All Chapters of Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Chapter 221 - Chapter 230
326 Chapters
'Dia' butuh aku yang kuat dan Kian
Nyatanya iklan es krim yang terpampang di baliho perempatan dimana mobil Pak Niko berhenti menunggu antrian lampu merah, sangat menggugah selera. Apa lagi yang rasa coklat. Akhirnya aku memberanikan diri agar Pak Niko menurunkan aku di gerai minimarket. Karena begitu baik, beliau bersedia mengantarku kembali ke kantor karena kebetulan satu arah. Mengikuti ajakan makan siang berdua dengan Pak Niko, walau bersama asistennya, rasanya tidak etis. Walau beliau yang menawarkan. Sesampainya di kubikel, aku segera melahap es krim itu sendirian. Bahkan aku melarang Anjar ikut mencicipi. "Gendut baru tahu rasa lo." "Lo beli sendiri lah Njar." "Dasar pelit." *** Baru bekerja setengah hari, sakit kepala yang mendera masih saja langgeng bersarang. Ini karena stres belakangan ini sejak aku dan Kian berpisah hingga semalam bermimpi buruk. "Bangsat beneran tuh duda!" Geramku sambil memijat pelipis. Bahkan aku melewatkan traktiran makan siang gratis dari salah satu rekan kerja yang tengah
Read more
Kabar paling mengejutkan
Aku bolak balik membuka ponsel tapi tidak ada tanda-tanda Kian membaca pesanku. Online saja beberapa jam yang lalu. Panggilanku pun tidak diangkat. "Ya Tuhan aku harus gimana?" Aku tidak tahu bagaimana ribetnya terjebak skandal kasus mega proyek namun yang jelas gosip dan desas desusnya cukup menyita atensi seluruh karyawan. Sedang aku yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama akhirnya mengambil jalur pintas. Mengesampingkan apa yang Kian alami saat ini. Aku tidak tahu apa yang ia sibukkan secara detail jadi aku memberanikan diri merangsek masuk dengan cara memberanikan diri datang ke rumah kelahiran Kian. Nekat? Iya, aku tidak ada pilihan lain. Keadaan yang memaksa ku bertindak demikian. Tanpa sepengetahuan Kian karena menurutku percuma, ia tidak akan merespon dengan cepat. Hanya berbekal ingatan pernah ke rumah kelahirannya, aku dalam perjalanan menuju kesana menggunakan taksi. Beragam kalimat terbaik telah kusiapkan sepanjang perjalanan sebelum sampai sana. Aku tahu ini pasti
Read more
Pelukan hangat yang menenangkan
Aku mengucapkannya dengan jelas, dengan menatap mata ibu Kian. Tanpa keraguan dan tanpa kebohongan. Haruskah aku menyembunyikan hasil perbuatan kami berdua dari keluarga? Tidak! Setidaknya aku ingin Kian bertanggung jawab dan mulai mencintai darah dagingnya juga. Perasaan lega menyeruak dalam hati setelah mengatakan apa yang menjadi bebanku beberapa hari ini. Bagai petir disiang bolong, ibu Kian hampir tidak percaya dengan ucapanku. Beliau diam sambil memandangku penuh keterkejutan. Apakah setelah ini ia masih menyuruhku pergi? Padahal aku sedang hamil cucu pertamanya? "Apa tante masih tega menyuruh saya pergi? Pergi tanpa jawaban siapa itu Amanda?" "Apa bayi ini juga tidak berhak mendapat setitik kasih sayang dari nenek dan ayahnya?" "Atau haruskah dia hanya mengenal saya sebagai satu-satunya orang tuanya?" "Disini saya datang, mengemis cinta dan tanggung jawab dari Kian. Tidak peduli dengan harga diri saya sendiri tante." Air mataku luruh dengan dramatis dan itu tidak luput
Read more
Kembalinya Amanda, sang mantan istri
"Sha, ceritakan kenapa bisa begini nak?"Aku kembali menunduk dan mengingat-ingat awal mula kejadian itu."Sebelumnya kami berteman baik. Bahkan Kian banyak membantu saya. Perlahan rasa itu muncul dalam hati. Lambat laun saya sadar kalau saya mencintai Kian tapi tidak sebaliknya.""Saat kami bertugas di Yogya, disitulah kami kehilangan kendali. Lalu Kian memutuskan menjadikan saya kekasihnya, dia mau bertanggung jawab. Setelahnya kami sering kelepasan.""Tapi ketika dia menjanjikan liburan dan janji tidak akan meninggalkan saya, Kian berbohong. Dia marah besar saat saya ingin tahu kenapa tiba-tiba liburan itu batal. Alasannya Rado sakit. Bahkan hingga detik ini pun tidak ada pesan saya yang dibalas."Aku menangis meratapi sikap Kian yang begitu acuh padaku."Bahkan saya tidak yakin dia akan bertanggung jawab akan anak ini tante. Apa lagi tante bilang ini karena Amanda, saya seperti tidak ada harapan. Tapi saya tidak akan menyakiti anak ini. Mungkin dia nanti yang akan menjadi pelindun
Read more
Rencana selamat tinggal selamanya
I breathe you into my heart.Pray for the strength to stand today.Whether it's wrong or right.Kenangan indah yang sempat kulalui bersama seorang pria yang kucintai dengan sepenuh hati berubah menjadi senjata yang menghancurkan kehidupanku."Gue layak bahagia. Gue harus bahagia demi malaikat kecil ini." Sekilas senyum terbit di bibir mengingat ada nyawa yang ada di dalam perutku."Tuhan menghukum gue dengan ini tapi gue juga harus memperbaiki diri dengan ini. Dia anak gue dan akan gue jaga dengan baik." Tanganku kembali menyentuh perut yang sedikit membuncit."Kita akan bahagia berdua ya dek. Kita akan arungi kehidupan ini bersama. Bunda sayang kamu."Saat sedang asyik dengan lamunan ini di sebuah sudut kafe, dering ponsel membuyarkan lamunanku.+6221710xxxx is calling...Aku menatap nomer itu hingga dering pertama mati. Hatiku mulai kebas akan hadirnya.Kemudian muncul lagi panggilan dari nomer yang sama.Ini adalah saatnya, setelah dua hari yang lalu aku menyambangi rumahnya. Bahka
Read more
Meraih hati mantan suami
Setelah Sasha alias Audrey pergi meninggalkannya dengan amarah tertahan, Kian mengumpat lurih. Rambut, wajah, dan kacamatanya basah akibat ulah heroik Sasha yang begitu berani. Mengguyur Kian dengan segelas air putih. "Perempuan licik!!" Kian malu sekali menjadi pusat atensi beberapa pengunjung akibat drama percintaannya kali ini. Ia tidak menduga respon Sasha yang terlampau ekspresif. "Untung bukan espressonya. Dasar drama queen!" Yeah, Kian beruntung bukan kopi espresso yang tinggal setengah cangkir yang menjadi objek luapan kemarahan Sasha. Kalaupun sampai terjadi sepertinya Kian cocok mendapatkannya. Amanda bersiap masuk mobil ketika Kian menekan central lock dengan raut marah. Belum sempat memakai seatbelt, Amanda beralih menyentuh pundak Kian. "Kian, kok basah?" Matanya menelisik ke arah rambut klemis mantan suaminya itu. "Rambutmu juga basah?" Tangannya menyentuh rambut hitam Kian. "Ulah perempuan licik itu!" Ucap Kian emosi. Amanda menyadari ada yang salah dengan
Read more
Isi hati Kian selama ini
"Soal kehamilan Sasha, kalau boleh tahu, gimana pendapatmu Kian?" Kian menghela nafas kesal. Dia bingung dengan pemikiran dan kenyataan yang saling bertolak belakang. Mana yang benar dan mana yang salah, ia tidak mampu membedakan. Mau percaya ia tidak yakin. Tapi jika tidak yakin mengapa ia merasa ada yang mengganjal di hati. Hal klise ini sungguh memuakkan untuknya. "Aku nggak yakin itu anakku Nda." "Well. Seberapa sering kalian make love kalau boleh tahu?" Amanda bertanya cukup santai. Seperti janjinya di awal, dia tidak akan menghakimi Kian dan hanya akan menjadi pendengar setia. Kian berpikir sejenak tapi ragu menatap Amanda. "Dua kali." "Surely?" "Udah lah Nda. Aku nggak mau inget-inget lagi." Putusnya tidak mau didebat. Sungguh, Kian adalah pria dominan yang sangat bajingan! "Okay. Kalau boleh tahu, apa yang bikin dia spesial di mata seorang Paralio?" Kian meliriknya tajam dan tidak suka. "She is not really special for me. Kamu tahu siapa yang selalu menjadi pemilik hat
Read more
Mereka bersama, aku mengalah
Amanda sengaja mengambil izin cuti selama satu minggu dari kantor tempatnya bekerja. Alasannya, tentu demi menemani Kian menjadi saksi di pengadilan dan 'merampungkan' urusannya dengan Sasha. Ia ingin menjadi saksi berakhirnya hubungan mantan suaminya dengan kekasihnya. Walau Sasha berkata ia tengah mengandung benih Kian, Amanda tidak peduli. "Pasti itu anaknya orang banyak. Gue heran kenapa Kian bisa kepincut gadis murahan itu. Paling dianya yang gatel. Tahu aja duda mapan, langsung digaet." "Gue mesti yakinin Kian biar nggak bimbang sama kehamilannya Sasha. Ngerusak rencana gue aja!" Sore harianya, Kian menjemput Amanda untuk kembali ke kota halaman. Mereka memiliki janji bertemu dokter yang menangani Rado. "Aku udah hubungin Rafael." Dokter Rafael adalah sahabat lama Amanda yang menjadi psikiater di salah satu rumah sakit jiwa. "Thanks Nda." "For you, I give everything." Kian tersenyum lega lalu mencium tangan Amanda sebelum melajukan mobilnya kembali. Setelah menempu
Read more
Membongkar aib sendiri
Tebakan Anjar tidak salah. Dia tahu kemana arah pikiranku saat ini. Memang, apa yang bisa dilakukan seorang perempuan single sedang hamil tanpa suami selain mencari ladang baru untuk tempat tinggalnya? Tetap di ladang yang lama hanya menimbulkan gunjingan dan hinaan. Walau semua orang berhak mendapat pengampunan dari kesalahan yang telah dilakukan, namun bukan berarti aku siap menerima hujatan tiada henti di tempat yang lama. Juga, berada di kota ini hanya membuatku teringat Kian terus menerus. Kebersamaan dan kegilaan kami di kota dan di kantor ini cukup banyak. Yeah, sangat banyak bahkan aku tidak lagi bisa menghitungnya. Aku mengangguk. "Iya Njar. Orang sekantor ngertinya kalau gue masih single tapi kenapa gue hamil. Padahal nggak ada undangan atau syukuran nikahan dari gue. Pasti gue bakal digunjing hamil diluar nikah. Gue nggak mau makin tertekan aja Njar. Makanya gue pergi ke tempat lain yang nggak ada yang kenal gue. Nanti gue bisa atur drama baru disana." Anjar menggeleng
Read more
Saling mencari kebahagiaan sendiri-sendiri
Ibarat sepasang kekasih yang baru saja dimabuk asmara, Kian dan Amanda bergandengan tangan selepas menonton film bersama di sebuah bioskop. Senyum bahagia keduanya begitu sumringah seperti tidak ada beban yang melilit. Kian yang masa bodoh dengan kehamilan Sasha karena Amanda mendukung opininya yang meyakini bahwa janin yang dikandung adalah benih lelaki lain. Juga Amanda yang kembali ingin merebut hati mantan suaminya setelah perpisahan mereka yang tidak baik-baik kala itu. Kembali, Rado adalah faktor utamanya. "Aku bahagia Kian, berasa kayak kita masih kuliah tahu nggak sih." Ucap Amanda manja sambil mengeratkan tautan jemari mereka berdua. Ah... siapa saja yang melihat seakan iri dengan keromantisan di usia yang menginjak paripurna. "Aku juga bahagia." Kian menatapnya dengan senyum hangat. "Inget nggak dulu kita kalau pacaran tuh hampir tiap minggu mesti nonton film. Sampai petugas bioskopnya kenal sama kita." Kian tersenyum sembari mengingat masa-masa indahnya bersama A
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
33
DMCA.com Protection Status