang dan mengagetkan mereka. Dengan cepat Raisi mematikan musiknya dan menyuruh Andira untuk bersembunyi.“Tapi dimana?”“Di sana saja, ayo!” Dia menarik tangannya dan masuk ke dalam semak bunga. Suara semak itu terdengar hingga ke telinga Sarah yang berlalu. Sarah yang sudah lelah dan sedikit mabuk langsung masuk saja ke dalam rumah.Raisi terlihat tersenyum menyeringai setelah melihat ibunya berlalu pergi. Mereka
Read more

Chapter 80

------------------------Bagaimana aku bisa katakan padamu? Aku mencintai yang baru. Hatiku tergerak untuk mencintainya. Tenang aku tidak melupakan mu wahai kekasihku yang selalu bermain dalam benakku. Kau memberiku nyawa dan jiwamu. Aku memberimu segalanya dan sekarang tak ada yang tersisa. Bantulah aku untuk pergi dan biarkan aku mencintainya. Kau tetap cintaku namun dia membuatku jatuh cinta lagi.Ingat ini kekasihku, kekasihku yang terindah. Aku tidak pernah melupakanmu, justru aku sangat mencintaimu. Namun aku rasa aku menderita dengan perasaan hampa ini. Aku mencintai gadis selain dirimu, memang berat dan menyakitkan, namun kekasihku, aku melihat matamu padanya, indah sekali. Aku melihatmu dalam kedua kelopak mata indahnya. Aku Martin Dailuna. Untuk kekasihnya di surga.----------------------------Dia menciumi tulisan yang berada di kertas itu dan menaruhnya di atas makam Mia. Dia hanya singgah sebentar, karena hari ini adalah hari aud
Read more
PREV
1
...
678910
...
32
DMCA.com Protection Status