Home / CEO / Gadis Perawan Untuk CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gadis Perawan Untuk CEO: Chapter 31 - Chapter 40

246 Chapters

Bab 30

Senyum  Mobil Reynold sudah terparkir di luar apartemen. Aldo mengambil mobil tuan mudanya dari kedai kopi dan langsung menuju ke tempat Monalisa. Dia dengan setia menunggu tuan mudanya turun. Ini sudah menjadi kebiasaan Aldo, menunggu dan menunggu.  Reynold terlihat keluar dari lobby apartemen mewah itu, sudah rapi dengan setelan jas hitam dan  kaca mata hitamnya. Berjalan menuju ke arah mobil. Melihat tuan mudanya Aldo segera mempersiapkan diri, turun dan membuka pintu mobil untuk tuan mudanya tersebut. "Aldo, kita pulang," ucap Reynold setelah berada di dalam mobil. "Baik tuan muda," u
Read more

Bab 31

Pesona Monalisa Monalisa menginjakkan kaki di dealer milik Romani yang merupakan rekan kerja Reynold. Langkahnya begitu ringan dengan senyum mengembang sempurna. Hari ini mimpinya akan terwujud, dia bebas memilih mobil yang diinginkannya, begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkan, selama Monalisa masih menjadi yang diinginkan Reynold maka tidak ada yang sulit. "Mbak, bisakah saya bertemu dengan tuan Romani," ucap Monalisa pada seorang SPG cantik yang berdiri disebelah mobil mewah, menunggu pelanggan yang ingin melihat barang yang ditawarkannya, sekedar melihat atau bahkan membeli dan diapun mendapat tips yang besar atas usahanya."Sudah ada janji?" tanya SPG tersebut."Oh belum, bilang saja ada nona Monalisa," ucap Monalisa yakin.
Read more

Bab 32

Menjadi Orang Biasa   Reynold terlihat rapi dengan setelan baju olah raga berwarna hitam dengan garis kuning, sederhana namun begitu pantas melekat di tubuhnya.   Reynold merapikan rambutnya ke belakang, lalu mengacak acaknya lagi, beberapa kali menyisir dari kiri ke kanan, dilihatnya, lalu diulangi lagi dari kanan ke kiri, diamati, sepertinya kurang bagus, lalu disisir ke belakang, lalu berbagai posisi, dan akhirnya kembali ke posisi semula, menarik rambutnya ke belakang dengan gel rambut yang membuat rambut itu tidak bergerak.   Reynold terlihat melangkahkan kaki ke arah meja makan, hatinya cukup berbunga bunga pagi ini, begitu cerah, secerah matahari terbit yang menyinari bumi.  
Read more

Bab 33

Menjadi orang biasa part 2  Reynold memarkir mobilnya sedikit jauh dari taman Lavender, diujung jalan, bahkan tak terlihat. Dia keluar dari mobil, beberapa kali memperhatikan penampilannya. Tubuhnya memang dibalut dengan pakaian biasa bukan dari brand ternama langganannya, begitu juga dengan sepatu yang melekat di kakinya, namun semua itu tidak mengubur ketampanan dan bentuk tubuhnya yang nyaris sempurna. Wajahnya begitu putih bersih, dengan sedikit rambut yang menghiasi rahangnya, bersinar seolah dialah pria paling tampan di sana.  Dia melihat ke arah belt packnya, mengamati dengan seksama, lalu dia ingat belt pack itu keluaran terbatas yang harganya mungkin seharga mobil yang orang umum banyak membelinya. Dia beberapa saat mengamati, sedikit ragu."Harusnya
Read more

Bab 34

Kecurigaan Monalisa Monalisa terlihat menghantam vas bunga cantik yang berdiri di atas meja, dia begitu kesal dengan apa yang baru saja di sampaikan Nori kepadanya. Bernarkah Reynold bertemu dengan seorang wanita? Apakah dia sudah menemukan gadis perawan yang akan menjadi calon istrinya? Segala pertanyaan aneh dan menyesakkan dada mulai terlintas di pikirannya. Monalisa tidak akan membiarkan posisinya terancam, dia tidak mungkin melepaskan ladang emas yang dengan susah payah dia dapatkan. Kehidupannya akan berubah bahkan semakin terperosok, jika dia tidak mampu mempertahankan Reynold.  Matanya memerah, lelehan air mata mulai keluar dari matanya, air mata kebencian dan tekat kuat untuk berbuat segalanya demi mempertahankan orang yang menghidupinya.
Read more

Bab 35

Seperti Bintang Malam itu, di sebuah gudang penyimpanan barang, Valentino dan timnya terlihat begitu sibuk, order barang yang masuk sangatlah banyak, nyaris kuwalahan. Mereka kebanjiran order yang seperti turun dari langit, sangat tiba tiba."Ini order ke 2000 bos dan kita sudah kehabisan stock," ucap salah seorang kariawan yang berlari ke arah Valentino. "Baiklah, kita tutup order untuk hari ini," ucapnya. Valentino masih berpikir, mencari alasan, dari mana datangnya semua order yang tiba tiba dan bahkan nyaris bersamaan. "Bos, sepertinya saya tau dari mana semua ini berasal," ucap salah seorang kariawannya yang lain, dia terlihat mengamati ponsel pintarnya. "Lihatlah bos," ucapnya seraya menyodorkan ponselnya yang su
Read more

Bab 36

Sisi lembut Reynold   Reynold sudah berada di kantor, duduk di kursi kerjanya. Dia memikirkan semua yang terjadi, seharusnya ini bukan menjadi masalah besar, sudah biasa jika dia menjadi pusat perhatian, namun dia memikirkan Devanka, apa jadinya jika Devanka tau yang sebenarnya. "Kenapa tuan muda murung?" tanya paman Ismun seraya meletakkan secangkir kopi susu. "Ah tidak paman, hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting," ucap Reynold berusaha mengelak. "Baiklah, jangan murung seperti itu nanti jauh dari jodoh," ucap paman Ismun seraya tersenyum, lalu membalikkan badan untuk meninggalkan Reynold yang masih duduk dengan tatapan mata aneh dan wajah bingung seolah memikirkan sesuatu. "Paman," ucap Rey
Read more

Bab 37

Godaan panas yang mendingin Monalisa duduk dengan kaki menyila di shofa, di ruang kerja yang ada di kantor Reynold. Dia menyandarkan punggung, menatap pintu masuk, menunggu kedatangan Reynold. Monalisa memainkan kukunya yang di cat dengan warna senada dengan dress yang dikenakan. Beberapa menit setelahnya terlihat Reynold masuk ke dalam ruang kerjanya, dia melihat ke arah Monalisa, ternyata gadis itu benar benar menunggunya. "Rey akhirnya kau datang juga," ucapMonalisa seraya tersenyum."Kemarilah," pinta Monalisa. Terlihat Reynold berjalan ke arahnya, tepat duduk di sebelahnya, Reynold menyandarkan punggung, berusaha membuat tubuhnya nyaman.  M
Read more

Bab 38

Masalah Hidup Dewantari memasuki ruangan Reynold, gadis cantik yang terlihat lugu itu, dengan balutan dress sepanjang lutut dan juga berlengan panjang, dress berwarna biru muda yang cukup sopan, tidak ada bagian yang terbuka.  Di dalam ruangan Reynold, dia hanya bisa diam, melihat ke arah Reynold yang sudah mulai melihat dan mengamatinya dengan serius. Dewantari tidak bisa melakukan apa apa, dia sudah masuk ke ruangan itu, dia harus menyeleseikan misinya, terpilih tetap tinggal atau pergi tanpa kesempatan lagi. Tidak ada suara apapun, hening, Reynold masih mengamati dengan serius, tidak ada pandangan mata dari Dewantari, dia tertunduk.  "Apa yang kau inginka
Read more

Bab 39

Salah Jalan Di luar ruangan, terlihat sekretaris Pete sedang berbincang dengan Dewantari, beberapa kali Dewantari melihat ke arah ruangan Reynold yang pintunya tertutup, menandakan jika mereka sedang membicarakan tuan muda yang arogan namun memiliki hati yang lembut itu. Dewantari terlihat memeluk sekretaris Pete, beberapa kali menunduk, mengucapkan terimakasih.  Sekretaris Pete menghela nafas panjang, berjalan ke arah ruang meeting, di sana sudah ada beberapa gadis yang masih menunggu. Sekretaris Pete berbincang dengan Exo, gadis cantik berperawakan tomboi. Dari segi penampilan, dia jauh dari tipe yang disukai oleh tuan muda Reynold. Sekretaris Pete berusaha mempersiapkan Exo dengan baik, semua hal bisa terjadi, mungkin saja selera tuan muda Reynold akan berubah setelah melihatnya.  
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status