Home / Thriller / Serangan Balik Berandal Seksi / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Serangan Balik Berandal Seksi: Chapter 121 - Chapter 130

207 Chapters

Manisnya Bulan Madu

“Ada apa?” tanya Morgan dengan ketus. Terlihat Nala  yang sedang menjauhi wastafel di mana krannya sedang menyala. Terlihat uap mengepul di sana. “Airnya panas sekali, Mas,” sahut Nala . Hampir saja Morgan tertawa geli melihat kelakukan polos istrinya. Mungkin istrinya belum terbiasa untuk mengontrol suhu, sehingga dia terkejut dengan suhu yang begitu mengagetkan kulitnya. “Emangnya, Mau ngapain?” tanya Morgan yang masih terdengar ketus. Terbawa oleh suasana hatinya yang tidak enak gara-gara Max.  “Niatnya ingin cuci muka, Mas. tetapi suhunya yang terlalu panas.” Morgan yang berdiri di ambang pintu pun masuk untuk mengatur suhu dengan kehangatan yang pas. Terlihat Morgan yang sedang mengetes air dengan tangannya beberapa kali supaya Nala  tidak tersiksa dengan suhu air yang terlampau panas atau dingin.“Sudah,” ucap Morgan singkat. Nala &nb
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Indahnya Bulan Madu

Morgan langsung mengambil kamera pengintai itu dan membantingnya ke lantai. Nala terlihat syok karena baru menyadari benda mungil itu di kamar mandi tersebut. “Kok ada kamera pengintai Mas?” tanya Nala yang semakin menenggelamkan diri di bath ub yang dipenuhi dengan sabun. Gairahnya menghilang  karena insiden kecil itu. Takut ada kamera lain yang mengintai mereka. “Tampaknya pria bernama Max itu terobsesi denganmu. Makanya diam-diam dia meletakan kamera kecil untuk bisa melihat dirimu ketika tidak memakai apa-apa,” jelas Morgan. Nala yang sudah ketakutan ingin bergelayut manja ke Morgan, tetapi karena dia yang tanpa memakai penutup sama sekali. akhirnya dia mengurungkan niatnya. Trauma akan kamera kecil yang mengintai, yang belum terdeteksi keberadaannya. “Kok bisa ya Mas, dia menaruh kamera di dalam kamar kita?” “Mungkin Max mengetahui rencana kita untuk pergi
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Indahnya Bulan Madu (3)

Max mematung saat pintu kamar terbuka. Tidak ada jalan lain bagi dirinya melarikan diri. Sebentar lagi Morgan yang akan memergokinya dan terjadi pertengkaran hebat di sana. Dia sudah terima dengan segala resiko yang ada dan siap untuk menghadapinya. Namun, ketakutannya tidak terbukti. Pintu itu memang terbuka dengan sendirinya tanpa ada seseorang yang berniat untuk membukanya. Max bisa bernafas dengan lega. Dia melihat ke arah Nala tangannya sudah gatal ingin menyentuh. Tetapi dia lebih baik menahannya. Dia pun beringsut keluar dari kamar itu sembari membawa bayang-bayang kemolekan Nala yang begitu menggoda. Tidak berapa lama, Morgan datang dengan membawa bungkusan makanan dan juga beberapa minuman. Dia terheran karena pintu kamar yang terbuka lebar. Dahinya mengernyit. Dengan perasaan heran, dia masuk meletakan makanan di atas meja dan kemudia bertanya kepada Nala. “Sayang,” tanya Morgan“Mas, k
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more

Indahnya Bulan Madu (4)

“Jangan kasar-kasar, Mas.”“Enggak apa-apa, Sayang. Biar lekas membesar.”“Ah, Mas nakal.”“Tapi, kamu suka kan?”  Detik berikutnya Nala hanya menjawab dengan lenguhan yang sangat menggoda. Tidak perlu jaga image untuk mengekspresikan gairah yang menggelora. Terlebih di hadapan suaminya sendiri yang tentu merasa senang jika sang istri tidak malu-malu mengungkapkan isi hatinya sehingga suami bisa lebih agresif untuk mengerjai bagian-bagian sensitifnya. Apalagi ruangan yang kedap suara membuat suara desahan bersahutan dengan lebih leluasa. Beberapa kali Nala memekik saat Morgan menyodokan sesuatu yang keras di bawah sana sembari sesekali menggesekkanya. Nala juga tidak mau menjadi mahluk pasif yang hanya menerima serangan saja, dia pun meresponnya dengan gerakan pinggul yang  aktif sehingga gesekan itu semakin nikmat terasa. Ah, Nala ingin lebih lama melakukan hal i
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Indahnya Bulan Madu (5)

Morgan membaringkan tubuhnya di samping Nala. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil menghembuskan nafasnya dengan cepat. Nala yang juga memburu nafasnya tampak tersenyum puas. Dia melirik ke arah Morgan yang tubuh perkasanya disiram oleh keringat. Seketika aroma maskulin bercampur dengan parfum musk yang khas langsung menguar kuat dihidungnya memberikan sensasi rasa nyaman dan menenangkan. Nala menggeser kepalanya di lengan bagian atas Morgan. Lalu, tangannya yang jahil menyentuh dada pria itu yang masih naik turun. “Mas Morgan capek ya?” Morgan membuka wajahnya lalu menoleh ke arah Nala,”Enggak Sayang, istirahat sebentar saja.” “Mas hebat sekali, main berjam-jam kuat saja. Aku sampai kecapekan.”“Kalau capek tidur, Sayang.” Morgan tersenyum paling menawan se- dunia. Selama ini, dia lebih menahan diri untuk melamp
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Indahnya Bulan Madu (6)

Nala terpaku di lobby hotel.  Dari balik dinding kaca, dia bisa melihat hamparan salju yang memenuhi seluruh pandangannya. Sedangkan Morgan sudah berdiri di luar sana bermandikan salju yang terus berjatuhan. Terlihat Pria itu  melambaikan tangannya dengan sedikit mengangguk sebagai isyarat untuk segera keluar dari lobby hotel. Nala mengigit bibir bagian bawah. Ada sedikit keraguan yang menggelayut. Entah karena rasa dingin yang sedemikian menusuk atau karena dia yang terlalu excited karena akan bermain dengan salju untuk pertama kali. Bahkan tampak di menggesek-gesek telapak tanganya yang sudah tertutup sarung tangan tebal pertanda kalau dia sedang gugup.  Hal yang yang jarang dirasakan oleh Nala sebagai pemilik dari perusahaan ternama, yang tidak pernah takut akan apapun namun mentalnya down gara-gara salju. Sekali lagi, Nala melirik ke arah suaminya yang tampak baik-baik saja saat butiran salju menerpa tubuhnya, seolah tidak
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Ski

“Ke restoran asia? Jalan kaki? Suami macam apa kamu hah? Apa enggak kasihan sama istrimu? Dia kelihatannya pucat gitu?” Rahang Morgan menegang. Kepalan tangannya sudah mengeras. Bisa saja saat itu dia melayangkan tinjunya ke bodi mobil sampai remuk sebagai ultimatum. Tetapi, dia merasakan sentuhan lembut sang istri yang memintanya untuk meredam emosi. Morgan menghirup nafas sedalam-dalamnya sampai memejamkan mata dan menghembuskannya secara perlahan. “Lebih baik Nala ikut dengan saya saja. Saya juga mau ke sana kok,” tawar Max sambil melirik genit ke arah Nala yang justru membuat wanita itu ketakutan. Dia takut kalau pria itu akan menjadikannya sebagai objek pelampiasan atas nafsunya yang menyimpang itu. “Modus kamu! Bilang saja kamu memang membonceng istriku kan! Kamu suka kan dengan istriku!”seloroh Morgan dengan nada santai yang langsung mengena di hati Max. &ld
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Swiss

“Sayang, Bangun!” Nala bangun dari pingsannya. Begitu netranya membuka dia langsung memeluk Morgan dengan sangat erat. Dia menangis sesegukan. Beberapa saat yang lalu dia pingsan karena sang suami yang tidak kunjung muncul dari pepohonan. Namun, sosok tegap itu kini berada dalam dekapannya, pertanda dia baik-baik saja. Morgan membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Nala. Ada perasaaan sesal kenapa dia menuruti egonya sendiri dengan memenuhi tantangan Max yang berimbas kepada pingsannya Nala. Seharusnya dia lebih fokus membangun Quality time bersama dengan Nala daripada melakukan hal-hal yang tidak jelas yang justru berakibat fatal. “Sayang, Maafin Mas ya,” ucap Morgan dengan lembut membuat Nala semakin sesegukan. Dia membalas pelukan Nala, berharap sang istri lebih tenang berada dalam dekapannya. Sedangkan, Max masih belum menerima kekalahannya. Baginya pantang untuk kalah dalam pert
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Kemesraaan

Morgan menghentikan pergulatan bibirnya setelah Nala seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Nala yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Nala. “Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Morgan beranjak meninggalkan Nala, bahkan sebelum Nala memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Nala dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding. Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Max, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti. Morgan mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu w
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more

Morgan Junior

“Sial!  Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Max kepada seluruh anggota  gangster Swiss  yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu. “Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang  wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut. “Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Morgan. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Max. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan. Di tempat Lain, Morgan sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang
last updateLast Updated : 2022-02-26
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status