Home / Urban / Lelaki yang Terbuang / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Lelaki yang Terbuang: Chapter 181 - Chapter 190

448 Chapters

Bab 181

Saat Gallen turun dari mobil Kenzie dan hendak masuk rumah. Miranda dan Tristan sedang duduk di teras sambil menikmati secangkir teh.Gallen menyapa mereka, tetapi mereka mengabaikannya.Tristan bahkan menggaruk telinga dengan jari seolah-olah suara Gallen adalah kotoran yang masuk ke telinganya karena terbawa angin.Gallen tidak ambil pusing. Dia meneruskan langkahnya."Cih! Dasar laki-laki tak punya harga diri! Menikah bukannya memboyong istri ke rumah sendiri, malah ikut menumpang dan menjadi beban bagi keluarga istri. Grizelle benar-benar gadis pembawa sial!"Gallen tertegun. Darah pada wajahnya berubah pekat. Tak masalah jika hanya dia yang direndahkan, tapi tidak dengan Grizelle.Grizelle adalah permata hatinya yang sangat berharga. Siapa pun yang menghina Grizelle, tidak akan pernah mendapatkan rasa hormat darinya.Namun, untuk langsung bersikap frontal, Gallen juga masih mempertimbangkan perasaan Grizelle. Terpaksa dia mendekap sabar demi istrinya."Namanya juga usaha," koment
Read more

Bab 182

Miranda bergeming. Matanya nyalang, melempar tatapan benci pada Erina. Dia tak percaya neneknya tega membentaknya demi membela cucu menantu yang tidak sederajat dengan mereka."Miranda!" Erina merasa panas hati melihat Miranda membangkang pada perintahnya."Tidak mau! Seharusnya dia yang Nenek usir, bukan aku!" Miranda mengacungkan telunjuk lentiknya pada Gallen.Dada Erina bergerak naik turun menahan geram. Napasnya mulai cepat."Tenang, Nek! Tenang! Tarik napas pelan-pelan!" bujuk Gallen. Jangan sampai penyakit sesak napas Erina kumat lagi.Setelah kegelapan pada raut wajah Erina berangsur pudar, Gallen berkata lembut, "Miranda berkata benar, Nek. Seharusnya aku keluar dari rumah ini dan membawa istriku ke mana pun aku pergi. Grizelle telah menjadi tanggung jawabku, bukan Nenek.""Baguslah kalau kamu sadar!" ejek Miranda lagi, " Cepat bawa dia pergi dari sini!""Miranda! Gallen dan Grizelle tidak akan meninggalkan rumah ini. Ini rumahku. Aku yang menentukan siapa yang berhak tinggal
Read more

Bab 183

Gallen melangkah santai di halaman belakang rumah Erina. Tidak ada lagi jejak perlengkapan pesta yang tersisa.Terik mentari melucuti tetesan peluh di setiap pori Gallen, memaksanya untuk berlindung di bawah gazebo, yang menghadap tepat ke arah kolam.Gallen duduk pada sebuah bangku dengan posisi kaki terbuka lebar. Dia membiarkan kedua sikunya bertumpu pada paha saat jari-jarinya saling rajut dan mengetuk pelan.Kasus menghilangnya Paman Yu dan pertengkaran Erina dengan cucunya berseliweran di pelupuk matanya.Mana yang harus ia dahulukan?Terlalu banyak berpikir hanya akan menunda penyelesaian. Yang diperlukan adalah sebuah tindakan nyata.Gallen mengeluarkan ponsel dan mengontak Kenzie. Namun, sebelum niatnya terlaksana, nama Kenzie telah lebih dulu muncul di layar ponselnya."Kau berhasil melacaknya?""Beres, Bos. Bergerak sekarang?""Oke. Kutunggu di depan rumah."Apa boleh buat. Menyelidiki keanehan di rumah Grizelle terpaksa ditunda dulu.Kenzie menyalakan radio untuk mengisi k
Read more

Bab 184

"Kau tak perlu menjemputku! Regan akan mengantarku ke rumahmu.""Oh. Oke!"Gallen buru-buru menghubungi Kenzie setelah selesai membaca kenangan Yunandar lewat kemampuan psikometrik yang dimilikinya.Dalam waktu tiga puluh menit, dia pun sudah tiba di sana."Tidak perlu menungguku. Nanti Kenzie yang akan mengantarku pulang," ujar Gallen begitu turun dari mobil Regan."Baiklah. Kutunggu berita terbaru darimu."Meskipun merasa kecewa karena Gallen tidak menawari dirinya untuk singgah, Regan pasrah. Sudah untung Gallen selalu bersedia untuk direpotkan dengan berbagai kasus.Gallen melambaikan tangan, sebagai balasan atas klakson pertanda pamit yang dibunyikan Regan."Kau di mana? Aku sudah tiba di rumahmu," beritahu Gallen melalui panggilan telepon."Langsung saja ke ruang kerjaku!"Gallen berjalan dengan setengah berlari menuju ruang kerja Kenzie yang berada di lantai tiga.Napasnya tersengal-sengal saat berdiri di tengah pintu."Kau lewat tangga?" kaget Kenzie, "Aduh, Bos ... kau kan bi
Read more

Bab 185

"Tidak! Aku tidak mau mati. Tolong, jangan bunuh aku!"Jerit ketakutan itu melengking tinggi berulang kali.Gallen dan Kenzie mengernyit melihat Pites meringkuk di pojok kamar.Lelaki itu menyembunyikan wajahnya di antara kedua lengannya yang mengapit kepala. Kakinya gemetar."Apa yang terjadi?" tanya Gallen pada Codet. Lelaki itu berdiri tenang di belakang Kenzie.Bibir Gallen melontar kata, tetapi tatapannya terpaku pada Pites yang terus menjerit ketakutan."Aku juga tidak tahu, Bos. Dia seperti ini setelah Tuan Kenzie pergi."Gallen mendekati Pites. Lelaki itu semakin mengerucutkan tubuhnya di pojok kamar ketika Gallen berjongkok dalam jarak dua langkah dari dirinya."Hei, tenanglah! Tidak ada yang akan membunuhmu," bujuk Gallen dengan nada lembut.Pites bergeming. Keringat yang membanjiri tubuhnya membuat kulitnya tampak berkilat, tertimpa cahaya yang menembus kaca jendela."Hei, lihat aku!" panggil Gallen, "Apa aku tampak seperti pembunuh?"Setelah berulang kali Gallen merayu, pe
Read more

Bab 186

"Jadi, apa keputusanmu?"Gallen melirik perputaran jarum pada jam dinding. Tampak jelas dia bukan orang yang sabar dalam menunggu."Tolong beri saya waktu untuk berpikir, Tuan!""Lima menit!Pites ternganga. Dia pikir Gallen akan memberinya kesempatan untuk mempertimbangkan untung ruginya selama tiga hari. Hanya lima menit? Itu adalah sebuah pemaksaan berkedok kelonggaran waktu."Kalau kau tidak butuh, lupakan!" Gallen mengibaskan tangan."T–tunggu, Tuan!"Gallen memaku tatapan pada arloji di pergelangan tangannya. "Perhitungan waktu dimulai dari sekarang!"Lima menit semesta seakan berhenti bergerak di sekitar Pites. Meninggalkan dia sendiri terombang-ambing di tengah gelombang kekacauan pikiran.Tetes keringat jatuh satu-satu sebelum akhirnya meluncur deras membanjiri leher.Otak Pites dipenuhi sejuta tanya. Makhluk seperti apa yang saat ini menginginkan kerja samanya?Namun, teringat betapa mampunya Gallen pada waktu melumpuhkannya, Pites menggeleng lemah.Jika dia menolak tawaran
Read more

Bab 187

"Kenapa mukamu merah begitu?"Gallen mengerutkan kening melihat Kenzie terdiam dan mematung saat ujung jari Falisha tak sengaja menyentuh dadanya."Oh, tidak usah. Biar aku membersihkan sendiri."Tersentak akibat teguran Gallen, Kenzie bangkit dan kabur dari ruangan.Ia mengembuskan napas kencang berulang kali di depan cermin toilet.Suhu tubuhnya meningkat. Ia merinding. Haruskah ia bersyukur atau mengutuk Falisha atas insiden kecil yang baru terjadi?Teringat Gallen dan Pites masih menunggunya di ruang privat, cepat-cepat Kenzie membersihkan diri."F-Falisha?" Kenzie tergagap mendapati Falisha berdiri di dekat pintu toilet.Falisha menyodorkan paper bag di tangannya pada Kenzie. "Pakailah baju ini! Awalnya aku berniat menghadiahkan kemeja untuk Kak Gallen, tapi sekarang ... kelihatannya Kak Kenzie lebih membutuhkan pakaian itu."Semenjak perayaan sederhana ulang tahunnya waktu itu, Falisha dan Kenzie telah mengembangkan komunikasi dengan bahasa santai."Ah, t–terima kasih!"Kenzie ta
Read more

Bab 188

"Bangunlah! Ini hari Senin. Kau tidak ingin datang terlambat, bukan?""Kenapa kamu baru membangunkan aku sekarang?"Grizelle melompat turun dari ranjang saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.Sial! Gara-gara lembur menyelesaikan pekerjaan yang harus dia presentasikan pagi ini, dia ketiduran lagi selepas subuh."Aku sudah membawakan sarapan untukmu. Makanlah sebelum kau berangkat!"Gallen meraih tas kecil yang biasa dia bawa ke kantor untuk menyimpan pakaian."Apa kau ingin aku menunggumu?" tawarnya."Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri."Bam!Grizelle membanting pintu kamar mandi."Oh. Oke. Jangan lupakan sarapanmu!"Gallen sedikit meninggikan volume suaranya agar Grizelle yang telah menghilang ke kamar mandi bisa mendengar perkataannya.Gallen memasang earphone di telinga sambil memacu motor butut kesayangannya. Nada dering masih bernyanyi di ujung telepon.Baru pada dering ke tujuh terdengar suara seorang perempuan menyahut."Tumben Bos meneleponku. Kukira sudah lup
Read more

Bab 189

Topan mendorong pelan sehelai amplop berwarna cokelat ke arah Gallen."Ambillah! Ini hakmu yang harus dikeluarkan oleh perusahaan."Gallen tidak serta merta menjangkau amplop panjang itu. Ia hanya meliriknya sekilas."Maksud Bapak apa?"Topan tersenyum tipis. "Aku mendapat laporan bahwa bulan ini kau sering tidak masuk tanpa kabar. Dalam lima hari terakhir, kau bahkan bolos kerja tiga kali."Amplop itu adalah gajimu untuk setengah bulan ini. Mulai hari ini, kau boleh mengemasi barang-barangmu dan pulang. Besok, kau tidak perlu datang lagi ke kantor."Rangkaian kata-kata Topan berayun dalam nada lembut. Tak terbias kemarahan pada suara dan wajah lelaki paruh baya itu, tetapi tatapannya sangat tegas, seperti anak panah yang meluncur dari busur."Maksud Bapak, saya dipecat?" tanya Gallen, ternganga tak percaya.Sungguh sebuah lelucon yang tidak lucu. Terakhir kali bertemu Kenzie, dia memang telah berencana untuk mengundurkan diri. Tak disangka pagi ini ia mendapat kejutan yang mencengangk
Read more

Bab 190

"Apa?!" Stephen memegang dada. Kedua kakinya tertekuk lemas. Ponsel di genggamannya terlempar dari tangan.Handoyo sigap membantu Stephen untuk duduk. "Tenanglah, Tuan! Stabilkan emosi Anda!""T–tidak mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Stephen.Tangannya yang bergetar menarik jas yang dikenakan Handoyo."Handoyo, katakan padaku! Ini tidak benar, kan? Jack, lelaki bodoh itu hanya berusaha menipuku, kan?"Handoyo tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi karena saat Stephen menerima panggilan telepon dari Jack, dia sedang ke dapur, mengambilkan minum untuk Stephen."Tenanglah, Tuan! Aku akan memastikan kebenaran berita itu untuk Anda. Bisa jadi Anda salah dengar, atau menyerap informasi sepotong-sepotong. Di luar sangat berisik."Suara mesin penebang pohon meraung, memekakkan telinga. Pagi ini, Stephen telah meminta tukang kebun untuk menebang pohon besar yang sudah cukup tua di halaman belakang kediamannya.Stephen mendesah lega. Ia menyeka keringat di keningnya dengan punggung t
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
45
DMCA.com Protection Status