Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 231 - Chapter 240

448 Chapters

Bab 231

Gegas Syadid menghubungi sekretarisnya, memberi perintah, "Batalkan dan atur ulang semua jadwal pertemuan hari ini dengan klien!""Baik, Pak!"Gallen menonton ketegangan Syadid dengan alis bertaut. "Jika Anda mengorbankan semua klien Anda hari ini demi diriku, itu tidak perlu. Aku minta maaf karena telah mengacaukan hari Anda!"Gallen merasa dirinya seperti sebuah bom yang baru saja meledakkan tempat yang tenang."Anda tidak perlu merasa bersalah, Tuan Muda Kyler. Mengorbankan janji temu saya dengan mereka tidak sebanding dengan kedatangan Anda ke kantor saya. Saya benar-benar mendapatkan durian runtuh karena Anda sendiri yang datang menemui saya."Syadid mengemas tas kerjanya. Memasukkan dokumen penting yang baru diterimanya dari Grizelle."Mari, Tuan Muda Kyler! Kita tidak punya banyak waktu lagi."Meski tak paham dengan perilaku Syadid, Gallen tetap mengekori lelaki itu. Ia yakin, Bibi Rose pasti punya maksud tertentu."Aku naik motor saja," ujar Gallen ketika dilihatnya Syadid aka
Read more

Bab 232

Syadid menyongsong lelaki renta setengah lumpuh itu setelah menaruh tas kerjanya di atas meja."Ayah, aku datang!" Syadid berjongkok di depan ayahnya.Jemarinya menyeka cairan hangat yang mengaliri sudut mata ayahnya."Jangan menangis lagi, Ayah! Aku telah menemukannya."Syadid bergeser, kemudian memutar kepala ayahnya, mengarah kepada Gallen. "Lihat di sana, Ayah! Dia yang selama ini Ayah cari."Detik berikutnya, Syadid bangkit, mengambil alih pegangan kursi roda dari tangan perawat ayahnya.Dia mendorong kursi roda itu mendekati Gallen.Gallen memindai wajah lelaki tua di atas kursi roda dengan pandangan iba sekaligus bertanya-tanya."Tuan Muda Kyler, kenalkan ... ini ayahku, Akmal Dewantara."Gallen merasakan kepiluan dalam nada suara Syadid saat memperkenalkan ayahnya.Rasa prihatin menuntun langkah kaki Gallen untuk mendatangi Akmal."Halo, Tuan Dewantara," sapa Gallen, memamerkan senyuman hangat seorang anak kepada ayahnya. Pertemuan itu mengingatkan Gallen pada Ghifari.Bola ma
Read more

Bab 233

"Ayah, kurasa sekarang saatnya, bukan?" Syadid menunggu keputusan Akmal.Akmal memutar bola matanya pada Gallen. Memperhatikan lelaki itu dengan tatapan lekat."M–m–mirip s–se–k–k–k–kali!""Tentu saja, Ayah. Ini benar-benar Tuan Muda Kyler. Aku telah meminta seorang detektif terkenal untuk menyelidikinya. Ayah tahu siapa dia?"Syadid riang sekali mengajak ayahnya berteka-teki. Saat bibir Akmal mengerucut, dia meraih tas kerjanya, mengeluarkan dokumen dari Grizelle."Lihat ini, Ayah! Ini semua adalah data tentang Tuan Muda Kyler. Sekarang Ayah tidak hanya harus bersemangat untuk bertahan hidup, tapi juga untuk sembuh. Ayah tentu tidak ingin melewatkan perkembangan Tuan Muda Kyler untuk menuntut keadilan, bukan?"Bulu mata Akmal bergetar. Sudut bibirnya tertarik ke samping, siap untuk menangis lagi. Namun, kata-kata Gallen sebelumnya menjentik ingatannya. Dia tidak boleh mewek, atau Gallen akan pergi.Akhirnya dia mengangguk pelan."Aku yakin Ayah akan sembuh. Ayah pasti bisa, Ayah!" Sy
Read more

Bab 234

"Ayah Anda memang punya seorang adik. Dia Tuan David Kyler.""Kenapa pamanku tidak mendapat bagian saham?"Syadid tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Gallen. Ayahnya belum sempat menjelaskan semuanya.Pada hari menjelang ayahnya pergi meninggalkan rumah untuk menghadiri pemakaman Rianna, Akmal hanya menyerahkan salinan dokumen tersebut beserta catatan berisi pesan.Jika ayahnya tidak bisa pulang dengan selamat, maka dia harus menggantikan ayahnya untuk mencari Gallen. Sehelai foto anak lelaki berusia TK terlampir di balik catatan itu."Um ... i—"Syadid menjeda penjelasannya. Lampu yang menggantung pada langit-langit berkedip dan berubah warna menjadi merah."Gawat!" ceplosnya seraya bangkit. "Kenny, sembunyikan ayahku!""Baik, Tuan!"Lelaki bernama Kenny itu segera melarikan Akmal, memasuki ruang yang lain."Apa yang terjadi?" tanya Gallen, ikut tegak, mengawasi ekspresi cemas di wajah Syadid."Penyusup," sahut Syadid.Jarinya gemetar saat menyingkap sebuah lukisan di dinding. Ia
Read more

Bab 235

"Tuan, aku suka rumah ini! Aku akan membelinya! Apa harganya tidak bisa ku—"Gallen terdiam begitu dua moncong senjata mengarah kepadanya saat ia berteriak keluar dari kamar pembantu.Pelan-pelan ia mengangkat tangan. Tatapannya melirik pada Syadid yang tergeletak tak berdaya di lantai.Betapa malangnya. Pengacara muda itu meringis setiap kaki lelaki bertopeng menekan dadanya.Dalam hati Gallen merasa miris melihat tubuh Syadid babak belur demi melindungi dirinya."A–aku ... hanya calon pembeli rumah ini. A–aku bukan penjahat!" ujar Gallen terbata.Si lelaki bertopeng menyipitkan mata. Ia membandingkan wajah Gallen dengan foto yang tersimpan di galeri ponselnya. Wajahnya yang tersembunyi menyemburatkan perasaan kecewa."Ayo, pergi! Bukan dia!"Komandan penjahat itu berbalik, diikuti oleh anak buahnya.Namun, sebelum mereka berhasil meraih pintu, empat jarum kecil mendesing di udara. Pada detik selanjutnya, empat tubuh mengeluarkan suara bergedebuk seperti nangka jatuh.Mereka semua pin
Read more

Bab 236

"Tuan Muda, tempat ini sudah tidak aman. Para penjahat itu sudah mengetahuinya. Siapa pun dalang di balik tindakan kejam mereka, orang itu pasti akan dapat menebak bahwa ayah saya bersembunyi di sini.""Justru karena mereka sudah tahu, maka tempat ini menjadi tempat paling aman bagi ayah Anda untuk bersembunyi.""Tolong, jangan terlalu sopan pada saya, Tuan Muda! Saya berutang nyawa pada Anda. Perlakukan saya sebagai bawahan Anda saja. Saya merasa tidak enak hati setiap kali Anda merujuk kepada saya dengan sapaan formal," protes Syadid."Tidak usah sungkan! Usia Anda sepuluh tahun lebih tua, tidak pantas bagiku untuk memanggil Anda seperti layaknya menyapa teman. Anda juga terlalu muda untuk menjadi pamanku."Lagi pula, Anda bukan bawahanku. Anda sendiri yang bilang bahwa ayah Anda adalah sahabat nenekku. Itu artinya kita sudah seperti keluarga. Bukankah suatu hal yang wajar bagi anggota keluarga untuk saling melindungi?"Anda tidak berutang apa-apa padaku. Sudah menjadi kewajibanku j
Read more

Bab 237

"A–Ayah? Ayah belum tidur?" Grizelle bertanya kikuk.Ghifari baru datang tadi pagi. Sialnya, Grizelle lupa akan hal itu, padahal belum dua puluh empat jam berlalu.Bisa jadi juga, kekhawatirannya terhadap Gallen yang membuatnya mengabaikan keberadaan Ghifari di ruang tengah."Kau sama saja dengan Gallen. Ditanya malah balik bertanya," sungut Ghifari, "Pantas saja kalian berjodoh. Sepertinya suatu hari nanti, aku akan mati karena penasaran. Ah, orang tua yang malang!"Grizelle merasa serba salah mendengar keluhan Ghifari. Apa itu semacam tantrum pada orang tua yang kembali bersikap seperti anak kecil?Kalau diperhatikan, Ghifari memang tampak kesepian, atau mungkin bosan karena tidak memiliki kegiatan yang menyenangkan.Ah, ada baiknya nanti ia membicarakan hal itu dengan Gallen. Ayah mertuanya butuh melakukan aktivitas yang dapat mengusir rasa bosan."Bukan begitu, Ayah. Aku ... ada barang penting yang harus kubeli.""Apa tidak bisa ditunda sampai besok? Ini sudah jam sembilan malam.
Read more

Bab 238

Mentari pagi bersinar redup. Grizelle bangun dengan gerakan malas. Duduk di tepi ranjang, memperhatikan Gallen yang sedang mematut diri di depan cermin.Kemarin malam ia ingin mencecar Gallen dengan serangkaian pertanyaan perihal ponselnya yang tidak aktif.Sialnya, sikap manis Gallen saat menemuinya di supermarket membuatnya terpana, hingga melupakan rasa penasarannya terhadap sang suami."Kenapa kau belum siap-siap? Enggak kerja?" tanya Gallen sambil mengancingkan kemeja."Aku dipecat," sahut Grizelle dengan nada lesu. Ia kembali menjatuhkan punggungnya ke atas kasur."Kok bisa?""Bisalah. Kan bukan aku pemilik perusahaannya.""Ya sudah. Tidak apa-apa. Anggap saja kau lagi cuti! Tidak bekerja pun kau tidak akan mati kelaparan. Aku masih sanggup menafkahimu."Gallen mengulum senyum melihat bibir Grizelle manyun."Aku hanya tidak terbiasa. Lagi pula, tidak melakukan sesuatu sepanjang hari akan terasa sangat membosankan. Emosi bakal jadi tidak stabil.""Kau bisa memanjakan diri dengan
Read more

Bab 239

Berjalan mengitari mal sambil cuci mata, otak Grizelle tak hentinya bekerja keras memikirkan perkataan Sandra.Tujuan hidup Sandra terdengar aneh. Kalau diingat-ingat, Grizelle belum pernah mendengar Sandra punya pacar.'Ya Tuhan! Jangan-jangan ....' Grizelle tak berani meneruskan kalimat sangkaannya. Ia menggeleng, menepis pikiran buruk yang muncul di benaknya."Kenapa? Enggak bagus ya?" Sandra tampak kecewa melihat reaksi Grizelle saat ia meminta pendapat tentang gaun yang ia pilih.Ditaruhnya gaun itu ke tempat semula. Tangannya meraih gaun yang lain.Ia menyikut Grizelle, "Kalau yang ini bagaimana? Bagus, enggak?"Grizelle tersadar dari lamunannya. Diliriknya gaun yang dipamerkan Sandra, tapi ia tidak mengatakan apa pun.Pandangannya beredar, menyelisik setiap helai gaun yang terpajang."Ini bagus! Kayaknya cocok sama kamu," komentarnya, menyentuh gaun berbahan lembut yang tadi diperlihatkan Sandra kepadanya.Sandra mengernyit. "Tapi tadi kamu tidak bilang begitu.""Huh? Kapan? Ak
Read more

Bab 240

Grizelle menganggap angin lalu kemarahan Miranda. Ia menyibukkan diri dengan memilih gaun yang akan dibelinya."Ini bagus!" puji Grizelle, melihat gaun berwarna lavender."Ini punyaku!" sambar Miranda.Jemari Grizelle pindah ke gaun yang lain."Yang ini juga!"Setiap kali tangan Grizelle ingin meraih baju incarannya, Miranda selalu merebutnya.Sandra yang mendampingi Grizelle geregetan menyaksikan kejahilan Miranda. Kalau saja Grizelle tidak terus-terusan mengodenya untuk mengalah, sudah sedari tadi ia patahkan tangan Miranda.Mata Grizelle berbinar melihat sebuah gaun berwarna merah fanta yang di pajang pada bagian atas."Mau saya ambilkan yang itu, Nona? Anda tidak akan menyesal membelinya. Itu koleksi terbaru butik kami.""Oh ya? Berapa harganya?""Alah! Sok-sokan nanya harga. Memangnya kamu bisa beli? Enggak punya uang, tidak usah kebanyakan gaya!"Miranda mencerocos sebelum karyawan butik itu sempat menggerakkan bibir untuk menyahuti pertanyaan Grizelle."Aku ada uang atau tidak,
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
45
DMCA.com Protection Status