Beranda / CEO / Gadis Perawan Untuk CEO / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Gadis Perawan Untuk CEO: Bab 141 - Bab 150

246 Bab

Bab 140

Hal itu terulang lagi"Rey, masih sakit?" bisik Devanka di depan pintu kamar mandi. Tidak ada jawaban dari Reynold, yang terdengar hanya suara guyuran air masuk ke dalam toilet.Reynold terlihat menghela nafas panjang, lalu keluar dari dalam kamar mandi, hanya menggunakan handuk di bagian bawah tubuhnya. Ini sudah ke lima kalinya dia bolak balik ke kamar mandi, karna perutnya yang terasa sakit dan pencernaanya sedikit terganggu.Devanka tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya."Maaf," bisik lirih Devanka dengan tetap mempertahankan senyum lebarnya."Aku tidak menyangka perutmu akan sesultan itu, aku fikit semua orang akan baik baik saja dengan makanan enak itu," ucap Devanka.Reynold melempar tubuhnya ke tempat tidur, tubuhnya terlihat lemah."Minta Nori membuatkanku teh jahe hangat dan bubur lembut," ucap Reynold. "Ba-baiklah," ucap Devanka yang segera meninggalkan kamar dan menuju ke arah dapur."Bagaimana keadaan tuan muda Reynold nyonya?" tanya Nori khawatir."Masih sakit
Baca selengkapnya

Bab 141

Sebuah AncamanDevanka berdiri di depan pintu apartemen Monalisa, dengan wajar yang khawatir, beberapa kali mengetuk pintu unit apartemen yang Monalisa tinggali.Devanka melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, menunjukkan pukul satu siang. Devanka khwatir Monalisa akan kelaparan, dia pasti belum sarapan, kekhawatiran Devanka terlihat jelas dari wajahnya.Cukup lama Devanka menunggu, lebih dari lima menit dan sepertinya cukup aneh."Apa dia pergi," gumam Devanka. Beberapa detik tiba tiba terdengar suara pintu di buka.Muncullah sosok Monalisa dengan masih memakai baju tidur yang sangat tipis."Kau belum mandi?" tanya Devanka."Oh, Dev, aku kira kau tidak datang," ucap Monalisa seraya melirik ke arah dalam.Devanka melihat gelagat aneh itu."Ada orang?" tanya Devanka curiga, lalu dia mendesak masuk."Dev, Dev, Dev," ucap Monalisa gugup melihat Devanka memaksa masuk ke dalam apartemennya. Ya, di dalam unit apartemen Monalisa terlihat sosok seorang pria, Devanka meng
Baca selengkapnya

Bab 142

Langkah Gila Monalisa "Melodi, berilah sedikit informasi, kita bersahabat sudah lama, apa ada sesuatu yang kau tahu?" tanya wartawan Muh pada Melodi yang ternyata adalah sahabatnya semasa duduk di perguruan tinggi. "Muh, jangan tanya mengenail hal itu, aku bekerja di sana dan aku tidak akan membiarkan perusahaanku hancur," ucap Melodi. "Melodi, kondisi perusahaan media tempatku bekerja juga sedang tidak baik baik saja, aku butuh satu berita viral, hanya satu, aku janji akan mengolahnya dengan baik supaya tidak merugikanmu," ucap wartawan Muh melancarkan rayuan. Melodi terdiam, dia terlihat menghela nafas panjang. "Apa keuntunga yang akan aku dapat jika memberikanmu sebuah informasi yang penting," ucap Melodi, mendengar hal itu wartawan Muh terlihat mengulaskan nyenyum tipis, di ujung bibirnya namun terlihat begitu jelas. "Kita bisa membuat narasi yang bagus, aku akan menempatkanmu sebagai seorang pahlawan, itu cukup bagus untuk karirmu, kita akan mencari fakta terdalam sebelum
Baca selengkapnya

Bab 143

Conference pers"Melodi, kau sudah mengetahuinya?" tanya wartawan Muh pada Melodi melalui panggilan telephone."Muh, ini masih pagi, masih jam lima pagi, kau mengganggu sekali," ucap Melodi yang terlihat masih berada di tempat tidur."Hari ini nona Monalisa akan mengadakan Conference pers, tadi Yahya memberitahuku, dia adalah wartawan di majalah Populer artis," ucap wartawan Muh. Mendengar hal itu seketika mata Melod yang tadinya mengantuk dan tubuhnya yang lemah seketika menjadi terang benderang penuh dengan energi."Apa? Kau tidak bercanda bukan," ucap Melodi."Tidak Melodi, aneh sekali kenapa hanya terbatas orang orang tertentu saja yang tahu mengenai hal ini," ucap wartawan Muh."Di mana conference pers itu berlangsung?" tanya Melodi mendesak."Di Hotel Graha, ada sekitar sepuluh wartawan dari media televisi dan cetak, undangan terbatas namun sepertinya sudah direncanakan," ucap wartawan Muh. Melodi segera menutup sambungan itu."Melodi, Melodi, aih, kebiasaan, kau selalu menutup
Baca selengkapnya

Bab 144

NegosiasiPertemuan berakhir, semua orang sudah pergi, Reynold dan Devanka berada di ruang tunggu khusus tamu VIP. Mereka akan mengadakan pertemuan tertutup dengan Monalisa, untuk bernegosiasi. Langkah ini diambil sekretaris Pete demi mengantisipasi segala kejadian di masa depan.Reynold melirik ke arah Devanka, mau menanyakan sesuatu hal yang sepertinya sedikit sensitif namun harus benar benar diketahuinya."Dev," ucap lirih Reynold."A-apa, kau benar benar hamil?" tanya Reynold lirih.Mendengar hal itu Devanka menatap ke arah suaminya, memandangnya cukup lama, sekian detik, lalu tersenyum."Maafkan aku Rey," ucap lirih Devanka."Ja-jadi kau tidak benar benar hamil?" tanya Reynold."Aku harus melakukan ini demi menyelamatkan keluarga kita," ucap Devanka.Dia menarik fikirannya, mengingat waktu di mana dia berbincang dengan sekretaris Pete di sambungan telephone."Dev, hari ini Monalisa akan mengadakan pertemuan dengan wartawan," ucap sekretaris Pete memberi informasi."Apa paman? Bag
Baca selengkapnya

Bab 145

Keputusan ReynoldReynold dan Devanka sudah berada di rumah, mereka terlihat menemui kakek Hamzah di kamarnya. "Kakek sudah mendengar semuanya, bagaimana keputusanmu?" tanya kakek Hamzah. Mendengar hal itu Reynold hanya terdiam, berusaha memahami situasinya secepat dan sebaik mungkin."Mungkin kau bisa memilih yang pertama, lebih baik kita kehilangan uang dari pada harga diri dan nama baik, kau tidak harus menikahinya," ucap kakek Hamzah."Tapi kakek, apa dengan itu akan membuat kita yakin bahwa anak itu," ucap Reynold terhenti."Kita buat perjanjian yang jelas, jangan sampai dia mengatakan apapun pada media, itu yang penting. Setelah anak itu lahir, situasi bisa berubah, kakek akan mengurus semuanya, kau akan mendapat kejelasan. Wanita itu hanya menginginkan uangmu, dia tidak memperdulikan harga diri, berbeda dengan kita, berikan apa yang dia mau dan lakukan yang terbaik setelahnya," ucap kakek Hamzah."Ba-baik kakek," ucap Reynold."Ingat Rey, harga diri seorang pria itu sangat pen
Baca selengkapnya

Bab 146

Kasih Seorang Ayah"Nyonya, ada tuan Lumawi datang," ucap Nori pada Devanka yang terlihat sibuk menata bekal."Ayah? oh iya Nori, aku akan segera menemuinya," ucap Devanka. Dia terlihat bergegas menyeleseikan pekerjaannya, menyiapkan bekal yang akan dibawanya ke tempat Monalisa."Ayah, kenapa tidak memberi tahu dulu," ucap Devanka setelah melihat ayahnya duduk di ruang tengah. "Dev, ayah sangat merindukanmu," ucap pak Lumawi seraya merentangkan tangan, seolah menunggu putri kecilnya berlari ke arahnya untuk mendaratkan pelukan hangat. "Ayah," ucap lembut Devanka seraya mendekat dan memeluk ayahnya. "Ayah sudah makan pagi?" tanya Devanka seraya mengajak ayahnya duduk."Sudah, tidak perlu repot repot, ayah membawa croissant, ada yang beku juga," ucap pak Lumawi seraya melihat ke arah bungkusan yang ada di sebelah tempat duduknya."Terimakasih ayah," ucap Devanka lembut."Kau sudah jago membuat croissant?" tanya pak Lumawi."Ya, cukup jago ayah, lebih enak buatanku dari pada buatan No
Baca selengkapnya

Bab 147

Mereka MenghilangPolisi datang, hanya ada Monalisa di pinggir jembatan. Dengan wajah penuh kebingungan, kaget, bercampur penyesalan, tidak tahu harus bagaimana, berdiri mematung, dengan air mata yang menetes sebutir demi sebutir.Tiga menit lalu."Aku tidak akan melepaskanmu Dev," ucap Reynold."Berjanjilah tidak akan pernah melepaskanku,"lanjut Reynold.Tidak disangka, Reynold membiarkan tubuhnya mengikuti arah yang menurutnya benar, mereka berdua jatuh ke sungai dengan aliran air begitu deras, seketika lenyap, tak terlihat. Monalisa yang melihat kejadian itu hanya bisa berteriak, histeris, tidak menyangka akan menyaksikan hal gila ini."Rey, apa kau benar benar begitu mencintainya," bisik Monalisa. "Nona, di mana tuan muda Reynold,"tanya salah seorang polisi yang baru tiba di sana. Tidak ada jawaban, Monalisa hanya bisa menatap dengan pandangan kosong, seraya terus mengalirkan air mata. "Nona, katakan sesuatu, apa mereka jatuh?" tanya polisi itu lagi. Terlihat beberapa anggota
Baca selengkapnya

Bab 148

Harapan TinggiDi apartemen Monalisa, dirinya dan Mike terlibat pertengkaran yang cukup hebat."Mike, kenapa kau melakukan itu," ucap Monalosa seraya berderai air mata."Aku memang menyuruh orang untuk menakut nakutinya, namun semua diluar dugaan," ucap Mike."Kenapa kau membunuhnya, juga Reynold, bagaimana dengan anak ini," ucap Monalisa dengan mata yang memerah, berair dan tajam menusuk lawan bicaranya."Apa kau yakin mereka tidak selamat?" tanya Mike."Siapa orang yang bisa selamat dari sungai sedalam dan sederas itu, kemungkinannya sangat kecil," ucap Monalisa."Monalisa, bukankah hal ini bagus, kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan mengenai tes DNA, jika pria itu tidak ada, keluarga Hamzah akan mengakuinya, sesuai perjanjian yang sudah disepakati," ucap Mike berusaha menjelaskan situasi."Mike! Aku ingin Reynold, aku hanya ingin tidak ada orang yang menghalangiku, bukan melenyapkannya," ucap Monalisa dengan nada tinggi. "Monalisa, maafkan aku, semua diluar rencana," ucap Mike. M
Baca selengkapnya

Bab 149

Dunia BaruMobil yang Reynold dan Devanka tumpangi berhenti. Jam menunjukkan pukul delapan pagi, berarti mereka sudah melakukan perjalanan sekitar lima jam, dengan kecepatan sedang. Reynold dan Devanka turun dari mobil."Kau melakukan perjalanan selama lima jam dan hanya membayarku sembilan puluh ribu, berterimakasihlah," ucap pak Memet.Reynold melihat ke arah sekeliling, pepohonan hijau, lereng bukit, udara dingin, sejuk, sepi. Ini bukan di Jakarta, ini..."Kau bawa ke mana aku dan istriku!" teriak Reynold dengan suara sedikit tinggi dan murka. Dia merasa dipermainkan dan ditipu."Kau ini, sudah ditolong tidak tahu diri," ucap pak Memet merasa tidak bersalah."Ini Jekarta, kau mau ke Jekarta kan, ini sudah sampai di Jekarta," ucap pak Memet."Jekarta?" tanya Reynold menirukan logat bicara pak Memet."Apa sama dengan Jakarta? ibu kota?" tanya Reynold menelisik."Oh, kau mau ke Jakarta, kenapa tidak bilang, Jakarta letaknya ada di balik gunung itu, sekitar seribu kilometer dari sini,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
25
DMCA.com Protection Status