Terseok-seok Miranda dan Claretta menyeret langkah. Tumit Miranda bahkan lecet."Mom, sampai kapan kita akan terus berjalan? Aku capek, Mom! Lihat nih! Kakiku lecet semua."Claretta berhenti, memperhatikan kaki putrinya yang mengeluarkan darah. Hatinya pun ikut berdarah-darah.Sedari kecil Miranda terbiasa manja, tapi sekarang menderita. Bermandikan peluh, menyusuri jalanan yang mulai gelap."Mom, aku takut," rengek Miranda, merapatkan tubuh pada Claretta. "Mommy masih punya uang tunai, kan? Ayo ke hotel, Mom. Aku tidak tahan lagi. Banyak nyamuk di sini."Claretta mengeluarkan dompet. Gara-gara terus memikirkan nasibnya yang malang, ia melangkah tanpa tujuan. Lupa bahwa anak gadisnya tidak terbiasa hidup susah."Sebentar! Mommy cek dulu!"Grep!Sedang asyik-asyiknya dia menghitung lembar demi lembar dari uang yang tersisa, sebuah tangan menyambar dompet yang dipegangnya dari atas motor berkecepatan tinggi."Jambreeet! Tolooog!"Claretta dan Miranda berteriak panik.Claretta memukul ke
Read more