Home / Romansa / (Not) His Sugar Baby / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 81 - Chapter 90

318 Chapters

Manusia Ngidam

“Cuma melelehkan cokelat, bukan besi. Kenapa lama sekali, Lion?” Nada tidak sabaran berulang kali memecah konsentrasi pria yang sedang sibuk mengaduk dan menekan tumpukan cokelat batang yang ditim di atas didihnya air. Ada 10 batang telah dihancurkan menjadi keping – keping untuk memudahkan kegiatan Lion. Dia membutuhkan beberapa waktu lagi menunggu sampai cokelat itu benar – benar meleleh agar bisa disajikan. Tadi, sebelum akhirnya berada di dapur. Lion mendapat panggilan mendadak yang harus diterima tanpa bisa dibantah. Pergi mencari makanan apa saja yang berbau cokelat dalam jumlah banyak. Bukan kali ini saja dia mendapat perintah tidak masuk akal, karena keanehan luar biasa yang ditemui belakangan ini sungguh membuatnya kelimpungan. Beberapa kali sempat terjadi, salah satunya tempo hari lalu dan itu berlangsung di tengah malam buta. Lion diminta pergi mencari makanan yang nyaris tak pernah tersedia di restoran Italia yang beroperasi selama 24 jam. Kala itu, Lion harus bisa mene
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

Kisah Tak Sempurna

“Keep going, Rose.”Erangan kenikmatan terus berpacu dengan pernyatuan yang beradu cepat. Tekanan naik turun, hingga reaksi mengetat dan melonggar menciptakan sensasi menggelitik pada insan yang tengah bercinta.Jemari besar itu meraih puncak dada yang menantang, memelintirnya secara bersamaan tatkala sang wanita masih bergerak liar.“Ah.” Desahan meraung bebas dari bibir ranum yang tampak begitu menggoda ketika tangan besar dari prianya meremas bongkahan dada yang dia miliki dengan kuat.“Hold on.”Pernyatuan dari keduanya berlanjut semakin kasar. Pria yang berada di posisi bawah, menyentak kuat tubuh seksi yang selalu memuaskannya di atas ranjang. Semakin dia bergerak secara beringas, semakin dekat gelenyar aneh membelainya sampai ke awang – awang.“Keluar bersama.” “Oh. Rose.”Hentakkan itu tertahan saat semburan magma melumasi daging di dalamnya. Napas mereka kian saling memburu dengan sosrot saling menyatu. Netra sebiru samudra menatap teduh wanita pemilik aksa hazel yang hanya
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more

Dia Milikku

“Sekarang katakan apa maksudmu tadi, Sugar.” Theo menarik pinggang Rose, mendekap erat – erat tubuh ideal yang sangat pas dengan posturnya. Lantas memainkan helaian rambut Rose hingga menjadi acak.“Lepaskan dulu.” Rose berusaha menarik lepas lengan kokoh yang tak terganggu gugat, sesekali dia menepuk dan memberi cubitan kuat. Namun, hasilnya tetap sama, nihil. Hanya senyum yang tampak mengejek.“Just let me know, and I’ll let you go.” Bisikan sensual disertai jilatan di cuping telinga membuat Rose bergidik menjauhkan wajah. “Kau harus janji tidak akan marah setelah mendengar ini,” ucapnya sembari melotot dan mendorong dada bidang Theo sebagai pemisah.“Ya. Aku janji tidak akan marah. Katakan, apa maksudmu ‘demi anakku’?”Jemari Rose bergerak menutup bibir Theo yang saat ini terkatup rapat. Dia mencoba menahan tawa yang akhirnya melengkungkan senyum lebar.“Tunggu. Biarkan aku bernapas dulu. Aku ingin terta—“ Suara Rose tercekat. Kemudian dia menutup wajah dengan kedua tangan. Terden
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more

Kau Istrinya?

“Theo, menyingkir!”Bugh!Maksud hati ingin menarik Theo dari kemungkinan terburuk, karena ketidaksadaran Sean telah membahayakan nyawa orang lain, justru menjadikan Rose sebagai sasaran empuk. Pukulan yang seharusnya Sean berikan pada Theo mendarat di wajahnya, yang kini harus menanggung rasa sakit. Hantaman itu terlalu keras membuat tubuh Rose berpaling, sedikit lagi—nyaris menyentuh lantai, kalau saja Theo tidak menangkapnya dengan sigap.Atmosfer yang semula tak terkendali kian mereda. Keadaan berangsur hening tatkala Sean terdiam dengan perasaan penuh rasa bersalah. Dia memperhatikan setiap gerakan Theo yang terlihat begitu memuja, teramat pelan membawa Rose untuk berdiri tegak dan menyugar helaian rambut yang menutup wajah cantik itu. Dalam sekejab ekspresi Theo berubah tajam. Darah yang sedikit mengalir dari sudut bibir Rose benar – benar memancing kemarahannya. Seujung kuku pun, tidak ada yang boleh menyakiti Rose. Hanya dia—hal demikian sudah sering Theo tekankan. Dia tida
last updateLast Updated : 2022-05-17
Read more

Iya!

“T bilang padaku kau istrinya. Apa itu benar?” Rose terdiam, berusaha memahami maksud dari pertanyaan Sean. Yang lebih tidak Rose mengerti, kenapa Theo harus membuat pernyataan seperti itu saat mereka berdua tidak terikat hubungan pernikahan. Theo memang mengambil seluruh dokumennya, itu pun yang Rose tahu hanya digunakan untuk mengisi beberapa hal penting di dalam surat perjanjian antara taruhan yang pria itu menangkan. Selebihnya tidak ada hal konyol yang bisa Rose pertanyakan. Atau Theo sengaja melakukan kebohongan? Pikir Rose dalam hati. Dengan begitu, Sean tidak punya pilihan selain pergi melupakan hubungan mereka yang lebih dulu kandas.Mungkin sebaiknya Rose melanjutkan sesuatu yang sudah Theo mulai. Ini kesempatan baginya untuk terbebas dari perselisihan tak berkesudahan dua pria bersaudara itu.“Ya. Itu benar,” ucap Rose pelan sembari menyembunyikan tangan kirinya di balik tangan kanan. Dia tahu apa yang Sean cari, sorot biru itu hanya tertuju pada satu titik. Tidak ada c
last updateLast Updated : 2022-05-18
Read more

Penculik Kurang Ajar

“Sean! Ada yang mencarimu.” Charlotte menggebrak pintu rawat rumah sakit secara tiba – tiba, lantas menutup pintu itu kembali. Napasnya terengah mendekati Sean yang terbaring di atas blankar. Membuat pria yang berusaha memejam, kembali membuka mata lebar – lebar.“Siapa?” tanya Sean pelan, masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya.“Tidak tahu. Penampilan orang itu seperti bukan orang sembarangan dan terlihat sangat berkelas.”“Di mana dia sekarang?”“Tadi ada di meja resepsionis. Aku sempat mendengarnya bertanya pada suster di mana ruangan kau dirawat.”Dahi Sean berulang kali berkerut heran. Dia menatap langit – langit rumah sakit. Bertanya dalam hati, siapa kira – kira orang yang mencarinya. Belum usai pikiran Sean melanglang buana. Suara pintu terbuka secara tidak langsung menarik perhatian dua orang di dalam kamar rawat. Sean dan Charlotte berpandangan ke arah yang sama. Ambang pintu di mana seseorang tengah berdiri dengan pelawakan angkuh. Gigi Sean sontak bergemelatuk penuh
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

Menjadi Awal

Netra cokelat itu mengerjap, berusaha membiasakan diri dari cahaya lampu yang menyorot wajahnya. Asing. Tidak tahu sedang berada di mana ... Rose benar – benar dibangunkan rasa pusing, setelah ditidurkan oleh sesuatu yang menusuk daging.Dia berpaling, menemukan seorang pria tampan sedang di sampingnya dengan mata terpejam. Wajah adonis itu terlihat murni, polos seperti tanpa dosa saat sedang terlelap.Tanpa sadar lengan Rose terulur, jemarinya menyentuh dahi Theo sebagai permulaan—dilanjut dari sentuhan batang hidung hingga ke bibir bawah yang bagian tengahnya sedikit terbelah. Lama kegiatan itu berlangsung, tiba – tiba tubuh Rose tersentak ketika sebuah tangan mencekal pergelengannya.“Sudah puas?” Suara khas bangun tidur terdengar begitu seksi. Wajah Rose memerah menahan rasa malu setelah sorot abu – abu Theo terbuka, menatapnya dengan kerlingan nakal.Rose melotot. “Lepaskan tanganku,” ucapnya sembari berusaha melepaskan diri dari genggaman Theo.“Tidak akan. Aku mau tahu, tadi
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more

Esmeralda

“Dan, satu lagi. Apa kau bisa mencukur bulu – bulumu yang menjijikkan ini? Mereka sangat menggangguku.”Rose merasakan gerakan kecil Theo yang memisahkan tubuh mereka. Masih dengan sentuhan di bahu, pria itu menyorot wajahnya, seakan sedang menantang dan meremehkan ... terlihat dari sudut bibir yang melengkung tinggi.“Sepertinya ada sesuatu yang beda. Aku rasa kemarin kau tidak terlalu mempermasalahkan tentang bulu dada. Aku terlanjang di depanmu pun kau tidak protes. Kenapa sekarang tiba – tiba kau memintaku mencukurnya?”Theo menyugar beberapa helaian rambut pirang Rose ke belakang. Jemarinya lagi – lagi menggenggam sisa surai yang ada di pundak wanita memesona itu dengan satu kepalan tangan. “Berikan aku alasan lebih jelas. Nanti aku akan coba pertimbangkan, menuruti keinginanmu atau tidak,” ucapnya seraya menunduk. Bibir Rose yang tampak terbuka dan tertutup—ragu ingin mengatakan sesuatu, benar – benar menarik rasa penasaran Theo lebih dalam. Sebelah lengannya terulur mengusap ku
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

Si Bejat Tak Kasat Mata

“Bagaimana bisa Anda menyembunyikan hal penting seperti ini dari tuan, Nona? Sebelum membawa Anda kemari, tuan sempat membius Anda secara total. Dan itu sangat berisiko bagi janin yang sedang Anda kandung. Apalagi kehamilan Anda masih berada di trimester pertama.” Travis menjeda sebentar, berdecak tidak habis pikir. Semoga saja Theo tidak marah besar ketika mendengar hal demikian.Berat hati Travis menarik napas dalam – dalam dan mengembuskannya kasar. “Maafkan saya, Nona. Tapi setelah tuan kembali, saya akan memberitahu beliau bahwa Anda sedang mengandung.”Rose berpaling cepat. Tidak ada yang lebih berarti dari pernyataan panjang kali lebar Travis, kecuali kalimat terakhir yang pria itu lontarkan. Travis tidak bisa bersikap seperti itu. Sungguh. Dengan yakin Rose menggeleng, berusaha menenangkan perasaan yang mendadak kacau. “Aku mohon padamu, Dokter. Jangan katakan ini pada tuanmu. Jangan sekarang, aku belum siap.”Hati – hati Rose mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menatap Trav
last updateLast Updated : 2022-05-26
Read more

Balas Dendam

“Lion,” panggil Rose sayup – sayup. Berulang kali menyebut nama yang sama.Suatu kebetulan Lion berlalu melewati depan pintu kamar Theo, saat Rose tak punya pilihan selain bertahan di posisinya—urung beranjak keluar usai menyadari betapa besar gedung tempatnya bernaung. Rose sempat menutup pintu yang masih dipegang ganggangnya. Namun, suara derap kaki Lion yang terjeda setelah dihentikan memberi peluang kecil. Rose menenggelamkan separuh tubuh di balik pintu. Dia melambaikan tangan—meminta Lion untuk mendekat. Sesekali Rose berpaling ke arah ranjang. Bersyukur Theo masih bergelut dengan lelap di sana. Rose akan gencarkan pembalasan dendam.“Ada apa, Nona?” tanya Lion disertai kernyitan heran.“Sstt. Bicara pelan – pelan,” ucap Rose seraya meletakkan jari telunjuk di depan bibir. “Come here, aku butuh bantuanmu.”Isyarat memintanya untuk menunduk Lion ikuti. Dia mendekatkan wajah, mendengar dengan saksama penuturan di balik bisikan Rose. Permintaan Rose terasa aneh. Lion sedikit menja
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more
PREV
1
...
7891011
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status