Home / Romansa / Suami Sekaku Batako / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Suami Sekaku Batako: Chapter 1 - Chapter 10

43 Chapters

Menikah Dengannya

 "Suami?" tanya Asta dengan tubuh gemetar. "Iya, suamiku. Kamu jalang! Berani-beraninya ingin merebut suamiku," ucap wanita itu sambil mencoba menarik kerudung Asta. Tapi dengan cepat Cakra yang sudah berada di belakang Asta pun segera menepis tangan wanita tersebut hingga membuatnya terjerembab di lantai. Wanita tersebut pun tak tinggal diam, ia kembali berdiri dan segera menunjuk wajah Asta yang masih syok dengan semuanya.  "Aku sumpahi kamu! Tidak akan ada laki-laki yang mau menikahi wanita jalang sepertimu! Dasar pela—" "Diam! Aku akan menikahi dia!" bentak Cakra, menghentikan sumpah serapah yang keluar dari mulut wanita itu. Asta pun langsung menoleh ke belakang dengan mata membulat. "Kak," ujarnya yang tentu saja terkejut mendengar kalimat laki-laki yang sudah hidup bersamanya sejak ia lahir ke dunia itu. Namun seola
Read more

Syarat Untuk Suami

"Tapi aku akan berusaha keras untuk melakukannya Pa," sahut Cakra dengan tegas dan tatapan penuh keyakinan yang kini diarahkan pada ayah angkatnya itu. Sesaat kemudian Asta pun menyahut, "Syarat apa?"   Ia mengarahkan pandangannya pada Cakra dan ayahnya bergantian karena benar-benar penasaran dengan syarat yang selama ini tak pernah didengarnya itu. Namun kedua orang tersebut hanya diam saja, tak ada yang menyahut kalimat gadis tersebut. Karena tak mendapat jawaban, Asta pun langsung menoleh ke arah wanita paruh baya yang duduk di sampingnya. "Ma, syarat apa?" tanyanya. Nyonya Shassy pun langsung menghela napas berat saat mendengar pertanyaan putri kesayangannya itu. "Itu … ad—" "Biar dia sendiri yang memberitahunya," sela Tuan Keenan sembari menatap ke arah Cakra yang masih tetap di posisinya tadi. Mendengar hal itu, Asta pun k
Read more

Aku Pergi Malam Ini

              Mendapat pertanyaan balik yang ringan seperti itu, tentu saja Nyonya Shassy langsung mengerutkan dahi pada anak gadisnya itu. "Apa kamu tidak sedih?" tanyanya penasaran dengan ekspresi santai yang ditampilkan putri semata wayangnya tersebut. "Sedih soal apa, Ma?" tanya Asta balik dengan tatapan polos. "Kamu tidak sedih karena ditipu?" Nyonya Shassy memperjelas semuanya. "Emm … soal Mas Bram tadi?" tanya Asta dengan santai lalu berbalik menghadap kaca di depannya dan kembali lanjut melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. "Tadi sedih sih Ma, sekarang nggak," lanjutnya. Mendengar jawaban putrinya tersebut, Nyonya Shassy pun langsung menghela napas panjang. "Untung kamu tidak benar-benar menyukai laki-laki kurang ajar itu," komentarnya. "Aku menyukai dia kok Ma, orangnya baik awalnya. Tapi ya … c
Read more

Bos Yang Uwu

        Mendengar hal itu, Cakra pun langsung menoleh ke bagian belakang mobilnya dan di sana terlihat seorang gadis cantik yang masih memakai baby doll sedang berbaring dengan mata tertutup. "Ada apa Kra? Mama dengar ada yang berteriak, apa terjadi sesuatu?" tanya Nyonya Shassy di dalam panggilan tersebut. "Ah, tidak ada apa-apa Ma," jawab Cakra sembari memijat keningnya sambil menatap gadis yang sedang dicari-cari oleh Nyonya Shassy yang kini tertidur pulas di bagian belakang mobilnya. "Kamu yakin tidak ada masalah?"  Cakra pun menghela napas berat. "Tidak ada. Hanya saja sekarang Mama tidak perlu memikirkan Asta, dia ada di sini," terangnya. "Bukannya tadi kamu bilang tidak tahu?" tanya Nyonya Shassy yang terdengar bingung. "Aku memang tidak tahu sejak kapan dia ada dan tidur di mobil ini. Ck, dasar gadis ini," gerutu Cakra sambil
Read more

Tindihan Di pinggir Jalan

        Mendengar suara yang tak asing di telinganya itu, Cakra pun langsung berlari keluar dari tempat tersebut. Sedangkan para pegawai tempat itu pun saling menatap dan sesaat kemudian mereka ikut berlari keluar dari tempat itu. Dan ketika semua pegawai sampai di teras tempat makan tersebut, mereka mendapati pemandangan aneh. Terlihat Cakra sedang menatap tajam ke arah seorang gadis yang kini berada di bawah tubuh seorang pemuda di pinggir jalan raya depan tempat makan tersebut. "Ah, cepat bangun!" teriak gadis yang masih menggunakan baby doll itu sembari berusaha mendorong tubuh laki-laki di atasnya. "Bangun-bangun, kamu nggak lihat kakiku keram!" tukas pemuda tersebut sembari berusaha beralih dari tubuh gadis yang  ada di bawahnya menggunakan kedua tangannya. Dan karena tak sabar, gadis itu pun langsung menendang tubuh pemuda yang ada di atasnya hingga pemuda tersebut pun
Read more

Aku Satria

"Dih segitunya," ujar pemuda tersebut sembari mengedipkan sebelah matanya pada Asta. "Kamu …," ujar Asta sambil menyipitkan matanya pada pemuda yang baru menyapanya tersebut.  'Dih, bisa-bisanya Si Kampret ini menggodaku di depan banyak orang,' gerutu Asta di dalam hati. Sedangkan Cakra yang saat ini sedang berdiri di samping Asta pun langsung bertanya pada pemuda yang sedang turun dari motor matic-nya itu. "Siapa kamu?" Dan setelah memarkirkan motornya dengan benar, laki-laki tersebut pun berjalan mendekati ketiga orang tersebut dan berdiri tepat di depan Cakra. "Aku Satria, tetangga di sini," jawab Satria sambil mengulurkan tangannya, meminta untuk berjabat tangan. "Benar, dia ini tetangga di sini," sahut Pak Harto yang saat ini berdiri tepat di sebelah Cakra. Cakra yang mendengar hal tersebut pun langsung menerima jabat tangan dari Satria. "Cakra, peny
Read more

Kamar Pilihan Suami

"Aku?" tanya Asta sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.  Namun Cakra tak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya memberikan tatapan tajam untuk menanggapi pertanyaan Asta tersebut.  "Astaga Kak ... mana mungkin aku suka pada laki-laki tengil seperti itu," ujar Asta lalu membuang napas kasar sambil menggedikkan bahunya. Namun Pak Harto yang masih berada tidak jauh dari Cakra pun langsung menyahut, "Hati-hati jangan bicara seperti itu, nanti bisa kualat. Istri saya itu dulu juga seperti itu pada saya, dan sekarang kami sudah punya anak tiga." Mendengar hal tersebut Asta pun langsung tersenyum canggung.'Andaikan bapak-bapak ini tahu kalau aku ini istri laki-laki di dekatnya itu, dia pasti tidak akan bicara begitu,' batin Asta yang merasa sedikit bingung saat ingin menjawab kalimat Pak Harto tersebut.       Setelah lebih dari satu jam mengelilingi r
Read more

Belikan Daleman Jika Kamu Suami!

"Kampret!" teriak Asta sambil berlari dari depan pintu kamarnya menuju ke arah Cakra dan Satria. Sontak saja kedua laki-laki tersebut menatap ke arah Asta. Dan sesaat kemudian Asta pun langsung merebut benda pribadi berenda yang dipegang oleh Satria tersebut. "Ambil kembaliannya," ucap Asta sambil memberikan uang lima puluh ribu ke tangan Satria dan dengan cepat berbalik sembari berlari membawa benda tersebut kembali ke dalam kamarnya. Kedua laki-laki yang sedang berdiri di dekat pintu masuk rumah tersebut pun hanya terdiam terpaku melihat kelakuan Asta yang *absurd* tersebut. Setelah beberapa saat …. "Ehem!" Sebuah deheman kemudian muncul dari bibir Satria. "Ya sudah kalau begitu, aku ke sini untuk memastikan benda yang masuk ke dalam daftar belanjaanku tadi," imbuhnya. "Ya," sahut Cakra dingin. Lalu Satria pun menyodorkan uang yang diberikan ole
Read more

Menggoda Suami

"Ck, apa Kakak tidak tahu, aku ini ingin … mandi," ujarnya ketika tubuh sintalnya hanya berjarak beberapa inchi dari tubuh laki-laki di depannya itu.  Dan setelah itu ia pun dengan cepat berjalan menjauh dari Cakra tanpa menoleh sedikit pun.  Dan ketika ia sampai di depan pintu kamar mandi yang ada di ruang belakang, ia pun berhenti untuk membetulkan handuk yang melilit tubuhnya sambil menoleh ke arah Cakra. "Kita makan malam apa, atau kita keluar saja?" tanyanya dengan suara yang dibuat sedikit serak-serak seksi mengundang. Cakra yang sedari tadi terus memperhatikan langkah dan setiap gerakan dari tubuh Asta pun langsung menjawab tanpa sadar, "Keluar." "Bagus," sahut Asta sambil tersenyum manis dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang sudah berada di depannya itu. Cakra pun langsung terkesiap ketika Asta menghilang dari pandangannya. "Astaga," gumamnya sambil mengus
Read more

Salah Sambung Yang Salah

"Hei!" Terdengar panggilan dari arah lain.  Sontak saja Cakra dan Asta langsung menoleh ke arah suara tersebut. "Kalian orang yang ada di tempat makan tadi kan?" tanya seorang laki-laki yang kini sedang berada di halaman rumah Satria. "Dia …," gumam Asta sambil menunjuk ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu pun mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi Asta tersebut. "Kenapa, apa kalian lupa padaku?" tanyanya. "Tidak," sahut Cakra dengan cepat. "Kamu Dokter Rendra kan?" Asta pun langsung menoleh kembali ke arah Cakra. 'Kok tidak kaget, apa dia sudah tahu sebelumnya?' batinnya. "Benar-benar," sahut Rendra yang kemudian berjalan keluar dari halamannya dan masuk ke halaman rumah tersebut. Setelah sampai di teras rumah tersebut, Rendra pun bersalaman dengan Asta dan Cakra dengan santai. "Kalian tinggal
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status