Semua Bab Terjerat Menikah Dengan Pria Lumpuh: Bab 71 - Bab 80

105 Bab

71. Bulan madu tertunda

Sandra memijat pelipisnya pelan, kepalanya terasa begitu penat. Ia tak menyangka putri bungsunya justru melakukan hal yang dia benci."Maafkan aku, Ma. Aku tak bisa membuat Mama bangga, justru menorehkan rasa malu pada keluarga. Aku menyesal, tapi aku mengakui semuanya, kami pernah melakukan hal yang terlarang, hingga akhirnya aku hamil dan melahirkan. Maaf, Ma. Tapi tolong restui kami, Ma. Meskipun aku harus keluar dari rumah ini, aku siap dengan konsekuensinya, Ma. Aku hanya ingin menikah dengan Kevin dan memperbaiki kesalahanku di masa lalu." Hingga kini, kata-kata putrinya masih terus terngiang-ngiang di kepala. Bahkan saat ini Lila pergi dari rumah karena dia telah mengusirnya. Ada tatapan kecewa saat Lila membawa kopernya pergi dari rumah. Begitupun dengan Sandra, hatinya benar-benar kecewa atas perilaku Lila yang melampaui batas."Udahlah, Mbak. Tinggal restui aja mereka menikah, suruh si Lila tinggal di sini lagi. Kayak Diandra tuh, dia juga hamil di luar nikah, tapi suaminya
Baca selengkapnya

72. Kuta Beachwalk

Inara menghampiri Ettan. "Di sebelah sana aja, Ettan," tunjuk Inara. Ettan mengangguk dan mengikuti langkah Inara. Dia memasang tenda sedikit menjauh dari pantai. Harshil ikut membantu memasang tenda. Sementara Ettan membuat perapian. "Dah ditunda dulu, kita sholat maghrib dulu. Habis isya kita kesini lagi," tukas Harshil.Inara mengangguk dan menerima uluran tangan Harshil. ***Pukul delapan malam mereka kembali, Ettan sudah mempersiapkan semuanya. Dia mulai membakar ikan sesuai permintaan sang majikannya. Aroma wangi khas ikan bakar menguar begitu saja, membuat perut mereka meronta. Hanya menambahkan bumbu seadanya yang ia beli di warung terdekat."Ini Tuan, Non, silakan dicicipi," ucap Ettan seraya memberikan ikan itu untuk mereka berdua."Wah ternyata Ettan jago semuanya ya. Jago memasak juga. Hebat," puji Inara.Ettan hanya tersenyum. "Sayang, kenapa kamu memuji pria lain bukan suamimu sendiri hmm? Aku juga lebih hebat lho dari dia, buktinya kamupun--"Inara menempelkan jar
Baca selengkapnya

73. Salah Sasaran

Tetiba ada tangan seseorang yang menariknya menjauh dari area Mall, langsung membekap mulut Inara dengan obat bius. Orang-orang itu langsung menutupi kepala Inara dengan salah satu kain hitam. Inara tak sadarkan diri, ia langsung dibawa ke mobil. Mobil itu melaju dengan sangat kencang. Ettan menoleh dan menyadari kalau majikannya menghilang, ia sempat melihat Inara dipaksa masuk ke dalam mobil. Dia berlari mengejarnya, tapi mobil itu melaju sangat kencang hingga tak mampu diraih. Ia mengepalkan tangannya ke udara. Geram dan kesal bercampur jadi satu. Tadi ia menerima panggilan dari Alex, kalau Leo berhasil ditangkap oleh para preman."Sial! Non Inara diculik lagi, pasti Tuan akan marah besar!" Ettan begitu kesal, ia yang teledor tak bisa menjaga nyonya majikannya dengan baik.Ponselnya kembali berdering. Panggilan dari sang majikan."Ettan, kalian dimana?" Suara dari seberang telepon terdengar panik."Tuan, Maaf. Non Inara diculik lagi," ujar Ettan."Apa? Kau kesini sekarang, Ettan!
Baca selengkapnya

74. Kabar Bahagia

Harshil mengemasi barang-barangnya di dalam koper. Sementara Inara sudah tertidur. Sejak kejadian siang tadi, kondisi badannya tampak lemah. Apa aku harus membawanya ke dokter?Lelaki itu memeriksa kondisi istrinya, menempelkan punggung tangan di kening. Suhunya normal. Dia membelai pipinya pelan."Kau sungguh cantik, dengan rambut terurai seperti ini pun sudah membuatmu terlihat begitu cantik," desisnya lirih. Lelaki itu tersenyum menatap wajah Inara. Entah sejak kapan dia menjadi tergila-gila padanya."Maafkan aku, kamu selalu dalam bahaya gara-gara aku. Lagi-lagi aku justru membuatmu terluka." Harshil mengembuskan nafasnya dengan kasar.Inara membuka matanya pelan saat merasakan deru nafas sang suami, wajahnya begitu dekat."Mas, ada apa?" tanyanya kikuk. Inara tampak salah tingkah saat dipandangi sang suami begitu lekat."Malam ini tidurlah yang nyenyak. Besok kita akan pulang.""Pulang?" Inara mengerutkan keningnya.Harshil mengangguk. "Iya, kamu tidak aman kalau tetap di sini. A
Baca selengkapnya

75. Kau hanya pria yang malang

Inara dan Harshil sudah sampai di rumah, usai melakukan perjalanan kurang lebih dua jam. Inara mabuk parah, berkali-kali ia izin ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya di sana."Kamu masih pusing?" tanya Harshil merasa iba dengan kondisi sang istri.Inara hanya mengangguk. "Ettan, tolong besok buatkan janji dengan dokter kandungan yang terbaik di kota ini. Aku ingin berkonsultasi dengannya mengenai kondisi istriku.""Baik, Tuan," sahut Ettan seraya menaruh koper-koper mereka. "Mas?""Hmmm ...""Aku ingin ketemu abah.""Iya, besok setelah periksa ke dokter kita ke rumah abah ya.""Iya, Mas."Di rumah besar itupun Inara masih mual dan muntah."Istrimu kenapa, Harshil?" tanya Tante Sandra saat melihat Inara tampak menyedihkan. Mereka tengah berkumpul bersama di ruang keluarga ketika Harshil membagikan oleh-oleh dan cinderamata khas kota Bali.Harshil justru tersenyum. "Sebentar lagi akan ada anggota baru di rumah ini.""Maksudmu Inara sedang hamil?" "Iya, Tante.""Hah? Nikah kontrak
Baca selengkapnya

76. Gara-gara susu

"Selamat ya Pak, Bu, Ibu Inara positif hamil, usia kandungannya saat ini baru enam minggu. Hari perkiraan lahirnya 34 minggu lagi. Saat ini keluhannya apa saja, Bu?" "Mual, muntah, pusing.""Mual dan muntah biasanya mengiringi masa kehamilan karena adanya peningkatan hormon HCG, yaitu hormon yang diproduksi selama masa kehamilan. Jadi, ibu enggak perlu heran jika di awal kehamilan mengalami mual dan muntah.Jaga makannya dan pikirannya biar gak stress ya, Bu. Ini saya resepkan vitamin dan obat anti mualnya.""Terima kasih ya, Bu dokter.""Kalau ibunya doyan susu, belikan saja susu ibu hamil buat tambahan nutrisi, Pak. Istirahatnya yang cukup dan teratur ya. Mual dan muntah akan hilang dengan sendirinya saat memasuki trimester kedua. Peran suami juga sangat penting, beri perhatian, jangan buat ibunya stress ya, Pak.""Siap. Terima kasih, Bu dokter.""Bulan depan kontrol lagi ya, biar kita bisa cek perkembangan si kecil. Sehat-sehat terus ya Bu Inara.""Aamiin. Iya, kami permisi Bu Dok
Baca selengkapnya

77. Makin Romantis

Kicauan burung gereja menyemarakkan suasana pagi. Inara sangat rindu. Rindu dengan suasana sejuk pedesaan tempatnya dilahirkan. Semilir angin yang berhembus menerpa dedaunan menimbulkan suara gemerisik yang syahdu. Inara berdiri di belakang rumahnya, menarik nafas dalam-dalam. Menikmati setiap detik nafas yang menjadi jantung hidupnya. Pagi-pagi sekali, abahnya sudah pergi ke kebun usai menyantap nasi goreng buatan putrinya. Sementara sang suami masih terlelap dalam tidurnya setelah melaksanakan salat subuh berjamaah dia tidur kembali. Kantuk katanya. Inara tak berani membangunkan tatkala melihat wajah damai suaminya yang tertidur lelap. Teddy pun berjalan-jalan keliling kampung yang begitu asri. Kondisi alam yang masih begitu alami, dipenuhi pepohonan rimbun. Sawah hijau membentang dari kiri ke kanan bak permadani hijau. Jangan tanya, menghirup udara di desa ini sangat didamba karena masih bersih dan sejuk. Beberapa kali berpapasan dengan para petani yang mengayuh sepedanya, ada pu
Baca selengkapnya

78. Ngidam

"Bah, kami pamit pulang dulu. Abah di sini jaga kesehatan ya.""Iya, Nak. Kalian juga hati-hati."Mereka bersalaman dengan lelaki paruh baya itu. Dua hari satu malam tinggal di desa, cukup membuatnya merasa tenang dan damai, melepas rindu dengan orang tuanya.Mobil mereka melaju membelah jalanan. "Gimana, senang? Udah terobati rasa kangennya sama Abah?" tanya Harshil saat di perjalanan.Inara tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di pundak sang suami. Harshil merangkulnya dengan erat. Ia tak ingin kehangatan ini cepat usai. Tapi pekerjaan sudah menantinya. Harshil mengecup lembut puncak kepala istrinya yang tertutup hijab. Aroma sang istri sungguh membuatnya tak bisa jauh darinya.Mobil mewah berwarna silver ini sudah memasuki area pelataran rumah besar keluarga Danendra. Harshil menuntun Inara keluar dari mobil. Kehangatan keduanya selalu tercipta, menimbulkan rasa iri di hati orang yang melihatnya.Rumah besar itu tampak ramai kedatangan tamu. Ada beberapa motor gede yang berten
Baca selengkapnya

79. Pengumpulan barang bukti

Braaakk ...! Pintu markas ditutup dengan rapat. Seseorang di dudukkan di kursi, dengan dua orang yang berjaga di sampingnya.Harshil masuk dan mengunci pintu. Ia duduk tepat di hadapan pria yang kini hanya menunduk, tak berani menatapnya. Badannya gemetar. Sudah tau, dia pasti akan diadili atau bahkan dihabisi?Cukup lama terdiam, tak ada satu patah kata apapun yang keluar dari mulutnya."Ehemm ...! Sampai kapan kamu diam?" tanya Harshil penuh penekanan."Ma-ma-af Tuan, a-apa maksud anda?" Dia bertanya dengan nada gagap dan bergetar.Harshil tersenyum sinis, melihat kelakuan pria di hadapannya. Seolah kini seperti pengecut, kerupuk melempem setelah majikannya pergi dari rumah."Ohooo ...! Haruskah aku mengingatkan semuanya? Bahwa kau yang sudah menculik Inara saat sehari sebelum pernikahan kami tiba?" ujar Harshil dengan nada mengintimidasi, penuh penekanan, membuat orang yang ada di hadapannya tak bisa berkutik.Pria itu makin menunduk, melihat aura kemarahan Harshil yang begitu be
Baca selengkapnya

80. Tersentuh

"Kalau kau ingin selamat, jangan pernah mengganggu istriku. Atau kau akan rasakan akibatnya!" Cakra menepis pegangan tangan Harshil, ada sedikit rasa nyeri yang membekas."Sorry Harshil, gue tidak sedang mengganggu istrimu, hanya ingin menjadi teman saja. Lagian kita ini saudara bukan? Kalau terasa asing bukannya--""Tidak ada pertemanan antara lelaki dan wanita. Dan lagi, istriku itu tahu batasannya, kau terlalu lancang. Minggirlah sebelum kupatahkan kakimu."Cakra beringsut menepi. "Sorry Harshil, jangan dimasukkan ke hati, gue cuma bercanda aja kok!" ujarnya lagi.Harshil dan Inara berlalu meninggalkannya begitu saja. Sementara Cakra mengepalkan tangannya kesal. "Kamu kenapa sih, Sayang? Kok kesal gitu?" tanya Diandra, tiba-tiba muncul dari dalam."Istri Harshil belagu banget, Sayang. Masa dia fitnah aku kalau aku sudah mengganggunya. Harshil tadi mengancamku gara-gara itu.""Apa?? Awas saja, Inara! Aku akan bikin pelajaran untuknya, hingga dia tidak betah tinggal di sini!"Cak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status