Home / Romansa / Suami Sekaku Batako / Syarat Untuk Suami

Share

Syarat Untuk Suami

Author: Si Mendhut
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tapi aku akan berusaha keras untuk melakukannya Pa," sahut Cakra dengan tegas dan tatapan penuh keyakinan yang kini diarahkan pada ayah angkatnya itu.

Sesaat kemudian Asta pun menyahut, "Syarat apa?"   

Ia mengarahkan pandangannya pada Cakra dan ayahnya bergantian karena benar-benar penasaran dengan syarat yang selama ini tak pernah didengarnya itu.

Namun kedua orang tersebut hanya diam saja, tak ada yang menyahut kalimat gadis tersebut.

Karena tak mendapat jawaban, Asta pun langsung menoleh ke arah wanita paruh baya yang duduk di sampingnya. "Ma, syarat apa?" tanyanya.

Nyonya Shassy pun langsung menghela napas berat saat mendengar pertanyaan putri kesayangannya itu. "Itu … ad—"

"Biar dia sendiri yang memberitahunya," sela Tuan Keenan sembari menatap ke arah Cakra yang masih tetap di posisinya tadi.

Mendengar hal itu, Asta pun kembali menatap ke arah Cakra dengan tanda tanya besar yang tercetak jelas di wajahnya.

Cakra pun menghela napas panjang sebelum mengatakan apa yang ditanyakan oleh Asta.  

"Aku memberi syarat, jika orang yang menjadi suami kamu harus punya bisnis atau usaha yang dirintis dari bawah bukan dari tengah," ucapnya dengan tenang.

'Jadi sebab itu Kak Cakra mengizinkanku menikah dengan dia,' batin Asta sembari termenung menatap kakak angkatnya itu. 'Ishh … kenapa aku malah memikirkan itu, dasar dodol! Yang harus aku pikirkan sekarang, bagaimana nasibku setelah ini,' gerutunya lagi di dalam hati.

"Lalu, apa kamu sudah berpikir dengan jelas tentang semua itu?" tanya Tuan Keenan dengan tatapan tajam mengarah pada anak angkatnya itu. "Kamu akan kehilangan semuanya jika tetap pada keputusanmu," imbuhnya mencoba menekan Cakra, mencari tahu seberapa tekad Cakra ingin menikahi Asta, adik angkatnya.

Namun Cakra tak gentar, ia langsung menyahut, "Ini semua salahku karena membiarkan laki-laki itu berhasil menipu Asta dan keluarga ini. Maka dari itu aku akan bertanggung jawab untuk semua hal, aku tidak akan membiarkan keluarga ini dipermalukan untuk kedua kalinya."

Mendengar hal tersebut, tiba-tiba ada rasa aneh menyergap dada Asta. Sebuah rasa sakit yang mirip seperti sebuah panah menancap tepat di dadanya itu membuat Asta langsung menggigit bibirnya.  

'Apa aku benar-benar akan mempermalukan mereka jika tidak menikah hari ini?' tanyanya di dalam hati.

Sesaat kemudian Tuan Keenan pun langsung menatap ke arah istrinya dan memberi tanda seperti yang dilakukannya tadi.

Nyonya Shassy yang mengerti arti tanda tersebut pun langsung memegang pundak anak gadisnya. "Asta, ini semua menyangkut pernikahan kamu, maka dari itu Mama dan Papa menyerahkan semua keputusan di tangan kamu," ucapnya tegas.

Asta pun langsung terdiam ketika mendengar ucapan wanita yang melahirkannya ke dunia itu. Namun dari ekspresi wajahnya, terlihat jelas kalau dia sedang berpikir keras saat ini.

"Jangan takut, Mama dan Papa akan selalu ada untuk kamu apa pun keputusan kamu," imbuh Nyonya Shassy sambil memberikan senyuman hangat pada anak gadisnya tersebut.

Sesaat kemudian Asta pun melirik ke arah Cakra yang saat ini ternyata juga sedang melirik ke arah dirinya.  

'Jadi benar, jika aku tidak menerima pernikahan ini maka Mama dan Papa akan menanggung malu,' batinnya merasa miris pada dirinya sendiri.

'Astaga … sepertinya aku memang sudah banyak menyusahkan mereka selama ini, kali ini aku berjanji tidak akan membuat mereka malu lagi.  Lagi pula bukannya Kak Cakra tidak menyukaiku, jadi jika sewaktu-waktu aku minta pisah pasti tidak akan ada masalah,' batinnya menimbang-nimbang semuanya.

Kemudian Asta pun bangun dari duduknya saat ini. "Baiklah aku mau," jawabnya serius.

"Mau?" tanya Nyonya Shassy sambil mengernyitkan dahinya pada putri semata wayangnya itu.

"Iya, aku akan menikah dengan Kakak." Sebuah kalimat ringan keluar dari bibir mungil asta.

"Kamu yakin?" 

Asta kemudian tersenyum hangat ke arah Nyonya Shassy. "Iya Ma, aku yakin kok," jawabnya dengan tenang.

Sedangkan Cakra yang sedari tadi penasaran pun, akhirnya menghela napas lega.  

Entah apa yang membuatnya merasa lega, apakah karena Asta menerima pernikahan tersebut atau lebih karena akhirnya dia bisa menyelamatkan keluarga itu dari rasa malu. Tapi yang jelas helaan napas tersebut langsung membuat Tuan Keenan melirik ke arahnya, hingga membuatnya terpaksa berpura-pura tidak menyadari lirikan ayah angkatnya tersebut.

        Setelah selesai beruding, Tuan Keenan pun menyuruh anak buahnya untuk memberitahukan hal itu pada MC dan juga beberapa orang yang bersangkutan dalam acara pernikahan tersebut.  

Hingga setelah semuanya siap, mereka berempat pun kembali ke dalam ruangan tempat di mana para tamu sedang menunggu mereka.

Dan tentu saja masuknya keempat orang tersebut secara bersamaan, dengan Tuan Keenan yang memegang tangan Asta dan Cakra yang menggandeng tangan Nyonya Shassy langsung membuat mata semua tamu undangan terbelalak.

Kemudian ….

"Baiklah, mari kita sambut kedua mempelai kita yang berbahagia, Nona Astara Zeiva Brahmanto  dan Tuan Narendra Cakra Abirama!" ucap MC dengan bersemangat, kemudian diikuti dengan alunan musik pernikahan yang mengalun merdu mengiringi langkah keempat orang tersebut.

Selanjutnya, prosesi pernikahan dan semua acara pun berjalan dengan lancar walaupun diwarnai dengan bisik-bisik yang tak mengenakkan dari para tamu undangan yang ada di sana.

\*\*

         Beberapa jam berlalu, kini acara tersebut sudah resmi selesai. Para tamu undangan pun sudah meninggalkan aula kediaman keluarga Tuan Keenan tersebut.

"Kak, jika Mama tahu masalah ini pasti jantungnya akan kumat," ucap Dira yang saat ini masih ada di aula tersebut bersama dengan Tuan Keenan dan juga Tristan, suaminya.

Tristan pun menimpali, "Maaf Kak, tapi kenapa Anda tidak membicarakan masalah ini terlebih dahulu? Saya khawatir hal ini akan menjadi masalah besar nantinya."

Sesaat kemudian Tuan Keenan pun menepuk-nepuk pundak Tristan dengan santai.  

"Kamu tidak akan mengerti jika tidak mengalaminya sendiri. Ini semua adalah keputusan dua anak itu." Tuan Keenan menghela napas panjang, lalu menatap ke arah Dira. "Lagi pula bukankah mama sangat menyukai Cakra? Bahkan dia juga berkata ingin mencarikan jodoh yang seperti Cakra untuk Asta."

"Tapi bukan Cakra juga Kak …," sahut Dira sambil menggelengkan kepalanya perlahan mendengar kalimat santai kakak laki-lakinya itu. "Tapi nanti ka—" Kalimat Dira terhenti seketika saat Tristan memberi kode pada dirinya agar diam.

"Baiklah Kak, kalau begitu kami akan berusaha membantu masalah ini," ucap Tristan dengan sopan, karena bagaimanapun juga dia tetap menganggap Tuan Keenan sebagai orang yang dikaguminya sampai saat ini, sama seperti dulu sebelum dirinya menikahi Dira.

"Terima kasih, kamu memang yang paling mengerti," sahut Tuan Keenan sembari menepuk-nepuk pundak adik iparnya itu dengan santai.

Kemudian Dira pun langsung menyipitkan matanya ke arah Tuan Keenan dan suaminya bergantian. "Dasar kalian berdua itu memang …." Ia tak melanjutkan kalimatnya dan kemudian pergi begitu saja.

"Dir!" panggil Tristan namun tak digubris sedikit pun oleh Dira yang kini berjalan makin menjauh.

"Sudah biarkan saja, sikap kekanak-kanakannya tidak berubah padahal sudah punya anak dua. Kamu jangan terlalu memanjakan dia," ucap Tuan Keenan sambil menatap adiknya yang kini berjalan melewati pintu aula, meninggalkan ruangan tersebut.

Sedangkan Tristan yang kini sedang berdiri bersama Tuan Keenan pun menyahut, "Iya Kak, saya mengerti."

Lalu Tuan Keenan pun mengangguk pelan saat mendengar sahutan tersebut. "Bagus," ujarnya.  

Dia memang selalu merasa jika Tristan terlalu memanjakan adiknya dan berulang kali memperingatkan Tristan tentang hal itu. Namun, dia tak sadar jika dirinya sendiri juga melakukan hal yang sama terhadap Nyonya Shassy.

\*

Di dalam kamar Asta.

         Saat ini Nyonya Shassy sedang membantu Asta melepaskan aksesoris dan gaun pernikahannya.

"Sayang, Mama tahu kamu sedang sedih. Jika kamu ingin menangis, menangis saja jangan ditahan," ucap Nyonya Shassy yang membayangkan bagaimana perasaan sakit hati putri satu-satunya itu saat ini.  

Baru beberapa saat yang lalu dia dikhianati calon suaminya, dan kini terpaksa harus menikah dengan kakaknya sendiri. Sebuah pengalaman yang sangat tidak diinginkan oleh seorang wanita mana pun di dunia ini, menurutnya.

Dan sesaat kemudian Asta pun berbalik, menatap ke arah Mamanya. "Kenapa aku harus menangis?" tanyanya dengan nada santai.

Related chapters

  • Suami Sekaku Batako   Aku Pergi Malam Ini

    Mendapat pertanyaan balik yang ringan seperti itu, tentu saja Nyonya Shassy langsung mengerutkan dahi pada anak gadisnya itu."Apa kamu tidak sedih?" tanyanya penasaran dengan ekspresi santai yang ditampilkan putri semata wayangnya tersebut."Sedih soal apa, Ma?" tanya Asta balik dengan tatapan polos."Kamu tidak sedih karena ditipu?" Nyonya Shassy memperjelas semuanya."Emm … soal Mas Bram tadi?" tanya Asta dengan santai lalu berbalik menghadap kaca di depannya dan kembali lanjut melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. "Tadi sedih sih Ma, sekarang nggak," lanjutnya.Mendengar jawaban putrinya tersebut, Nyonya Shassy pun langsung menghela napas panjang. "Untung kamu tidak benar-benar menyukai laki-laki kurang ajar itu," komentarnya."Aku menyukai dia kok Ma, orangnya baik awalnya. Tapi ya … c

  • Suami Sekaku Batako   Bos Yang Uwu

    Mendengar hal itu, Cakra pun langsung menoleh ke bagian belakang mobilnya dan di sana terlihat seorang gadis cantik yang masih memakai baby doll sedang berbaring dengan mata tertutup."Ada apa Kra? Mama dengar ada yang berteriak, apa terjadi sesuatu?" tanya Nyonya Shassy di dalam panggilan tersebut."Ah, tidak ada apa-apa Ma," jawab Cakra sembari memijat keningnya sambil menatap gadis yang sedang dicari-cari oleh Nyonya Shassy yang kini tertidur pulas di bagian belakang mobilnya."Kamu yakin tidak ada masalah?"Cakra pun menghela napas berat. "Tidak ada. Hanya saja sekarang Mama tidak perlu memikirkan Asta, dia ada di sini," terangnya."Bukannya tadi kamu bilang tidak tahu?" tanya Nyonya Shassy yang terdengar bingung."Aku memang tidak tahu sejak kapan dia ada dan tidur di mobil ini. Ck, dasar gadis ini," gerutu Cakra sambil

  • Suami Sekaku Batako   Tindihan Di pinggir Jalan

    Mendengar suara yang tak asing di telinganya itu, Cakra pun langsung berlari keluar dari tempat tersebut. Sedangkan para pegawai tempat itu pun saling menatap dan sesaat kemudian mereka ikut berlari keluar dari tempat itu.Dan ketika semua pegawai sampai di teras tempat makan tersebut, mereka mendapati pemandangan aneh. Terlihat Cakra sedang menatap tajam ke arah seorang gadis yang kini berada di bawah tubuh seorang pemuda di pinggir jalan raya depan tempat makan tersebut."Ah, cepat bangun!" teriak gadis yang masih menggunakan baby doll itu sembari berusaha mendorong tubuh laki-laki di atasnya."Bangun-bangun, kamu nggak lihat kakiku keram!" tukas pemuda tersebut sembari berusaha beralih dari tubuh gadis yang ada di bawahnya menggunakan kedua tangannya.Dan karena tak sabar, gadis itu pun langsung menendang tubuh pemuda yang ada di atasnya hingga pemuda tersebut pun

  • Suami Sekaku Batako   Aku Satria

    "Dih segitunya," ujar pemuda tersebut sembari mengedipkan sebelah matanya pada Asta."Kamu …," ujar Asta sambil menyipitkan matanya pada pemuda yang baru menyapanya tersebut.'Dih, bisa-bisanya Si Kampret ini menggodaku di depan banyak orang,' gerutu Asta di dalam hati.Sedangkan Cakra yang saat ini sedang berdiri di samping Asta pun langsung bertanya pada pemuda yang sedang turun dari motor matic-nya itu. "Siapa kamu?"Dan setelah memarkirkan motornya dengan benar, laki-laki tersebut pun berjalan mendekati ketiga orang tersebut dan berdiri tepat di depan Cakra. "Aku Satria, tetangga di sini," jawab Satria sambil mengulurkan tangannya, meminta untuk berjabat tangan."Benar, dia ini tetangga di sini," sahut Pak Harto yang saat ini berdiri tepat di sebelah Cakra.Cakra yang mendengar hal tersebut pun langsung menerima jabat tangan dari Satria. "Cakra, peny

  • Suami Sekaku Batako   Kamar Pilihan Suami

    "Aku?" tanya Asta sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.Namun Cakra tak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya memberikan tatapan tajam untuk menanggapi pertanyaan Asta tersebut."Astaga Kak ... mana mungkin aku suka pada laki-laki tengil seperti itu," ujar Asta lalu membuang napas kasar sambil menggedikkan bahunya.Namun Pak Harto yang masih berada tidak jauh dari Cakra pun langsung menyahut, "Hati-hati jangan bicara seperti itu, nanti bisa kualat. Istri saya itu dulu juga seperti itu pada saya, dan sekarang kami sudah punya anak tiga."Mendengar hal tersebut Asta pun langsung tersenyum canggung.'Andaikan bapak-bapak ini tahu kalau aku ini istri laki-laki di dekatnya itu, dia pasti tidak akan bicara begitu,' batin Asta yang merasa sedikit bingung saat ingin menjawab kalimat Pak Harto tersebut. Setelah lebih dari satu jam mengelilingi r

  • Suami Sekaku Batako   Belikan Daleman Jika Kamu Suami!

    "Kampret!" teriak Asta sambil berlari dari depan pintu kamarnya menuju ke arah Cakra dan Satria.Sontak saja kedua laki-laki tersebut menatap ke arah Asta. Dan sesaat kemudian Asta pun langsung merebut benda pribadi berenda yang dipegang oleh Satria tersebut. "Ambil kembaliannya," ucap Asta sambil memberikan uang lima puluh ribu ke tangan Satria dan dengan cepat berbalik sembari berlari membawa benda tersebut kembali ke dalam kamarnya.Kedua laki-laki yang sedang berdiri di dekat pintu masuk rumah tersebut pun hanya terdiam terpaku melihat kelakuan Asta yang*absurd* tersebut.Setelah beberapa saat …."Ehem!" Sebuah deheman kemudian muncul dari bibir Satria. "Ya sudah kalau begitu, aku ke sini untuk memastikan benda yang masuk ke dalam daftar belanjaanku tadi," imbuhnya."Ya," sahut Cakra dingin.Lalu Satria pun menyodorkan uang yang diberikan ole

  • Suami Sekaku Batako   Menggoda Suami

    "Ck, apa Kakak tidak tahu, aku ini ingin … mandi," ujarnya ketika tubuh sintalnya hanya berjarak beberapa inchi dari tubuh laki-laki di depannya itu.Dan setelah itu ia pun dengan cepat berjalan menjauh dari Cakra tanpa menoleh sedikit pun.Dan ketika ia sampai di depan pintu kamar mandi yang ada di ruang belakang, ia pun berhenti untuk membetulkan handuk yang melilit tubuhnya sambil menoleh ke arah Cakra. "Kita makan malam apa, atau kita keluar saja?" tanyanya dengan suara yang dibuat sedikit serak-serak seksi mengundang.Cakra yang sedari tadi terus memperhatikan langkah dan setiap gerakan dari tubuh Asta pun langsung menjawab tanpa sadar, "Keluar.""Bagus," sahut Asta sambil tersenyum manis dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang sudah berada di depannya itu.Cakra pun langsung terkesiap ketika Asta menghilang dari pandangannya. "Astaga," gumamnya sambil mengus

  • Suami Sekaku Batako   Salah Sambung Yang Salah

    "Hei!" Terdengar panggilan dari arah lain.Sontak saja Cakra dan Asta langsung menoleh ke arah suara tersebut."Kalian orang yang ada di tempat makan tadi kan?" tanya seorang laki-laki yang kini sedang berada di halaman rumah Satria."Dia …," gumam Asta sambil menunjuk ke arah laki-laki tersebut.Laki-laki itu pun mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi Asta tersebut. "Kenapa, apa kalian lupa padaku?" tanyanya."Tidak," sahut Cakra dengan cepat. "Kamu Dokter Rendra kan?"Asta pun langsung menoleh kembali ke arah Cakra. 'Kok tidak kaget, apa dia sudah tahu sebelumnya?' batinnya."Benar-benar," sahut Rendra yang kemudian berjalan keluar dari halamannya dan masuk ke halaman rumah tersebut.Setelah sampai di teras rumah tersebut, Rendra pun bersalaman dengan Asta dan Cakra dengan santai. "Kalian tinggal

Latest chapter

  • Suami Sekaku Batako   Ciuman Tanpa Amarah

    "Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke

  • Suami Sekaku Batako   Minta Nomor

    Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal

  • Suami Sekaku Batako   Jadi Tukang Jahit?

    "Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng

  • Suami Sekaku Batako   Sanggahan Cakra

    Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu

  • Suami Sekaku Batako   Handuk Kekecilan

    Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C

  • Suami Sekaku Batako   Kamu Cemburu?

    "Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca

  • Suami Sekaku Batako   Hukuman

    Setengah jam berlalu. Saat ini Asta yang sudah sampai di rumah pun segera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Ia bernyanyi kecil sembari menyiapkan bahan masakannya."Jangan pernah kau sakiti aku lagi, cobalah untuk leng—""Sepertinya kamu sedang senang?" tanya Cakra yang tiba-tiba masuk ke dapur. "Biasa saja," jawab Asta sembari berbalik untuk mengambil pisau di dekat rak piring.Cakra kemudian dengan tenang duduk di kursi yang ada di sana. "Kamu ke mana saja tadi?" tanyanya.'Huh, sudah kusiapkan untuk ini,' batin Asta."Belanja bahan makanan, ke mana lagi," jawabnya dengan ringan."Belanja bahan makanan lebih dari satu jam?" tanya Cakra lagi.Asta pun menghela napas panjang. "Belanja kan harus milih," sahutnya masih dengan sikap tenang."Oh iya, nanti kamu kirimkan makanan ke tetangga sebelah," ucap Cakra dengan nada datar.Langsung saja Asta menoleh. "Maksud kamu ke tempat Satria?" 'Kalau benar-benar untuk mereka, ini pasti ada yang tidak beres.' Asta

  • Suami Sekaku Batako   Pendapat Satria

    "Iya kamu," sahut Satria sembari duduk di dekat Asta dan kemudian menyenderkan punggungnya di bangku tersebut. "Kamu sendiri yang menolak ajakanku. Jadi tentu saja aku terpaksa melakukan itu.""Otak kamu isinya apa?" Satria pun menoleh dan menjawab, "Cukup banyak." "Hiss …," desisan disertai ekspresi masam pun muncul di wajah Asta yang benar-benar seperti kehilangan akal menghadapi pemuda di sampingnya itu."Kenapa lagi, apa aku salah menjawab lagi?" seloroh Satria sembari menatap seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka membawakan dua gelas pesanannya."Tidak," tukas Asta sembari menoleh kembali pada Satria. "Oh, iya aku mau bicara serius dengan kamu, baga—""Iya, aku menyukai kamu. Jadi kapan kita jadian?" Satria memotong ucapan Asta dengan seenaknya sendiri."Sembarangan." Asta membulatkan matanya. "Aku ini ingin bertanya sesuatu yang penting.""Apa?""Dari mana kamu tahu kalau aku tidak jadi bertunangan dan bahkan sudah menikah?" tanya Asta dengan ekspresi yang beru

  • Suami Sekaku Batako   Curhat Pada Ernie

    Asta yang baru saja masuk ke dalam rumah pun langsung melangkah ke kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang setelah menutup pintu kamarnya."As!" panggil Cakra sembari mengetuk pintu kamar tersebut cukup keras."Apa lagi sih," gerutu Asta yang semakin dalam membenamkan wajahnya ke bantal.Klak! Pintu kamar tersebut terbuka."Kamu sedang apa?" Cakra yang saat ini berada di tengah pintu kamar tersebut kini menatap aneh ke arah Asta yang masih tengkurap di atas ranjang."Tidur," jawab Asta tanpa mengganti posisinya."Ck," decak kesal Cakra ketika mendapat jawaban yang tak sesuai di pikirannya. "Duduk! Aku ingin bertanya sesuatu pada kamu.""Satria?" Asta menyahut tanpa menoleh sedikit pun."..." Cakra diam selama beberapa saat karena tebakan istrinya itu benar adanya dan itu membuatnya merasa sedikit aneh. "Ada hubungan apa kamu dengan dia?" Mendengar hal itu Asta pun bangun dari posisinya dan duduk bersila menatap Cakra. "Kamu cemburu?""Kamu tahu kan, aku tidak

DMCA.com Protection Status