Nyatanya iklan es krim yang terpampang di baliho perempatan dimana mobil Pak Niko berhenti menunggu antrian lampu merah, sangat menggugah selera. Apa lagi yang rasa coklat. Akhirnya aku memberanikan diri agar Pak Niko menurunkan aku di gerai minimarket. Karena begitu baik, beliau bersedia mengantarku kembali ke kantor karena kebetulan satu arah. Mengikuti ajakan makan siang berdua dengan Pak Niko, walau bersama asistennya, rasanya tidak etis. Walau beliau yang menawarkan. Sesampainya di kubikel, aku segera melahap es krim itu sendirian. Bahkan aku melarang Anjar ikut mencicipi. "Gendut baru tahu rasa lo." "Lo beli sendiri lah Njar." "Dasar pelit." *** Baru bekerja setengah hari, sakit kepala yang mendera masih saja langgeng bersarang. Ini karena stres belakangan ini sejak aku dan Kian berpisah hingga semalam bermimpi buruk. "Bangsat beneran tuh duda!" Geramku sambil memijat pelipis. Bahkan aku melewatkan traktiran makan siang gratis dari salah satu rekan kerja yang tengah
Last Updated : 2022-08-02 Read more