Aku mencintai Kian dan selalu memprioritaskan dirinya, memilih dia terlebih dahulu, melihat dirinya sebagai hadiah, menunjukkan kasih sayang kepadanya, dan menghormati pribadinya. Bahkan hanya melihat dirinya saja aku merasakan chemistry yang berbeda. Dia seperti energi yang selalu menarikku kepadanya. Semua terasa magnetis dan alami. Cukup berperilaku lembut saja, Kian sudah sangat menyenangkan, membuat bahagia, dan mampu memenangkan seluruh kasih sayang dariku. Karena aku tidak pernah ingin terlibat secara serius dengan lelaki yang tidak benar-benar kucintai. "Sha?" Sambil mengusap air mata. "Tolong jangan katakan apapun tentang perasaanmu. Aku tahu aku nggak pernah ada di hatimu. Cukup kamu tahu perasanku aja Kian." "Dan kejadian di Jogja, aku minta maaf nggak seharusnya aku pinjam kamarmu." "Aku penyebabnya. Nggak akan ada apa-apa kalau aku nggak kecentilan. Maaf membebani kamu Kian. Maaf." Aku mundur selangkah demi selangkah dengan mengusap kasar air mata. Aku merasa han
Last Updated : 2022-06-16 Read more