Beranda / Romansa / Dia Pemilik Hatiku / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Dia Pemilik Hatiku: Bab 41 - Bab 50

84 Bab

40. Lemonade vs Americano

Sharon tidak segera menjawab pertanyaan Almara, dia hanya menundukkan pandangannya dan sedikit tersenyum. “Maaf, kalau kamu gak mau jawab gak papa kok.” “Kenapa kamu tanya soal itu Al?” “Hmm... Aku cuma... melihat tatapan kamu ke Ardan. Aku merasa ada kasih sayang di dalamnya. Tapi mungkin aku cuma sok tahu aja. Maaf.” “Oya? Kamu bisa tahu hanya dari caraku menatap dia? Hm ... lucu ya. Kamu bukan orang pertama yang bilang gitu. Kenapa ya, semua orang bisa tahu kalau aku cinta sama Ardan, tapi Ardan sama sekali gak peka?” “Jadi bener?” Sharon mengangguk. Almara tidak tahu apa yang mendorongnya, namun, dia hanya ingin memeluk Sharon. Direngkuhnya Sharon ke dalam pelukannya. Sharon balas memeluknya namun dia tidak menangis. Justru Almara lah yang sudah nyaris menangis. Melihat Sharon, dia ingat bagaimana dulu Rangga juga sangat mencintainya. Dan dia pula dulu pernah menjadi seorang Ardan, yang tidak mencintai pasangan yang sangat mencintainya. Bedanya, Ardan masih lebih baik dari
Baca selengkapnya

41. Rooftop

Malam ini sebenarnya Rangga berniat untuk bekerja hingga larut malam, namun kejadian dengan Almara membuatnya kehilangan selera untuk bekerja. Saat ini, dia hanya ingin tidur.Setelah hampir setengah jam membolak - balikkan badannya, Rangga merasa putus asa karena dia tidak juga berhasil memejamkan mata. Maka dia berpikir untuk menyegarkan pikirannya di rooftop apartemennya. Dia mengambil sekaleng minuman bersoda dari dalam kulkasnya lalu bergegas menuju rooftop.Ada cafe dan bar di rooftop apartemennya, namun Rangga lebih menyukai sisi yang kosong dan sunyi di mana hanya ada dudukan semen yang mengarah ke jalan raya. Disitulah Rangga menghabiskan waktunya jika dia sedang ingin sendirian, melihat lalu lalang kendaraan di bawahnya, gemerlap lampu dari bangunan di sekitar dan juga bentangan langit luas yang kadang cerah berbintang kadang berawan.Saat dia sampai, ternyata sudah ada orang lain yang duduk di tempat dia biasa duduk. Rangga mengenal wanita itu sekalipun dia hanya menatapnya
Baca selengkapnya

42. Panggilan Sayang

Almara tidak bisa berhenti tersenyum. Pipinya terasa panas. Dia menepuk – nepuk wajahnya untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi sekaligus untuk membuatnya tidak hilang kesadaran.Almara bahkan masih berada di rooftop setelah 15 menit kemudian. Sesekali dia tertawa dan merasa salah tingkah. Bukan semata – mata karena dia berciuman dengan Rangga, melainkan karena dia merasa Rangga telah memberinya kesempatan.Di masa lalu, tentu saja Almara sudah berulang kali melakukan yang lebih dari itu dengan Rangga. Namun, ini adalah pertama kalinya dia tidak hanya merasakan aliran gelombang biologis saat Rangga menyentuhnya, melainkan juga debaran cinta yang mengalirkan gairah ke seluruh pembuluh darahnya. Belum pernah dia begitu menginginkan Rangga hingga seperti ini.Almara tidak menyangka bahwa di malam pertama dia pindah ke apartemen ini, dia akan berani melakukan hal ekstrim seperti berinisiatif mencium Rangga terlebih dahulu. Bahkan dia tidak ingat apakah dulu dia pernah melakukannya
Baca selengkapnya

43. Apa Kamu Mau Melepas Handukku?

Almara juga nyaris ambruk ketika menahan beban tubuh Rangga, bagaimanapun, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Rangga. Beruntungnya, Rangga belum sepenuhnya tak sadarkan diri, kedua kakinya masih bisa menopang tubuhnya agar tak sepenuhnya bersandar pada Almara.“Rangga, Ya Ampun, sini aku bantu jalan, pelan –pelan,” Almara mengalungkan lengan Rangga di bahunya untuk membantu Rangga berjalan.Almara menuntun Rangga sampai tiba di kamarnya. Dia membaringkan Rangga di ranjang. Disentuhnya dahi dan wajah Rangga yang ternyata bersuhu tinggi.“Rangga, badan kamu panas banget. Kamu udah minum penurun panas?”“Belum.”“Kamu udah makan?”“Belum.”“Ya Ampun, kamu bekerja terlalu keras. Kamu tunggu sini ya aku ambilkan makanan, habis itu minum obat.”Rangga hanya mengangguk. Dia hanya bisa meringkuk di ranjangnya sambil menunggu Almara membawa makanan.Sepuluh menit kemudian, Almara datang membawa dua potong pizza panas dan jeruk hangat.“Rangga, di dapur gak ada bahan apapun. Di kulkas kamu cum
Baca selengkapnya

44. Ritual Rujuk

Almara hanya mampu menelan ludahnya. Jantungnya sudah nyaris melompat dari dadanya saat Rangga mengucapkan kalimat yang menggoda itu. Sedikit lagi, bisa – bisa pertahanannya runtuh detik ini juga.“Mara,”“Ya?”“Kamu mau rujuk sama aku?”“Mau,” Tanpa berpikir barang sedetikpun, tentu saja, itu adalah jawaban yang Almara berikan.“Kalau gitu ayo kita batalkan pengajuan cerai kita.”“Oke.”Rangga membelai kening Almara. Dia menyisihkan helaian rambut Almara yang menutupi wajah lalu dengan tatapan nakalnya berkata, “Jadi, lebih baik kita juga lakukan ritual rujuknya sekarang.”“Hah? Apa itu ritual rujuk? Aku belum pernah dengar.”“Kamu mau tahu?”“Apa?”Bukannya menjawab, Rangga hanya tersenyum lalu mendaratkan bibirnya di bibir Almara. Almara menyambut ciuman itu dan melingkarkan lengannya di leher Rangga. Detik ini juga, Almara merasakan begitu banyak beban yang luruh dari atas pundaknya. Hatinya dipenuhi kelegaan setelah merasa diremukkan berkali – kali selama periode waktu yang dia t
Baca selengkapnya

45. Ritual Rujuk 2

“Kamu mau makan apa?” tanya Rangga sembari membantu Almara memasang sabuk pengamannya saat mereka sudah berada di mobil. “Hm ... Apa ya? Kalau kamu lagi pengen makan apa?” “Aku apa aja terserah.” “Masakan korea mau gak? Aku lagi pengen makan bulgogi sama kimchi nih.” “Oke, makan itu aja.” Rangga mengemudikan mobilnya menuju restoran korea yang dia tahu. Suasana di dalam mobil sangat tenang, mereka tidak banyak bicara ataupun memutar musik. Rangga berkendara dengan fokus. Tadinya dia berpikir bahwa Almara sedang fokus dengan ponselnya namun pada akhirnya dia sadar bahwa selama ini Almara hanya diam menatapnya sambil tersenyum. “Apa aku terlalu ganteng sampai kamu gak bisa berhenti menatap aku seperti itu?” tanyanya. “Iya, kamu terlalu ganteng. Tapi aku bodoh terlambat jatuh cinta sama kamu.” Rangga balas melirik Almara sambil tersenyum, “O ya? Lebih ganteng mana aku atau Ardan?” “Kamu,” jawab Almara tanpa berpikir dua kali. “Kamu lagi ngegombal ya?” tanya Rangga “Menurutmu?”
Baca selengkapnya

46. Cemburu

“Sayang, gimana kalau kita jalan – jalan ke luar negeri? Kamu pengen ke negara mana?” ucap Rangga sembari mengecup kening Almara yang sedang berada dalam pelukannya dalam keadaan tanpa busana.Almara menatap Rangga, “Jalan – jalan? Emangnya kamu gak kerja? Bukannya kamu lagi launching produk baru dan lagi sibuk – sibuknya?”“Ck,” decak Rangga, “Apa kamu gak tau belakangan ini aku kerja keras bagai kuda? Aku jarang istirahat dan tetap kerja meskipun hari libur. Sekarang aku mau ambil jatah libur dan istirahatku dong. Dan aku mau menghabiskannya berdua sama kamu.”“Asyiiiik... berarti waktu senang – senang kita masih banyak dong?”“Masih banyak, mau kamu ambil semua waktuku juga boleh kok.”“Semua? Trus kapan kerjanya? Kalau kamu gak kerja nanti kamu miskin, aku gak mau jadi miskin,” Almara melirik suaminya dengan nakal, menunggu reaksi Rangga atas ucapannya.Rangga menarik satu pipi Almara dengan gemas, “Kamu mau tinggalkan aku kalau aku miskin?”“Hmm ... mung – kin.”“Hmm... gitu. Sem
Baca selengkapnya

47. Plus Plus Plus

“Hah? Kok tiba – tiba ngomongin Nayra sih?”“Jawab aja. Susah kah? Aku tanya, apa masih ada nayra di hati kamu?” Almara menatap suaminya. Ada harapan sekaligus rasa tidak percaya diri dalam dirinya.Dari apa yang Almara ketahui dalam mimpinya dan juga dari cara Rangga menceritakan Nayra saat mereka bertengkar beberapa waktu lalu, Almara merasa bahwa Nayra mungkin akan selamanya menempati ruang istimewa dalam hati Rangga.“Hmm... Ada sih, Nayra masih ada di hatiku,” ucap Rangga lirih.‘Tapi bukan ruang untuk cinta’ tambahnya dalam hati“Hmm...” Almara menundukkan kepalanya, dia sudah menduga. Ah, dirinya tetap kalah dengan wanita itu.“Tapi,” Rangga menyentuh dagu Almara, mengangkatnya hingga pandangan mereka bertemu, “Tapi ruang paling istimewa ditempati sama kamu. Yang paling indah, paling luas dan paling utama. Nayra cuma bagian dari masa laluku aja. Ruang dia di hatiku, bukan ruang untuk cinta.”Rangga menyibakkan rambut Almara yang menutupi sebagian wajah perempuan itu, “Kamu tahu
Baca selengkapnya

48. Montserrat Monastery

Keesokan harinya, Rangga dan Almara bangun dalam keadaan segar dan bersemangat, terutama Almara, yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di bumi Spanyol.Almara sudah membawa catatan agenda perjalanan mereka, mulai dari jam, destinasi wisata hingga nama restoran yang ingin dia kunjungi. Rangga hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat betapa detail dan bersemangatnya Almara.“Pagi ini kita kunjungi Montserrat dulu ya? Dari dulu aku penasaran banget pengen jalan – jalan di sana,” ucap Almara sembari menyeruput kopi susu paginya saat mereka sarapan di restoran hotel.“Anything you want baby,” Rangga melemparkan senyuman termanisnya kepada Almara. Membuat Almara tak tahan untuk mencubit pipinya sekencang mungkin.“Aww... sakit banget sih,” protes Rangga.“Siapa suruh kamu gemesin banget.”Rangga berdecak, “Kalau gemesin tuh dicium bukan dicubit kayak barusan,” ujarnya lalu tanpa meminta ijin menarik Almara ke arahnya kemudian melumat bibir wanita itu dengan penuh gairah.“Kayak gitu
Baca selengkapnya

49. Janji

“Iya boleh. Saya tahu kok siapa kamu. Kamu Nayra kan?”“Kamu tahu saya?” tanya Nayra memasang wajah terkejut namun mengubahnya menjadi senyum dalam waktu sekejap, “Oh maaf, kamu istrinya, pasti Rangga pernah cerita soal saya.”Almara hanya mengangguk, walaupun untuk saat ini Rangga adalah miliknya, hatinya tetap dipenuhi oleh perasaan asing yang tidak mengenakkan.“Ayo masuk,” Almara mempersilakan Nayra untuk masuk. Dia memandu Nayra ke ruang tamu, “Kamu tunggu sini ya, Rangga masih mandi.”“Ada siapa sayang?” tanya Rangga yang baru saja keluar dari kamar lalu mendengar Almara berbicara dengan seseorang.“Nayra?” Almara belum menjawab namun Rangga telah tiba di ruang tamu dan melihat Nayra yang terduduk di sofa ruang tamunya.“Hai Rangga, apa kabar?” Nayra bangkit dari sofa dan menghampiri Rangga. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rangga.Rangga meraih uluran tangan Nayra. Serbuan rasa cemburu mendadak menyerang Almara. Mereka berdua hanya bersalaman, namun Almara tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status