Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 161 - Bab 170

326 Bab

Penyimpan rahasia ulung

Tato adalah seni ekspresif yang dituangkan di atas kulit pencintanya. Tato tidak selalu berkonotasi negatif karena kenyataannya banyak orang yang membubuhkan tato di atas tubuhnya dengan berbagai alasan. Seperti Kian, dia memilih mengabadikan momen persahabatannya saat SMA di balik punggung mulusnya yang menggoda. Ada kesan little bad guy dan itu membuatku makin mencintainya. Sinting! Iya, aku memang tergila-gila padanya. Saat perempuan lain memilih menjauh dari pria 'setengah nakal' seperti Kian, aku malah mendekat bahkan bersedia menerimanya singgah di dalam hati. Cinta memang segila ini dan aku yakin perempuan manapun akan berbuat hal yang sama gilanya sepertiku ketika berhubungan dengan lelaki pujaan hati. "Kenapa kamu milih di punggung?" Kian menatapku lekat dengan kedua matanya yang memancarkan tatapan memikat, "Gue pengen apa yang menjadi harapan gue nggak banyak diketahui orang, biar gue aja yang tahu." "Apa harapanmu?" tanyaku lagi karena semalam Kian juga bertanya h
Baca selengkapnya

Apa Kian mencintaiku?

Lelaki tampan selalu dikelilingi wanita-wanita menawan. Bahkan Kian bebas memilih satu dari beberapa wanita yang terang-terangan mengejarnya. Kebanyakan wanita-wanita itu memiliki wajah dan level sosial yang bagus. Maklum, Kian sendiri juga seorang arsitek handal dengan ekonomi yang mapan. Sejauh mengenal Kian, ada tiga wanita cantik nan prestisius yang mendekatinya. Audrey yang berasal dari Australia, Elea, dan terakhir adalah wanita yang menjadi tangan kanan customer kantor kami saat perjalanan bisnis kami saat ini. Tapi, benarkah ia tidak memiliki hubungan dengan wanita tangan kanan customer perusahaan? Jika di aplikasi pesannya saja dia tidak memiliki riwayat chat dengan wanita manapun, pantaskah aku mempercayainya? Masih ada kah harapan untukku merebut hatinya? Suasana hatiku seperti pergantian waktu siang dan malam. Jika mendapat sinar mentari yang hangat, aku pasti bersemangat untuk terus maju mendekatinya. Tapi jika mendapat dinginnya malam, aku akan meringkuk sendirian l
Baca selengkapnya

Dia begitu menggairahkan

Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan paling perasa dan berhati lembut. Mereka lebih mudah diperdaya oleh lelakinya. Apa lagi perasaan cintanya begitu besar hingga tidak sadar bahwa tidak hanya raga yang sanggup diberikan, tapi juga nyawanya. Hanya untuk sesuatu yang bernama ... CINTA. Yang salah hanyalah saat tahu bahwa cinta itu tidak dialamatkan untuknya, ia masih bersikukuh mengejarnya hingga tidak sadar hatinya telah terluka begitu dalam namun masih tetap abai. Itulah kekuatan cinta yang bisa mengalahkan logika. Apakah itu salah? Tidak! Karena cinta itu tidak pernah salah, yang salah adalah pemiliknya yang tidak bisa menjaga hatinya dengan baik. Ditatap Kian begitu lekat dengan jarak sedekat ini, ditambah pertanyaan yang dilontarkan terdengar seperti berbisik mesra, lalu aku bisa apa? Seluruh sel syaraf yang berada di sekujur tubuhku seakan telah tunduk pada titahnya. Dihadapannya aku selalu lemah dan menyerah seperti seorang hamba sahaya. Sebesar itulah cintaku padanya hi
Baca selengkapnya

Aku pemuas nafsumu

Ada bermacam-macam jenis perempuan di dunia ini, dan aku adalah salah satu perempuan yang mudah jatuh hati pada sosok dewasa yang mengayomi. Tingkat kesetiaanku pada pasangan hampir tidak perlu diragukan lagi. Namun justru aku kerap kali dimanfaatkan untuk membuat mereka senang kemudian aku tak dianggap berarti. Kini, ketika sentuhan dan buaian Kian sanggup membangkitkan naluri bucin ini. Kemudian mengontrol pergerakan jiwa dan ragaku seenak hati. Jadi benar kata pepatah jika cinta itu buta. Akhirnya dia hanya meraba-raba. Munafik jika aku tidak menginginkan Kian melakukan ini lebih dari sekedar sentuhan dan pelukan karena begitu mencintainya. "Sha? Boleh?" tanya Kian berbisik lembut dihadapanku sambil mengusap sudut bibirku. Bagaimana menjawabnya sedang aku takut terlihat murahan apa lagi ia sampai tahu bila selama ini aku memendam rasa cinta ini sendiri. Mungkin dengan memilih diam tanpa memberi jawaban itu lebih baik karena takut jawaban yang kuberikan justru menjadi boomerang
Baca selengkapnya

Kenikmatan berujung penyesalan

-Terkadang membodohi diri sendiri itu mudah. Cukup merindukannya walau tak terbalaskan, cukup bertahan meski dia sudah tak lagi nyaman.- Audrey Tanpa jaminan apapun, aku rela menyerahkan mahkotaku pada Kian diatas nafsu yang mengontrol. Jeritan sang kalbu agar aku menghentikan ini semua ternyata kalah dengan perasaan cinta dan takut membuat Kian kecewa. Aku lebih mengutamakan Kian dan perasaannya daripada menyelamatkan martabat dan harga diriku yang belum tentu ia pikirkan setelah kegilaan yang kami lakukan. Cinta ini membodohiku hingga sedalam ini. "Kenapa, Kian?" "Lo yakin, Sha?" Aku mengangguk yakin dengan nafsu yang sudah membutakan logika. Benar kata pepatah 'salah satu hal yang menyedihkan ketika kamu terlalu baik pada seseorang adalah dia akan berpikir kamu cukup bodoh untuk dimanfaatkan'. Aku mengalungkan lengan di leher Kian, memeluk tubuhnya untuk melanjutkan apa yang telah ia mulai. This make out. Permainan ini sepenuhnya dipimpin oleh Kian dan aku mengikutinya.
Baca selengkapnya

Apakah Kian akan bertanggungjawab?

-Aku sadar, aku memang bodoh. Aku masih saja menunggumu dan masih saja berharap kamu mencintaiku.- Hidup ini adalah pilihan yang akan kuputuskan. Jika aku tidak mau menyesal, seharusnya aku tidak melakukan hal yang salah. Tapi, aku telah melakukan hal terbodoh sepanjang hidup yang hanya membawa penyesalan di kemudian hari. Menyerahkan kehormatan pada lelaki yang bukan suamiku dengan mudahnya. "Dimana otak gue?" Tanyaku sambil menangis sedih sendiri. Setelah membersihkan diri dari lelehan air keringat kami yang melebur jadi satu diatas kulit, berganti pakaian tidur yang baru, aku menelfon maskapai penerbangan untuk merubah jadwal tiketku esok pagi. Ini murni kulakukan tanpa memberi tahu Kian lebih dulu karena ingin menjauh dan introspeksi diri. "Terima kasih atas bantuannya. Selamat sore." Setelah reschedule telah fix, aku menatap siaran televisi dengan pandangan melamun. Semenyesal apapun aku berteriak ampun pada Tuhan, itu tidak akan mengembalikan apa yang telah rusak. Itu tid
Baca selengkapnya

Hanya permainan nafsu

Perempuan yang menangis terus-menerus saat patah hati akibat putus cinta atau kehilangan kesucian di tangan lelaki tak bertanggung jawab adalah sebuah bencana besar. Apalagi Kian adalah sosok yang selama ini dekat denganku baik di dalam maupun luar kantor. Setelah Affar memutasi posisiku ke kantor cabang, Kian yang mengembalikan posisiku ke kantor cabang pusat. Lalu hubungan kami berubah lebih intens meski ada beberapa drama yang menyebabkan kerenggangan. Pertanyaannya, bagaimana aku akan menghadapi Kian saat di kantor setelah percintaan kami disini? Pura-pura lupa? Mana mungkin. Hati perempuan tidak akan secepat itu untuk membuang jauh-jauh kenangan buruk yang pernah terjadi. Apa lagi dengan lelaki yang menjadi pujaan hati. Ini pukulan berat bagiku. Membiarkanku berduka dalam kurun waktu tertentu mungkin adalah jawaban terbaik, meski aku tidak tahu kapan perasaan ini akan pulih. Bukan dengan kembali merayu Wildan agar mau menemaniku melewati masa-masa menyedihkan ini. Ketukan
Baca selengkapnya

Tabir yang diungkap Wildan

Gerak langkah kakiku terhenti saat seseorang memanggil namaku. "Audrey! Tunggu!"Orang-orang kerap memanggilku Audrey. Hanya Kian dan Alfonso saja yang memanggilku Sasha. Jadi, bisa kupastikan jika yang tengah memanggilku ini bukanlah Kian atau Alfonso. Padahal aku sangat berharap Kian datang menghampiriku ke bandara untuk menahan kepergianku. Begitu juga denganku, bila di kantor aku akan memanggil Kian dengan sebutan Pak Lio atau Pak Asmen. Namun saat kami berada di luar kantor, aku memanggilnya Kian."Wildan?"Ya, aku bertemu Wiildan di bandara setelah laki-laki ini kunyatakan tidak lagi menghubungiku tanpa sebab. Setelah Kian menghalangi acara kami untuk keluar jalan-jalan. "Balik sekarang Mbak Audrey?" Ia menghampiriku dengan nafas terengah-engah.Aku mengangguk. "Habis dari mana?""Habis nganter Pak Sam check in, beliau mau ke Bali. Aku pikir tadi bukan Mbak Audrey, ternyata bener."Aku tersenyum tipis. "Penerbangan pukul berapa?""Masih satu jam lagi Mas Wil.""Boleh aku aja
Baca selengkapnya

Maafkan aku, Wildan.

-Kamu adalah satu-satunya yang aku harap untuk lupakan, dan satu-satunya yang tak termaafkan namun tetap aku harapkan.- Belum bisa menjawab pertanyaan Wildan, suara informasi penerbanganku telah menginterupsi. Itu artinya aku harus segera check in. "Mbak Audrey nggak usah pikirin pertanyaanku. Lagi pula aku udah ikhlas." Aku menatap Wildan dengan sorot malu. Seburuk-buruknya perempuan adalah bila ia ketahuan mendua dibelakang lelaki baik hati yang menaruh hati padanya. Artinya, aku rela melepas Wildan demi pria bajingan seperti Kian. Aku sangat yakin jika yang mengangkat telfon Wildan adalah dia lalu mengatakan aktivitasku di kamarnya. Perempuan mana yang tidak malu saat kegiatannya di kamar seorang lelaki diumbar dihadapan lelaki lain. Dimana otak Kian?! Dia membuat Wildan menyerah sebelum kami mengenal lebih jauh. Jika sudah begini pantaskah aku menyuruh Wildan untuk kembali mendekatiku? Itu sama saja dengan menabur kotoran diwajahku sendiri. Lagi pula, mana ada lelaki yan
Baca selengkapnya

Apakah aku hamil?

Setelah menyadari perubahan yang tidak mengenakkan pada perut dan tubuhku, kecemasan yang bersarang di dada serasa menggulung logika hingga membuatku hilang arah. Bahkan aku sempat ketakutan jika apa yang kusangka akan benar-benar menjadi kenyataan. "Ya Tuhan! Bagaimana ini? Aku tidak siap."Air mataku kembali luruh mengingat penyatuan panas kami. Rayuan manis dan ucapan kotor pembangkit nafsu yang berkali-kali Kian ucapkan kembali terngiang-ngiang di kepalaku. Bahkan dengan nakalnya, aku mengizinkan Kian menjamah setiap lekuk tubuhku yang membuat dia beringas layaknya berpuasa seribu tahun. Kini, konsekuensinya harus kutanggung sendiri di masa depan karena Kian memilih pergi tanpa sudi bertanggung jawab. Rayuan dan pujian dari mulutnya yang begitu mengagungkan tubuh dan pelayananku hanya terjadi saat nafsu menguasai otaknya. Lalu, setelahnya ia membuangku seperti rongsokan.Aku terisak sambil berdoa agar Tuhan mau memaafkan kesalahanku dan tidak menghadirkan sesuatu yang aku sendir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
33
DMCA.com Protection Status