Beranda / Romansa / Bidadari Spesial / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Bidadari Spesial: Bab 41 - Bab 50

83 Bab

Bab 41 (Clarissa Datang)

Sepertinya Clara cukup menikmati liburannya di hotel pamannya itu.Seharian ini, Hilya menemani Clara berenang dan berjemur di sebuah kolam renang yang pemandangannya mengarah ke pantai.Indah dan nyaman memang suasana alam yang ada di kawasan hotel ini. Dan meski tidak ikut bermain air dengan Clara di dalam kolam, namun Hilya cukup menikmati suasana indah di tempat ini."Kak Hilya, aku sudah selesai!" kata Clara sembari menghampiri Hilya yang duduk di samping kolam renang menemaninya.Dipakaikannya kimono handuk ke tubuh Clara oleh Hilya."Ayo mandi air hangat di kamar!" kata Hilya sembari menggandeng gadis kecil tersebut untuk kembali ke kamar hotel.Setelah sampai di kamar. Hilya segera mengurus gadis kecil itu, membantunya mandi hingga memakaikannya baju.Tidak terasa magrib pun menjelang.Hilya mengajak Clara untuk sholat magrib berjamaah dengannya seperti biasa."Kak, aku lapar!" rengek Clara setelah mereka melakuk
Baca selengkapnya

Bab 42 (Tidur Satu Ranjang)

Beberapa menit setelah Hilya dan Clara sampai di kamar, tiba-tiba seorang pelayan hotel datang mengantarkan makanan untuk mereka berdua."Terima kasih!" kata Hilya dengan tersenyum kepada tiga orang pelayan hotel yang sudah menata makanan di mejanya."Sama-sama! Pesan Pak Dir, jika makanannya tidak cocok, atau Ibu butuh yang lain, bisa langsung menghubungi kami, kami akan siap melayani!" kata salah satu dari mereka, sebelum mereka berpamitan untuk pergi."Terima kasih, ini sudah cukup!" sahut Hilya.Setelah Pelayan itu pergi, Hilya dan Clara segera melahap berbagai menu makanan itu, mereka berdua terlihat sangat kelaparan."Eeee'k!"Terdengar Clara bersendawa setelah menghabiskan beberapa piring makanan yang ada di meja."Alhamdulillah!" sahut Hilya dengan tersenyum saat melihat gadis kecil itu menutup mulutnya karena malu.Beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang mengetuk pintu.Hilya segera bangkit dari tempat
Baca selengkapnya

Bab 43 (Pertengkaran)

Terlihat Clarissa berdiri di depan kamar Satya dengan tangan dilipat di depan dada."Selarut ini kamu berada di kamar Clara?" tanya Clarissa menyeranga saat Satya tiba di depan pintu kamar hotelnya."Aku membacakan buku cerita untuk Clara," sahut Satya tenang."Bukankah Clara punya Neny, yang bisa membacakan dia cerita," ujar Clarissa kesal."Clarissa! Aku sengaja mengajak Clara ke sini untuk bersenang-senang. Jadi, tidak mungkin jika seharian penuh aku biarkan dia hanya bermain dengan Hilya," terang Satya dengan suara meninggi."Apa aku salah memperhatikan Clara, keponakan aku sendiri?" tanya Satya kemudian."Tolong kamu mengerti! Clara butuh aku sebagai pengganti orang tuanya!" Satya terdengar menurunkan nada suaranya yang semula meninggi."Okey! Aku minta maaf!" sahut Clarissa dengan meraih tangan Satya dan menyandarkan tubuhnya di dada bidang laki-laki itu."Sekarang! Ayo aku antar kamu ke kamarmu!" kata Satya kemudian deng
Baca selengkapnya

Bab 44 (Hilya Pergi)

Satu jam, dua jam, tiga jam, hingga akhirnya meeting Satya dengan klien di hotel miliknya selesai."Tolong kamu urus Clarissa di kamarnya. Aku akan segera pulang menyusul Hilya," kata Satya lirih pada pria yang duduk di sebelahnya saat di ruang meeting."Iya," sahut laki-laki berkulit sawo matang itu sembari menutup laptop yang ada di hadapannya.Satya mulai melangkah keluar dari hotel megah berbintang miliknya, setelah acara meeting berakhir.Dia terlihat masuk ke dalam mobil mewah, yang dikemudikan oleh seorang sopir, dan mobil itu melaju cepat keluar dari area hotel.Sekitar tiga jam perjalanan, akhirnya mobil itu sampai tujuan.Satya bergegas keluar dari mobil setelah sampai di depan rumah mewah milik orang tuanya. Laki-laki itu berlari masuk ke dalam rumah, dengan memanggil-manggil asisten rumah tangganya."Bibi! Bibi!" seru Satya dengan berjalan menuju koridor yang mengarah ke dapur.Terdengar suara tangis dari kamar Clar
Baca selengkapnya

Bab 45 (Bertemu Dokter Tampan)

Pagi itu di rumah Dokter Melvina, tampak Hilya sedang membantu Mbok Nah menyiapkan sarapan untuk keluarga."Mbak Hilya istirahat saja! Jangan terlalu capek!" kata wanita paruh bawa itu."Nggak papa, Mbok! Aku capek kalau harus istirahat terus," sahut Hilya."Ya sudah, kalau begitu tolong bantu Mbok Nah menata makanan ini di meja!""Siap, Mbok!" sahut Hilya sembari membawa makanan yang sudah selesai Mbok Nah plating  ke meja makan.Terlihat dokter Melvina sudah berada di meja makan pagi itu."Selamat pagi Hilya!" sapa dokter Melvina sembari tersenyum ketika melihat Hilya menata makanan di meja."Selamat pagi dokter."Hilya tersenyum."Jangan terlalu capek, ya!" pesan dokter Melvina kemudian.Hilya terlihat mengangguk sembari tersenyum."O,
Baca selengkapnya

Bab 46 (Satya Datang)

Dokter Candra mulai melontarkan pertanyaan kepada mamanya, saat Hilya sudah tidak berada di meja makan."Mama! Apa mama tidak salah? Hilya itu masih terlihat sangat muda. Terlihat seperti gadis yang belum menikah. Apa mama yakin dia sedang hamil?""Mama dulu juga mengira seperti itu. Mama pikir, dia gadis yang sengaja kabur dari rumah karena hamil, dan pacarnya tidak bertanggung jawab. Ternyata dugaan mama salah. Setelah dia menceritakan semuanya pada mama. Mama percaya kalau gadis itu tidak berbohong!" ucap dokter Melvina.Dalam percakapan mereka tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu."Sayang! Sepertinya ada tamu, mama lihat dulu ya!"Dokter Melvina berlahan bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju ruang tamu.Sementara dokter Candra, tampak melangkah menuju dapur rumahnya."Mbok Nah! Tolong buatkan aku teh, ya!" ujar dokter Candra.Hilya yang saat itu tengah membereskan piring kotor di dapur, menoleh ke
Baca selengkapnya

Bab 47 (Satya Kembali Merayu)

Hari telah berganti. Kini, pagi telah menjelang. Terlihat Hilya sedang merawat tanaman yang ada di halaman rumah dokter melvina."Hilya! Jangan terlalu capek, ya!" kata Dokter Melvina, saat dia hendak berangkat ke rumah sakit.Hilya menoleh ke arah dokter Melvina sembari mengangguk."Dokter!" seru Hilya saat dokter Melvina hendak masuk ke dalam mobil."Iya. Ada apa?"Hilya bergegas meletakkan selang air yang dia pegang, sembari berjalan cepat menghampiri dokter Melvina."Bagaimana tentang pekerjaan baru saya, Dok?" tanya wanita cantik itu."Nanti, ibu tanyakan lagi ya. Sekarang kamu jaga kesehatan, yang banyak makan, terus jangan kecapean!"Hilya mengangguk sembari tersenyum, saat mendengar pesan dari dokter cantik yang selama ini telah menolongnya."Hmmmh!"Terde
Baca selengkapnya

Bab 48 (Dokter Candra mengira Hilya Korban Perkosaan (

Keesokan harinya. Hilya sudah bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya yang baru. Dan terlihat Dokter Candra juga sudah bersiap untuk mengantar wanita cantik itu.Kini Hilya mulai bekerja di sebuah lembaga pendidikan Islam milik Ustadz Ja'far, teman baik Dokter Candra.Ada 3 jenjang pendidikan di yayasan milik Ustadz Ja'far ini. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.Bukan hanya itu, di yayasan pendidikan ini, juga memiliki asrama yang diperuntukkan bagi siswa dan siswi Tsanawiyah dan Aliyah.Hilya menjadi guru kelas, serta guru mata pelajaran bahasa Arab dijenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.Karena rajin dan gigih dalam bekerja, akhirnya Ustadz Ja'far menawarkan kepada Hilya untuk menjadi ustadzah pendamping dia asrama putri yayasan miliknya ini.Hilya akan mendapatkan gaji tambahan dan mess untuk tempat tinggal, jika dia berkenan menjadi ustadzah pendamping di asrama perempuan yayasan ini.Da
Baca selengkapnya

Bab 49 (Satya datang lagi)

Pagi telah menjelang. Terlihat Hilya berjalan di koridor sekolah menuju kelas dimana dia akan mengajar."Hilya!" seru seorang laki-laki menghentikan langkahnya saat hendak memasuki pintu kelas.Hilya spontan menoleh."Assalamualaikum, Dokter!" sapa Hilya dengar tersenyum ke arah laki-laki yang hampir setiap hari mengunjunginya itu."Waalaikumus salam!" sahut Dokter Candra. "Aku ingin bicara sebentar, bisa kan?""Iya."Hilya mengangguk sembari mengikuti langkah dokter Candra yang berjalan menuju mobilnya.Terlihat dokter Candra membukakan pintu mobil untuk Hilya.Dengan rasa penasaran Hilya pun masuk ke dalam mobil itu."Ada apa ya, Dok?" tanya Hilya saat dokter Candra sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya."Hilya! Kamu perlu tahu, kalau aku dan mama benar-benar tulus, ingin menolongmu! Jadi, tolong katakan yang jujur kepada kami!""Maksud dokter?" Hilya mengernyitkan dahi."Hilya, jangan
Baca selengkapnya

Bab 50 (Keputusan Satya)

Seharian ini, Satya tampak berkeliling di area lembaga pendidikan milik Ustadz Ja'far. Entah apa yang Satya lakukan. Namun terlihat Ustadz Ja'far sangat bahagia saat menemani laki-laki itu berkeliling melihat-lihat gedung sekolah miliknya.Hingga kemudian dia meminta ijin pada Ustadz Ja'far untuk bertemu dengan Hilya."O, iya. Ustadz! Boleh tidak saya bertemu dengan Ustadzah Hilya. Mmm, dulu dia pernah bekerja sebagai guru privat keponakan saya. Jadi, saya ingin menyapanya!" kata Satya."O, iya, tentu saja. Apa perlu saya panggil biar Ustadzah Hilya ke sini?"Ustadz Ja'far menawarkan pada Satya untuk memanggil Hilya ke kantornya."Tidak usah, biar saya cari dia ke kelasnya saja!""Oooh, iya. Boleh, silahkan! Sebentar lagi anak-anak istirahat kedua dan sholat dzuhur berjamaah, jadi bapak Satya bisa langsung bertemu dengan Ustadzah Hilya!""Iya, terima kasih!" sahut Satya.Sesaat setelah itu, Satya melangkah menuju kelas di mana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status