Share

82. Tertembak

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Inara merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini dia benar-benar lelah karena seharian beraktivitas. Piyama tidur sudah membalut tubuh rampingnya.

"Capek ya?" tanya Harshil. Ia menoleh ke arah istrinya sejenak.

"Hmmm, iya mas. Kamu sibuk?" tanya Inara. Memandang sang suami yang tak beranjak dari tadi.

Harshil tersenyum, lalu netranya kembali fokus ke layar laptop yang tengah ia pangku di atas pahanya. Kali ini Inara cemberut, melihat suaminya saat ini begitu cuek. Ia berbalik memunggungi sang suami. Ingin memejamkan mata, tapi tetap tak bisa. Entah kenapa kali ini ia merindukan pelukan hangatnya.

"Halo, iya, nanti kita atur waktu lagi. Skema rencana sudah kukirimkan ke email kalian. Untuk pertemuan selanjutnya rencana kita harus benar-benar matang, agar tak ada kegagalan lagi," ucap Harshil melalui panggilan telepon.

Dia mengakhiri panggilan grup itu. Meletakkan ponsel dan laptopnya di atas meja. Menghirup udara dalam-dalam lalu membuang nafas panjangnya melalui mulut. Ia merega
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   83. Penyergapan

    "Tuan, Nona, awaaaaaaasss ....!" Ettan berlari cepat menghampiri sang majikan hingga menjadi sasaran tembak.Doooorrrr! Seketika terdengar suara gaduh dan histeris pengunjung mall bersamaan dengan darah yang mengalir dari tubuhnya.Aaaaaaa ... Jeritan orang-orang menambah panik suasana. Tubuhnya terhuyung dan dan terkulai. Inara shock, begitu pula dengan Harshil. Ia tak menyangka Ettan justru menjadi tameng mereka untuk hidup. Mempertaruhkan nyawanya demi bosnya sendiri. Punggungnya yang dulu pernah terluka, kini tertembak.Pihak mall langsung menghubungi beberapa pihak terkait karena telah terjadi kekacauan di area mall."Cepat bantu saya! Bawa dia ke mobil," teriak Harshil. Semua orang tampak panik, sebagian langsung berlarian ke mobilnya masing-masing dan pulang, sebagian lagi masuk ke dalam mall dan meminta pintu mall untuk ditutup sementara waktu. Beberapa orang langsung membantu Harshil mengangkat tubuh Ettan dan membawa ke mobilnya. Pandangan Ettan mulai mengabur. Ia merinti

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   84. Panas Hati

    "Dulu, aku kagum padamu, karena kau orang yang pekerja keras. Tapi sekarang rasa kagumku telah luntur, berganti kebencian. Engkau sudah merenggut semua yang kumiliki, kuharap kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal."Pram hanya menatap ke arah Harshil dengan pandangan sayu. Antara sadar dan tidak sadar karena sudah terkena tembakan obat bius."Kupastikan kau akan membusuk di penjara. Dihukum seberat-beratnya di sana."Para petugas langsung membawa mereka ke mobil tahanan. Semuanya tak mampu berkutik lagi. Hanya menundukkan kepala, dan berjalan dengan langkah berat karena terpaksa. Semua akan diadili sesuai dengan porsi kejahatannya."Terima kasih Pak Harshil, berkat anda kami bisa meringkus para penjahat ini. Sudah sejak lama kami memang mengincar organisasi preman ini tapi sayangnya mereka bisa berkelit dan tak bisa dilacak.""Iya sama-sama, Pak. Saya juga berterima kasih laporan saya ditanggapi dan bapak sekalian rekan-rekan sudah membantu kami untuk melumpuhkan kejahatan musuh y

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   85. Kehilangan

    "Ettan, bangunlah ... Kami semua menunggumu."Inara mengisik bahu sang suami. Ia tahu betul perasaan Harshil, selama ini Ettan lah yang membantunya keluar dari kesulitan. Ya, Ettan menjadi satu-satunya seorang ajudan yang paling setia, tidak meninggalkan saat Harshil membutuhkan uluran tangan. Walaupun banyak yang sudah terjadi, tapi Ettan tetap bekerja pada Harshil.Jari tangan Ettan mulai bergerak pelan. Matanya mulai terbuka. Harshil terkesiap melihat sang ajudan bangun. "Ettan syukurlah kau sudah sadar," ucap Harshil sambil tersenyum. Matanya tampak berkaca-kaca.Dia langsung memencet bel untuk memberi tahu perawat."Tuan ..." lirihnya."Ya, cepat sembuh Ettan. Kami semua menunggumu."Ettan tersenyum simpul. "Terima kasih Tuan ada di sini." Lelaki itu berusaha bangkit meski dengan kepayahan."Jangan dipaksakan, kau istirahat saja. Tiduran tidak apa-apa," tukas Harshil kembali.Ettan mengangguk, wajahnya terlihat begitu pias."Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Ettan. Kau

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   86. Jangan mengaku jadi istri presdir

    Harshil terdiam melihat pemandangan penuh haru itu. Netranya sudah dipenuhi oleh kaca-kaca. Apalagi adik-adik Ettan menangis sesenggukan di samping jenazahnya. Tak ada yang bisa menutupi kesedihannya. Semuanya nampak berduka. Duka yang mendalam."Maaf ya, Bu. Jenazah Ettan harus segera dimandikan dan dimakamkan," tukas seorang ustadz di kampungnya. Ibu Ettan mengangguk lesu, melepaskan Ettan untuk yang terakhir kalinya. Bukan hanya keluarganya saja yang merasa kehilangan, begitu pula dengan Harshil dan Inara. Mereka merasa bersalah, karena kejahatan seseorang yang menginginkan nyawa mereka, tapi justru Ettan yang menjadi korban.Inara menangis di samping Harshil. Ia menggamit lengan sang suami dan menyembunyikan wajah sedihnya di sana. Bulir-bulir bening di kedua bola mata Inara tak mampu terbendung lagi. Melihat pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Apalagi kejadian kemari masih membekas dalam ingatan saat Ettan berlari dan menyelamatkan mereka hingga tertembak dan darah itu men

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   87. Dia Kembali

    "Ck! Dibilangin gak ngerti juga, stress kali ya nih cewek, ngaku-ngaku jadi istri presdir!" gerutu sang security yang baru bekerja beberapa minggu itu.Pintu lift terbuka. Harshil mulai melangkah keluar dan terlihat dari kaca bagian dalam, Inara masih menunggu di luar, dengan sebuah rantang yang ditenteng di tangannya. Wajahnya tampak gusar sesekali menatap ke atas."Apa yang terjadi? Kenapa kau mengatakan hal kasar padanya?!" tukas Harshil.Security itu terperanjat kaget, melihat kedatangan bosnya tiba-tiba. "Maaf Pak, ada seorang wanita yang mengaku-ngaku sebagai istri bapak. Tapi saya rasa dia--""Dia memang istriku, Nyonya Harshil Arsyanendra.""Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar tidak tahu." Security itu langsung membungkuk merasa bersalah. Harshil menatapnya tajam. "Jangan menilai orang dari luarnya saja!" tegas Harshil membuat security itu mati kutu.Lelaki itu berlalu menghampiri wanita yang tengah berteduh di sebuah pohon yang di tanam di halaman kantor."Inara!" panggil H

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   88. Sebuah Rencana

    "Terus kenapa dia bisa kembali lagi kesini?" tanya Inara heran. Ada secuil desir cemburu dalam hatinya."Akupun gak tahu kenapa tiba-tiba dia kesini.""Dia mau menggoda kamu lagi, Mas. Aku gak rela kalau kamu kembali bersamanya. Ya, dia memang cantik, seksi, kaya tapi--""Aku dan dia hanya masa lalu, dan takkan pernah kembali bersama lagi. Tidak akan ada yang seperti itu. Aku kan sudah bilang kalau kamu satu-satunya wanita di hatiku saat ini dan sampai nanti."Inara tersenyum dan langsung memeluk suaminya. "Terima kasih, Mas.""Dasar istriku, masih saja galau masalah dia. Biar kubuktikan lagi. Ayo!"Tanpa banyak bicara Harshil langsung membopong tubuh istrinya."Mas, mau ngapain?" Inara mengerucutkan bibir."Melanjutkan kegiatan panas kita yang tertunda.""Ha?" Harshil justru tersenyum menggoda, melihat ekspresi istrinya yang begitu menggemaskan.***"Bangun sayang, sudah sore. Ayo kita pulang."Inara mengerjap pelan, menatap jam di dinding menunjuk ke angka tiga. Ia menggeliat, m

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   89. Siapa Yang datang?

    "Mas, teleponnya mati. Abah kenapa ya, Mas?" tanya Inara panik."Kau tenang ya, kita akan pulang ke rumah abah sekarang," ujar Harshil menenangkan. Ia tak ingin sang istri begitu cemas dan mengkhawatirkannya.Inara mengangguk. Debaran jantungnya berpacu lebih cepat. Ia takut terjadi sesuatu dengan abahnya."Teddy, kita putar balik, langsung ke rumah abah!" tukas Harshil memberi perintah."Baik, Tuan."Entah kenapa, perasaan Inara mendadak khawatir. Ia kembali menghubungi nomor telepon yang digunakan abahnya, tapi tidak tersambung."Mas?" Harshil langsung menggenggam tangan Inara. "Tenang saja, abah akan baik-baik saja."Inara mengangguk, walau dalam hatinya masih diliputi kekhawatiran.Akhirnya sampai juga di kampung halaman Inara. Mobil yang mereka tumpangi berbelok dan parkir tepat di halaman rumah Inara. Para tetangga terlihat berkumpul di rumah abah. "Mas, ada apa ya? Sampai ada para tetangga juga?" tanya Inara gugup."Ayo kita turun."Inara mengangguk lesu. Ia turun dibantu

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   90. Ular berbisa dan tumpahan minyak

    "Kau? Ke-kenapa bisa datang kemari?" tanya Inara gugup.Jantung Inara berdegup kencang, melihat Chelsie datang, dan tiba-tiba saja Cakra muncul di belakangnya. 'Kenapa mereka bisa datang kemari?' Batinnya terus bertanya. Bimbang dan panik bercampur padu menjadi satu.Mereka tersenyum. "Kenapa gugup begitu, Inara? Aku hanya ingin berkunjung padamu saja," jawabnya enteng.Cakra melangkah maju, membuat Inara mundur perlahan hingga tubuhnya terpentok dinding. Laki-laki itu makin mendekat, dengan tatapan tak biasa."Hai cantik, aku ingin kenal lebih dekat denganmu. Maukah kau pergi denganku?" ujar Cakra setengah berbisik."Inara? Siapa yang datang, Nak. Uhuk ... Uhuk ...!" Suara dari dalam membuat Inara makin gugup. Terpaksa ia mendorong tubuh Cakra, tapi lelaki itu hanya tersenyum."Tolong jangan lancang di rumahku!" tukas Inara dengan nada penuh penekanan. Ia merasa terdesak dengan kehadiran mereka yang seolah mengintimidasinya.Terdengar suara tawa dari Chelsie membuat keduanya menoleh.

Bab terbaru

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   105. Antara Nafas dan Cinta (END)

    Harshil masih menenangkan diri di ruang perawatan bayi. Ia masih belum sanggup menemui Inara dalam keadaan yang menyedihkan. Berulang kali ia menghapus jejak genangan air mata. Nyatanya dia yang biasa tegar kini terlihat begitu rapuh. Bahkan sangat rapuh akan kehilangannya. Cukup lama, bayinya itu kembali tenang, sudah tak menangis lagi. Harshil bersiap menemui Inara. Di ruangan serba putih itu, Inara masih terbaring lemah. Ia sudah tak lagi memakai mesin ventilator hanya selang oksigen dan juga selang infus. Ia masih terdiam, belum mampu berucap satu patah kata. Harshil membuka pintu ruang perawatan. Inara menoleh ke arah suaminya, pandangan mereka bersirobok. Tanpa banyak kata, Harshil langsung menghambur ke arahnya, memeluk sang istri dan menciuminya berkali-kali. Dengan tangan gemetar, Inara mengangkat tangannya lalu berusaha mengusap genangan embun di kedua mata Harshil. Lalu membelai lembut bibir sang suami, membuat lelaki itu makin tak kuasa menahan air mata.Inara tersenyum

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   104. Sebuah Keajaiban

    Jika yang datang bisa pergi, lantas akankah yang pergi bisa kembali?***"Bangun sayang, kamu gak boleh pergi. Inara, banguuuun. Kau dengar aku kan?! Jangan tinggalkan aku sendiri di sini, Inara!! Aku sangat mencintaimu Inara, aku mencintaimu. Kumohon kembalilah, jangan pergiii .... Inaraku, bangunlah sayaaaaang."Inara masih bergeming meski Harshil berteriak dengan histeris. Harshil menghapus jejak air mata yang jatuh berderai. Ia bangkit dan kembali mencium puncak kepala Inara. Walaupun matanya terpejam, ia terlihat begitu damai dan teduh. Berkali-kali Harshil menelan saliva. Berharap ini hanya mimpi semata. Ia takkan pernah bisa terima bila Inara sudah tiada."Ah aku tau cara membangunkanmu, tunggu aku sayang ... Aku akan membawamu kembali."Harshil membuka pintu ruang perawatan dan kembali menutupnya. Sontak semua orang menatap ke arahnya. Keluarganya satu persatu sudah datang, mereka pun tengah menunggu kepastian, termasuk Chelsie yang didampingi oleh kedua orang tuanya datang.

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   103. Jangan pergi, Sayang

    "Ya, Tuan. Keadaan nona ..."'Ada apalagi dengan Inara?' Batin Harshil. Jantungnya makin berdegup dengan kencang. "Ada apa dengan Inara?" tanya Harshil dengan suara bergetar. Matanya sudah panas seolah kristal bening itu hendak berjejalan keluar."Tuan, keadaan nona kritis lagi."Tes ... Air mata itupun akhirnya jatuh tak tertahankan. Dia langsung mematikan panggilan teleponnya. Hatinya mendadak gusar."Van, kita ke rumah sakit sekarang!" titah Harshil dengan pandangan kosong. Perasaannya berubah tak enak. Khawatir, panik, cemas bercampur aduk menjadi satu. Apa yang terjadi pada Inara? Pertanyaan itu terus berputar-putat di pikirannya."Baik, Tuan." Vano memperhatikan sang majikan, merasa iba dengan keadaannya. 'Kasihan sekali, Tuan Muda."Vano memacu mobilnya dengan kecepatan kencang. Sepanjang perjalanan Harshil hanya diam, dengan perasaan yang berkecamuk begitu dahsyat.Terbayang kembali kenangan-kenangan manis bersama Inara. Kenangan yang takkan pernah bisa ia lupakan. Kepingan-

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   102. Siapa yang menyuruhmu?

    "Nak Harshil, gimana keadaan Inara?" Tiba-tiba Abah datang, wajahnya tampak begitu cemas. Teddy-lah yang sudah membawanya kemari.Harshil bangkit dan langsung menyalami tangan ayah mertuanya. "Abah bisa ikut aku ke dalam," ujar Harshil. Dia mengantarkan abah melihat kondisi putrinya. Di atas bed pasien, Inara tampak tertidur pulas dan damai. Wajah yang putih dan terlihat sangat pucat, membuat siapapun yang melihatnya melelehkan air mata. Abah menatap sang menantu, pandangannya seolah meminta penjelasan."Abah, maafkan saya karena tak bisa melindunginya dengan baik. Kata dokter, Inara mengalami koma akibat pendarahan hebat dan benturan keras yang dialaminya." Harshil mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan gejolak hatinya. "Tapi beruntung bayi dalam kandungan Inara masih bisa diselamatkan. Abah sudah punya cucu. Cucu yang sangat tampan," lanjut Harshil lagi dengan pandangan berkaca-kaca.Abah langsung mendekat ke arah putrinya. Bahu itu tampak berguncang. Abah menangis. Me

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   101. Cinta sejati takkan pernah mati

    Tanpa terasa butiran bening menitik di kedua sudut matanya. "Inara bangun, Inara! Bertahanlah sayang! Bertahanlah!"Beberapa orang langsung berkerumun. Bahkan ada yang hendak menolong Inara."Berhenti! Jangan sentuh istriku!" teriak Harshil. Emosi dan kesedihannya sudah memuncak bercampur padu menjadi satu.Mereka saling berpandangan, melihat kondisi Inara yang tampak begitu menyedihkan. Harshil meraih ponselnya dan menelepon Teddy supaya segera mempersiapkan mobil. Teddy berlari ke arahnya. "Tuan mobilnya sudah siap!" tukas Teddy, wajahnya pun ikut panik melihat kondisi nona majikannya.Dengan hati yang runtuh, Harshil mengangkat tubuh Inara. Dan berlari menuju mobil yang sudah dipersiapkan di depan mall. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihatnya iba. "Sayang, kumohon bertahanlah." Harshil terus menciumi sang istri, berharap ada keajaiban dan dia bisa sadarkan diri.Harshil duduk memangku tubuh Inara. Tak peduli rembesan darah itu sudah menodai bajunya. Ia mengusap peru

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   100. Jatuh

    "Mas, mau pilih yang mana? Kiri apa kanan?" Inara memberikan pilihan seraya menyodorkan kedua tangannya yang mengepal."Wah, kejutan apa lagi nih?" tanya Harshil. Dia beranjak duduk dengan pandangan yang antusias."Ayo mau pilih yang mana?" tanya Inara lagi."Yang kanan apa, Sayang?" Inara membuka kepalan tangannya. "Yeay makan jagung bakar," jawabnya seraya memperlihatkan sebuah tulisan di tangannya."Kalau yang kiri?" tanya Harshil. Inara membuka kepalan tangannya yang sebelah kiri. "Jalan-jalan ke pantai.""Ya udah aku pilih yang kanan dan kiri juga. Ayo kita jalan-jalan ke pantai sambil makan jagung bakar!""Hah? Beneran?""Iya, kalau bisa dua-duanya kenapa tidak?" Harshil menaik-turunkan alisnya menggoda."Beneran, Mas?" Inara kembali bertanya seolah masih tak percaya."Iya. Anniversary kita yang ke berapa tadi?""Sepuluh bulan!"Harshil mengulum senyum. "Oh iya, ayo. Siap-siap! Mandi dulu gih!""Eeh kan aku udah mandi dari sebelum subuh! Mas sih, habis subuhan malah tidur lagi

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   99. Permintaan Aneh Inara

    "Inara, hari ini kita jalan-jalan yuk! Biar aku sendiri yang nyetir. Spesial hari ini khusus untuk kita berdua," ajak Harshil. Hari ini dia ada sedikit waktu. Rasanya ingin bersenang-senang bersama sang istri. Kaos warna marun dan celana jeans membalut tubuhnya yang atletis."Kemana?""Kamu maunya kemana?""Makan.""Makan lagi?" Kening Harshil mengernyit. Pasalnya mereka baru saja makan siang bersama keluarga, kurang lebih satu jam yang lalu.Inara mengangguk cepat. Semenjak kehamilannya menginjak ke trimester ketiga, entah kenapa nafsu makannya bertambah berlipat-lipat. Jadi doyan makan dan pengen makan lagi. Harshil menatap istrinya dengan pandangan takjub. Merasa heran dengan perubahan sang istri."Badan kecil begini tapi kok doyan makan ya!" celetuk Harshil."Kan permintaan dedek bayi.""Jadi dedek bayi lagi yang minta?""Heem.""Terus mau makan apa?""Emmmh bentar-bentar, aku komunikasi sama dedek bayi dulu."Harshil mengulum senyum melihat tingkah Inara yang menurutnya lucu dan

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   98. Permintaan Tengah Malam

    Menginjak usia kandungan yang ke tujuh bulan. "Mas, hari ini antar aku check-up ke dokter lagi ya.""Iya, tentu saja, Sayang. Bulan ini bisa tahu ya jenis kelaminnya apa?""Semoga bisa ya, Mas.""Aku sudah tidak sabar lagi menunggu hari kelahirannya."Inara tersenyum manis. "Kau benar, Mas. Aku juga sudah tidak sabar lagi. Rasanya pasti menyenangkan akan menjadi orang tua.""Apa ada yang kamu keluhkan?" tanya Harshil. Ia ingin memastikan kondisi istrinya baik-baik saja."Hanya satu yang jadi keluhanku saat ini, Mas.""Apa?" "Gak bisa tengkurap, Mas.""Hahahaha ..." Harshil justru tertawa mendengar jawaban konyol Inara. Ia tak menyangka sang istri yang lugu dan polos bisa bercanda juga."Kok ketawa, Mas? Aku kan ngomong bener. Cuma bisa miring kanan, capek miring kiri. Pinggangku juga makin pegel, Mas, gampang capek. Sesekali aku pengen tengkurep, tapi gak bisa."Harshil mengacak rambut Inara yang masih tergerai panjang. "Kamu ini ada-ada saja. Namanya juga lagi hamil, pasti rasanya

  • Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh   97. Berbagi Rasa

    "Mas, hari ini enam bulan pernikahan kita," ujar Inara ragu-ragu."Hmmm, terus?" Harshil masih menatap layar laptop di hadapannya."Kok terus sih? Mas gak mau ucapin apapun padaku?" tanya Inara, bibirnya cemberut.Harshil menoleh, menatap Inara yang tengah kesal memandangnya. Pandangan Harshil bertanya-tanya. Ia pun bangkit, lalu menghampiri sang istri. "Kamu butuh apa, Sayang?"Inara menggeleng pelan, membuat Harshil makin tak mengerti. "Ayo coba katakan padaku, apa yang kamu inginkan? Kalau kamu gak ngomong, aku gak bakalan tau."Inara menghela nafas dalam-dalam. "Mas, apa kamu gak mau memastikan pernikahan kita?""Apanya yang perlu dipastikan? Kan semuanya sudah pasti, kau milikku dan aku milikmu. Oh, kamu masih ragu tentang perjanjian itu?"Inara mengangguk lemah. Harshil justru tersenyum seraya membuang nafas panjangnya. Dituntunnya sang istri untuk duduk di tepi ranjang. Lelaki itu membenarkan rambut Inara ke belakang telinga. "Kenapa kamu masih takut dengan hal itu? Aku kan

DMCA.com Protection Status