“Kamu mau makan apa?” tanya Rangga sembari membantu Almara memasang sabuk pengamannya saat mereka sudah berada di mobil. “Hm ... Apa ya? Kalau kamu lagi pengen makan apa?” “Aku apa aja terserah.” “Masakan korea mau gak? Aku lagi pengen makan bulgogi sama kimchi nih.” “Oke, makan itu aja.” Rangga mengemudikan mobilnya menuju restoran korea yang dia tahu. Suasana di dalam mobil sangat tenang, mereka tidak banyak bicara ataupun memutar musik. Rangga berkendara dengan fokus. Tadinya dia berpikir bahwa Almara sedang fokus dengan ponselnya namun pada akhirnya dia sadar bahwa selama ini Almara hanya diam menatapnya sambil tersenyum. “Apa aku terlalu ganteng sampai kamu gak bisa berhenti menatap aku seperti itu?” tanyanya. “Iya, kamu terlalu ganteng. Tapi aku bodoh terlambat jatuh cinta sama kamu.” Rangga balas melirik Almara sambil tersenyum, “O ya? Lebih ganteng mana aku atau Ardan?” “Kamu,” jawab Almara tanpa berpikir dua kali. “Kamu lagi ngegombal ya?” tanya Rangga “Menurutmu?”
“Sayang, gimana kalau kita jalan – jalan ke luar negeri? Kamu pengen ke negara mana?” ucap Rangga sembari mengecup kening Almara yang sedang berada dalam pelukannya dalam keadaan tanpa busana.Almara menatap Rangga, “Jalan – jalan? Emangnya kamu gak kerja? Bukannya kamu lagi launching produk baru dan lagi sibuk – sibuknya?”“Ck,” decak Rangga, “Apa kamu gak tau belakangan ini aku kerja keras bagai kuda? Aku jarang istirahat dan tetap kerja meskipun hari libur. Sekarang aku mau ambil jatah libur dan istirahatku dong. Dan aku mau menghabiskannya berdua sama kamu.”“Asyiiiik... berarti waktu senang – senang kita masih banyak dong?”“Masih banyak, mau kamu ambil semua waktuku juga boleh kok.”“Semua? Trus kapan kerjanya? Kalau kamu gak kerja nanti kamu miskin, aku gak mau jadi miskin,” Almara melirik suaminya dengan nakal, menunggu reaksi Rangga atas ucapannya.Rangga menarik satu pipi Almara dengan gemas, “Kamu mau tinggalkan aku kalau aku miskin?”“Hmm ... mung – kin.”“Hmm... gitu. Sem
“Hah? Kok tiba – tiba ngomongin Nayra sih?”“Jawab aja. Susah kah? Aku tanya, apa masih ada nayra di hati kamu?” Almara menatap suaminya. Ada harapan sekaligus rasa tidak percaya diri dalam dirinya.Dari apa yang Almara ketahui dalam mimpinya dan juga dari cara Rangga menceritakan Nayra saat mereka bertengkar beberapa waktu lalu, Almara merasa bahwa Nayra mungkin akan selamanya menempati ruang istimewa dalam hati Rangga.“Hmm... Ada sih, Nayra masih ada di hatiku,” ucap Rangga lirih.‘Tapi bukan ruang untuk cinta’ tambahnya dalam hati“Hmm...” Almara menundukkan kepalanya, dia sudah menduga. Ah, dirinya tetap kalah dengan wanita itu.“Tapi,” Rangga menyentuh dagu Almara, mengangkatnya hingga pandangan mereka bertemu, “Tapi ruang paling istimewa ditempati sama kamu. Yang paling indah, paling luas dan paling utama. Nayra cuma bagian dari masa laluku aja. Ruang dia di hatiku, bukan ruang untuk cinta.”Rangga menyibakkan rambut Almara yang menutupi sebagian wajah perempuan itu, “Kamu tahu
Keesokan harinya, Rangga dan Almara bangun dalam keadaan segar dan bersemangat, terutama Almara, yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di bumi Spanyol.Almara sudah membawa catatan agenda perjalanan mereka, mulai dari jam, destinasi wisata hingga nama restoran yang ingin dia kunjungi. Rangga hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat betapa detail dan bersemangatnya Almara.“Pagi ini kita kunjungi Montserrat dulu ya? Dari dulu aku penasaran banget pengen jalan – jalan di sana,” ucap Almara sembari menyeruput kopi susu paginya saat mereka sarapan di restoran hotel.“Anything you want baby,” Rangga melemparkan senyuman termanisnya kepada Almara. Membuat Almara tak tahan untuk mencubit pipinya sekencang mungkin.“Aww... sakit banget sih,” protes Rangga.“Siapa suruh kamu gemesin banget.”Rangga berdecak, “Kalau gemesin tuh dicium bukan dicubit kayak barusan,” ujarnya lalu tanpa meminta ijin menarik Almara ke arahnya kemudian melumat bibir wanita itu dengan penuh gairah.“Kayak gitu
“Iya boleh. Saya tahu kok siapa kamu. Kamu Nayra kan?”“Kamu tahu saya?” tanya Nayra memasang wajah terkejut namun mengubahnya menjadi senyum dalam waktu sekejap, “Oh maaf, kamu istrinya, pasti Rangga pernah cerita soal saya.”Almara hanya mengangguk, walaupun untuk saat ini Rangga adalah miliknya, hatinya tetap dipenuhi oleh perasaan asing yang tidak mengenakkan.“Ayo masuk,” Almara mempersilakan Nayra untuk masuk. Dia memandu Nayra ke ruang tamu, “Kamu tunggu sini ya, Rangga masih mandi.”“Ada siapa sayang?” tanya Rangga yang baru saja keluar dari kamar lalu mendengar Almara berbicara dengan seseorang.“Nayra?” Almara belum menjawab namun Rangga telah tiba di ruang tamu dan melihat Nayra yang terduduk di sofa ruang tamunya.“Hai Rangga, apa kabar?” Nayra bangkit dari sofa dan menghampiri Rangga. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rangga.Rangga meraih uluran tangan Nayra. Serbuan rasa cemburu mendadak menyerang Almara. Mereka berdua hanya bersalaman, namun Almara tahu
“Kamu gak ada kerjaan lagi selain nonton drama korea dan ngemil?” tanya Ardan kepada Sharon yang sedang bermalas – malasan di ruang televisi.“Apa lagi yang bisa dilakukan sama tahanan rumah?” jawab wanita itu dengan nada tidak peduli.“Ya banyak lah. Kamu tuh bisa masak, kamu bisa baca buku, olahraga kek apa gitu.”“Ah, aku gak minat sama aktifitas begituan.”“Ck. Pemalas,”“Bodo amat. Weeek...” jawab Sharon sembara menjulurkan lidahnya.“O ya, progres kasus kamu gimana? Kok aku gak dapat kabar dari Julio sih? Kerja apa gak dia tuh?”“Eits, jangan salah. Progressnya banyak tahu. Kamu aja yang gak tau. Dia kerja dengan baik kok. Dia bahkan dapat saksi baru yang bisa jadi kunci buat kita menemukan pelaku sebenarnya. Keren kan? Dia emang top deh, my favorite lawyer pokoknya.”“Halah, favorite lawyer apa lelaki idaman? Ngomong aja naksir.”“Ya kalau naksir gak papa kan aku jadikan dia pengacara favorit juga? Dih, nyinyir amat.”“Jadi, apa progresnya? Trus? Saksi itu, siapa?” tanya Ardan.
Paginya, Ardan terbangun dalam keadaan linglung. Saat dia baru saja terjaga, dia sadar bahwa dia sedang berada di kamarnya sendiri. Dia melihat ke samping, tidak ada Sharon yang tertidur di ranjangnya.Dia bangun saat masih dini hari dan tidak bisa tidur lagi hingga langit benar – benar terang. Dia berpikir keras apakah yang dialaminya semalam adalah mimpi atau kenyataan.Dia ingat apa yang Sharon lakukan di dapur, tapi dia berada dalam keraguan apakah mereka melakukan lebih dari itu.Ardan ingin memastikan, dia ingin menemui Sharon, tapi dirinya diliputi keraguan. Jantungnya berdebar amat kencang, dia malu mengapa dia tak mencegah Sharon melakukannya semalam dan justru menikmatinya.Tapi, apa yang terjadi semalam mau tidak mau akan mempengaruhi hubungan mereka setelah ini. Mereka tidak akan lagi bisa bersikap sepenuhnya sebagai teman biasa seperti sebelumnya. Karena teman biasa tak melakukan apa yang mereka lakukan semalam.Ardan memberanikan dirinya untuk keluar kamar. Tentu saja, d
“Lho, hey, kamu kenapa? Kenapa nangis begini? Ayo masuk dulu,” Sharon merangkul dan menuntun Almara masuk ke dalam.Sharon mendudukkan Almara di sofa ruang tamunya, “Tunggu sini ya Al, aku bikinkan kamu minum anget dulu. Kayaknya kamu sedih dan syok banget ya.”Almara mengangguk sambil menyeka air matanya. Ardan duduk di sofa tepat di hadapan Almara. Sejenak, dia memperhatikan wajah mungil Almara yang saat ini sedang berhias air mata. Ardan merasa simpati kepada kesedihan apapun yang wanita itu alami. Bagaimanapun, lelaki sejati tak pernah suka melihat seorang wanita menangis.Namun, dia mencari – cari di dalam hatinya, kemana perginya rasa yang dulu membuatnya nyaris tak bisa bernafas setiap kali melihat wanita di hadapannya itu menangis? Kemana ribuan belati yang selalu berpesta menikam hatinya setiap kali kesedihan menghampiri Almara?Dia bertanya – tanya apakah tatapannya sekarang masih sehangat dulu, saat dia begitu menginginkan wanita itu dan amat takut kehilangannya. Dia mencar
“Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri
Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga
“Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks
Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s
Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po