All Chapters of Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh: Chapter 81 - Chapter 90

105 Chapters

81. Air mata dibalik kebahagiaan

Harshil tersenyum kecut dan langsung menanggapi ucapan Putri. "Bukan belagu, tapi istriku ini memanglah sangat cantik tidak ada duanya. Kalian yang julid itu sebenarnya iri dengannya kan?""Ada apa nih ribut-ribut?" Tante Sandra muncul dari dalam. Semuanya terdiam dan hanya saling pandang. "Harshil, Inara, memangnya kalian mau kemana sih? Kok rapi begitu?" tanyanya lagi."Apa Tante lupa, hari ini adalah pernikahan Lila, putri Tante sendiri?" sahut Harshil, ia benar-benar heran dengan Tante Sandra yang benar-benar tega pada anaknya."Tante gak punya anak lagi selain Putri," sahutnya dengan nada emosi tertahan."Ya walaupun di bibir Tante mengatakan hal itu, tapi aku yakin hati Tante pasti merasakan sebaliknya. Meski tante tak menganggapnya ada, tapi hubungan darah takkan pernah putus sampai kapanpun. Aku sih hanya menyarankan saja, maafkan Lila, Tan. Semua orang pasti punya kesalahan."Wajah Tante Sandra memerah, antara marah maupun kecewa campur aduk jadi satu. Putri pun tampak shoc
Read more

82. Tertembak

Inara merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini dia benar-benar lelah karena seharian beraktivitas. Piyama tidur sudah membalut tubuh rampingnya. "Capek ya?" tanya Harshil. Ia menoleh ke arah istrinya sejenak. "Hmmm, iya mas. Kamu sibuk?" tanya Inara. Memandang sang suami yang tak beranjak dari tadi. Harshil tersenyum, lalu netranya kembali fokus ke layar laptop yang tengah ia pangku di atas pahanya. Kali ini Inara cemberut, melihat suaminya saat ini begitu cuek. Ia berbalik memunggungi sang suami. Ingin memejamkan mata, tapi tetap tak bisa. Entah kenapa kali ini ia merindukan pelukan hangatnya."Halo, iya, nanti kita atur waktu lagi. Skema rencana sudah kukirimkan ke email kalian. Untuk pertemuan selanjutnya rencana kita harus benar-benar matang, agar tak ada kegagalan lagi," ucap Harshil melalui panggilan telepon.Dia mengakhiri panggilan grup itu. Meletakkan ponsel dan laptopnya di atas meja. Menghirup udara dalam-dalam lalu membuang nafas panjangnya melalui mulut. Ia merega
Read more

83. Penyergapan

"Tuan, Nona, awaaaaaaasss ....!" Ettan berlari cepat menghampiri sang majikan hingga menjadi sasaran tembak.Doooorrrr! Seketika terdengar suara gaduh dan histeris pengunjung mall bersamaan dengan darah yang mengalir dari tubuhnya.Aaaaaaa ... Jeritan orang-orang menambah panik suasana. Tubuhnya terhuyung dan dan terkulai. Inara shock, begitu pula dengan Harshil. Ia tak menyangka Ettan justru menjadi tameng mereka untuk hidup. Mempertaruhkan nyawanya demi bosnya sendiri. Punggungnya yang dulu pernah terluka, kini tertembak.Pihak mall langsung menghubungi beberapa pihak terkait karena telah terjadi kekacauan di area mall."Cepat bantu saya! Bawa dia ke mobil," teriak Harshil. Semua orang tampak panik, sebagian langsung berlarian ke mobilnya masing-masing dan pulang, sebagian lagi masuk ke dalam mall dan meminta pintu mall untuk ditutup sementara waktu. Beberapa orang langsung membantu Harshil mengangkat tubuh Ettan dan membawa ke mobilnya. Pandangan Ettan mulai mengabur. Ia merinti
Read more

84. Panas Hati

"Dulu, aku kagum padamu, karena kau orang yang pekerja keras. Tapi sekarang rasa kagumku telah luntur, berganti kebencian. Engkau sudah merenggut semua yang kumiliki, kuharap kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal."Pram hanya menatap ke arah Harshil dengan pandangan sayu. Antara sadar dan tidak sadar karena sudah terkena tembakan obat bius."Kupastikan kau akan membusuk di penjara. Dihukum seberat-beratnya di sana."Para petugas langsung membawa mereka ke mobil tahanan. Semuanya tak mampu berkutik lagi. Hanya menundukkan kepala, dan berjalan dengan langkah berat karena terpaksa. Semua akan diadili sesuai dengan porsi kejahatannya."Terima kasih Pak Harshil, berkat anda kami bisa meringkus para penjahat ini. Sudah sejak lama kami memang mengincar organisasi preman ini tapi sayangnya mereka bisa berkelit dan tak bisa dilacak.""Iya sama-sama, Pak. Saya juga berterima kasih laporan saya ditanggapi dan bapak sekalian rekan-rekan sudah membantu kami untuk melumpuhkan kejahatan musuh y
Read more

85. Kehilangan

"Ettan, bangunlah ... Kami semua menunggumu."Inara mengisik bahu sang suami. Ia tahu betul perasaan Harshil, selama ini Ettan lah yang membantunya keluar dari kesulitan. Ya, Ettan menjadi satu-satunya seorang ajudan yang paling setia, tidak meninggalkan saat Harshil membutuhkan uluran tangan. Walaupun banyak yang sudah terjadi, tapi Ettan tetap bekerja pada Harshil.Jari tangan Ettan mulai bergerak pelan. Matanya mulai terbuka. Harshil terkesiap melihat sang ajudan bangun. "Ettan syukurlah kau sudah sadar," ucap Harshil sambil tersenyum. Matanya tampak berkaca-kaca.Dia langsung memencet bel untuk memberi tahu perawat."Tuan ..." lirihnya."Ya, cepat sembuh Ettan. Kami semua menunggumu."Ettan tersenyum simpul. "Terima kasih Tuan ada di sini." Lelaki itu berusaha bangkit meski dengan kepayahan."Jangan dipaksakan, kau istirahat saja. Tiduran tidak apa-apa," tukas Harshil kembali.Ettan mengangguk, wajahnya terlihat begitu pias."Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Ettan. Kau
Read more

86. Jangan mengaku jadi istri presdir

Harshil terdiam melihat pemandangan penuh haru itu. Netranya sudah dipenuhi oleh kaca-kaca. Apalagi adik-adik Ettan menangis sesenggukan di samping jenazahnya. Tak ada yang bisa menutupi kesedihannya. Semuanya nampak berduka. Duka yang mendalam."Maaf ya, Bu. Jenazah Ettan harus segera dimandikan dan dimakamkan," tukas seorang ustadz di kampungnya. Ibu Ettan mengangguk lesu, melepaskan Ettan untuk yang terakhir kalinya. Bukan hanya keluarganya saja yang merasa kehilangan, begitu pula dengan Harshil dan Inara. Mereka merasa bersalah, karena kejahatan seseorang yang menginginkan nyawa mereka, tapi justru Ettan yang menjadi korban.Inara menangis di samping Harshil. Ia menggamit lengan sang suami dan menyembunyikan wajah sedihnya di sana. Bulir-bulir bening di kedua bola mata Inara tak mampu terbendung lagi. Melihat pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Apalagi kejadian kemari masih membekas dalam ingatan saat Ettan berlari dan menyelamatkan mereka hingga tertembak dan darah itu men
Read more

87. Dia Kembali

"Ck! Dibilangin gak ngerti juga, stress kali ya nih cewek, ngaku-ngaku jadi istri presdir!" gerutu sang security yang baru bekerja beberapa minggu itu.Pintu lift terbuka. Harshil mulai melangkah keluar dan terlihat dari kaca bagian dalam, Inara masih menunggu di luar, dengan sebuah rantang yang ditenteng di tangannya. Wajahnya tampak gusar sesekali menatap ke atas."Apa yang terjadi? Kenapa kau mengatakan hal kasar padanya?!" tukas Harshil.Security itu terperanjat kaget, melihat kedatangan bosnya tiba-tiba. "Maaf Pak, ada seorang wanita yang mengaku-ngaku sebagai istri bapak. Tapi saya rasa dia--""Dia memang istriku, Nyonya Harshil Arsyanendra.""Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar tidak tahu." Security itu langsung membungkuk merasa bersalah. Harshil menatapnya tajam. "Jangan menilai orang dari luarnya saja!" tegas Harshil membuat security itu mati kutu.Lelaki itu berlalu menghampiri wanita yang tengah berteduh di sebuah pohon yang di tanam di halaman kantor."Inara!" panggil H
Read more

88. Sebuah Rencana

"Terus kenapa dia bisa kembali lagi kesini?" tanya Inara heran. Ada secuil desir cemburu dalam hatinya."Akupun gak tahu kenapa tiba-tiba dia kesini.""Dia mau menggoda kamu lagi, Mas. Aku gak rela kalau kamu kembali bersamanya. Ya, dia memang cantik, seksi, kaya tapi--""Aku dan dia hanya masa lalu, dan takkan pernah kembali bersama lagi. Tidak akan ada yang seperti itu. Aku kan sudah bilang kalau kamu satu-satunya wanita di hatiku saat ini dan sampai nanti."Inara tersenyum dan langsung memeluk suaminya. "Terima kasih, Mas.""Dasar istriku, masih saja galau masalah dia. Biar kubuktikan lagi. Ayo!"Tanpa banyak bicara Harshil langsung membopong tubuh istrinya."Mas, mau ngapain?" Inara mengerucutkan bibir."Melanjutkan kegiatan panas kita yang tertunda.""Ha?" Harshil justru tersenyum menggoda, melihat ekspresi istrinya yang begitu menggemaskan.***"Bangun sayang, sudah sore. Ayo kita pulang."Inara mengerjap pelan, menatap jam di dinding menunjuk ke angka tiga. Ia menggeliat, m
Read more

89. Siapa Yang datang?

"Mas, teleponnya mati. Abah kenapa ya, Mas?" tanya Inara panik."Kau tenang ya, kita akan pulang ke rumah abah sekarang," ujar Harshil menenangkan. Ia tak ingin sang istri begitu cemas dan mengkhawatirkannya.Inara mengangguk. Debaran jantungnya berpacu lebih cepat. Ia takut terjadi sesuatu dengan abahnya."Teddy, kita putar balik, langsung ke rumah abah!" tukas Harshil memberi perintah."Baik, Tuan."Entah kenapa, perasaan Inara mendadak khawatir. Ia kembali menghubungi nomor telepon yang digunakan abahnya, tapi tidak tersambung."Mas?" Harshil langsung menggenggam tangan Inara. "Tenang saja, abah akan baik-baik saja."Inara mengangguk, walau dalam hatinya masih diliputi kekhawatiran.Akhirnya sampai juga di kampung halaman Inara. Mobil yang mereka tumpangi berbelok dan parkir tepat di halaman rumah Inara. Para tetangga terlihat berkumpul di rumah abah. "Mas, ada apa ya? Sampai ada para tetangga juga?" tanya Inara gugup."Ayo kita turun."Inara mengangguk lesu. Ia turun dibantu
Read more

90. Ular berbisa dan tumpahan minyak

"Kau? Ke-kenapa bisa datang kemari?" tanya Inara gugup.Jantung Inara berdegup kencang, melihat Chelsie datang, dan tiba-tiba saja Cakra muncul di belakangnya. 'Kenapa mereka bisa datang kemari?' Batinnya terus bertanya. Bimbang dan panik bercampur padu menjadi satu.Mereka tersenyum. "Kenapa gugup begitu, Inara? Aku hanya ingin berkunjung padamu saja," jawabnya enteng.Cakra melangkah maju, membuat Inara mundur perlahan hingga tubuhnya terpentok dinding. Laki-laki itu makin mendekat, dengan tatapan tak biasa."Hai cantik, aku ingin kenal lebih dekat denganmu. Maukah kau pergi denganku?" ujar Cakra setengah berbisik."Inara? Siapa yang datang, Nak. Uhuk ... Uhuk ...!" Suara dari dalam membuat Inara makin gugup. Terpaksa ia mendorong tubuh Cakra, tapi lelaki itu hanya tersenyum."Tolong jangan lancang di rumahku!" tukas Inara dengan nada penuh penekanan. Ia merasa terdesak dengan kehadiran mereka yang seolah mengintimidasinya.Terdengar suara tawa dari Chelsie membuat keduanya menoleh.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status