All Chapters of Dikhianati Manager Diperjuangkan Dokter: Chapter 51 - Chapter 60

93 Chapters

Pov Dokter Hanan

Aku sudah bersiap-siap hendak pergi ke butik Winda. Ya, Winda yang notabane nya adalah mantan pasienku beberapa waktu lalu. Sejak awal bertemu dengannya 5 bulan yang lalu, aku merasakan getaran berbeda dalam hatiku. Namun, karena saat itu ia adalah pasienku, maka aku berusaha bekerja dengan profesional. Aku membantunya untuk perlahan bangkit dari keterpurukannya. Depresi pasca teror dan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh mantan suaminya begitu membekas di hati dan pikirannya. Wanita yang usianya lebih tua dariku itu, masih memiliki wajah yang khas anak ABG. Tentu itu semua karena dia rajin merawat wajah dan penampilannya. Rugi sekali pria yang berstatus mantan suaminya itu. Telah menyia-nyiakan wanita secantik bidadari ini. Klinik memang libur hari ini, karena satu kali dalam seminggu aku mengambil waktu untuk istirahat. Aku mengambil hari senin sebagai hari liburku. Kenapa? Tentu saja karena aku kasihan pada calon pasien yang selalu punya kendala untuk
Read more

Dinner

POV Dokter Hanan   Akhirnya siang itu kami habiskan dengan berbincang ria sambil menyesap secangkir kopi dan beberapa cemilan yang Winda pesan tadi. Setelah Ferdi pergi, aku mulai rileks saat bercerita dan bercanda tawa bersama Winda.  Saat butik tutup karena jadwal makan siang pun, Winda ternyata sudah memesan makanan delivery untuk seluruh karyawannya dan juga untuk kami berdua tentunya. Gagal sudah rencanaku untuk mengajaknya makan siang di luar kali ini. Tapi tak mengapa, dapat bertemu dan melihatnya sudah hidup dengan normal kembali saja, aku sudah sangat bahagia. Mungkin, nanti aku bisa mengganti dengan mengajaknya makan malam saja. Aku akan lihat dulu bagaimana situasinya nanti sebelum mengajak Winda makan malam di luar. "Habisin dong, makannya dikit banget sih?" tanya Winda padaku saat kami sedang makan siang bersama. "Aku memang makannya dikit. Nggak bisa makan banyak-banyak, ntar begah. Lagian lambungku kecil, nggak
Read more

Terima kasih untuk malam ini.

Pov Winda   Aku sudah menuggu Hanan sejak setengah jam yang lalu. Mungkin lebih tepatnya bukan aku menunggunya, tapi akunya saja yang terlalu cepat selesai bersiap-siap. Jam 6.30 aku sudah selesai berdandan. Padahal, Hanan mengatakan akan datang menjemputku jam 7 tepat malam ini. Mungkin saja karena sudah lama aku tidak merasakan bahagia seperti ini, aku menjadi sangat bersemangat. Atau memang karena ada perasaan lain yang mulai tumbuh di hatiku untuk Dokter itu? Entah lah, aku tidak tau dan tidak mau mengartikannya terlalu cepat pula. "Cieee.. yang mau kencan ni yee." goda Diana padaku saat aku sudah mulai pindah menunggu Hanan ke ruang tamu. "Apaan sih, Dek. Biasa aja deh," jawabku malu-malu pastinya. "Mi.. Mami... Liat ni, anak gadis Mami lagi kasmaran." pekik Diana pada Mami yang sedang berada di meja makan. Ada-ada saja kelakuan Diana, masa aku dikatakan anak gadis? Padahal, kakaknya ini sudah berstatus janda. Yang se
Read more

Aku belum yakin.

Setelah selesai makan malam, aku langsung diantar pulang oleh Hanan. Karena memang, masing-masing kami ada tugas penting besok pagi. Aku akan sibuk karena barang butik masuk banyak besok pagi, sementara Diana harus sekolah tatap muka. Jadi aku yang harus menghandle nya besok. Hanan juga mengatakan bahwa besok ada janji temu dengan seorang pasien berusia 12 tahun korban pelecehan seksual. Gadis remaja itu butuh penanganan khusus dari psikolog ahli agar mau menceritakan semua kejadian yang telah ia alami. Tidak butuh waktu lama, kami sudah sampai kembali di depan rumahku. Hanan berlari ke luar mengitari mobil dan membukakan pintu untukku. Aku seraya menjadi seorang Nyonya besar dibuatnya. Hanan sangat pandai menarik perhatianku. Hal-hal sederhana yang ia lakukan terasa sangat spesial bagiku. Aku masih belum yakin dengan perasaanku sendiri. Tapi, jelas ada yang berbeda. Jika aku katakan aku menyukainya, ya, itu benar. Namun, jika aku mengatakan aku mencintainya,
Read more

Merindukan Mas Heru

Pov Ranisa   Semenjak aku dan bayiku pulang ke rumah dari rumah sakit pasca bersalin, lima bulan sudah berlalu. Semenjak itu pula aku sama sekali tidak pernah bertemu dengan Mas Heru. Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak ingin membawa bayiku ikut serta ke penjara untuk menjenguknya. Jika ditinggalkan, tidak seorang pun yang bisa aku percaya untuk menjaga putraku. Kini usia Farel sudah lima bulan pula. Tak sekali pun ia berjumpa dengan Papi nya yang sangat memanjakannya sejak masih dalam kandungan. Meski Mas Heru tidak pernah tau tentang kebenaran ini. Hanya karena aku tak ingin hidupku dan anakku semakin menderita, makanya aku terpaksa menjerat Mas Heru malam itu. Tak dapat aku pungkiri, semakin lama bersama semakin tumbuh pula rasa cinta dan sayangku padanya. Makanya aku dengan tega mengambil Mas Heru dari Kak Winda. Wanita yang memang sudah banyak sekali berjasa dalam hidupku. Entah lah, aku tidak bisa menjelaskan lagi. Hanya demi keb
Read more

Apa ini namanya selingkuh?

Pov Ranisa   "Ya, aku akan menggantikan Heru sebagai suamimu mulai saat ini." "Apa kau sama sekali tidak pernah tertarik padaku, Ran?" tanya Mas Riko lagi padaku. "Dalam hal apa Mas Riko akan menggantikan Mas Heru? tanyaku lagi dengan polosnya. "Tentu saja semuanya, Sayang. Dari urusan dapur, sampai ke kasur." bisiknya kemudian mengecup bahuku yang terekspos dengan lembut. Aku memejamkan mata menerima perlakuan Mas Riko. Bagaimana pun juga, tubuhku memang sudah lama tidak menerima sentuhan dari pria. Mas Heru khususnya karena dia adalah suamiku. Aku ingin menolak, tapi tubuhku malah menerimanya dengan baik. Ya Tuhan. Apa yang sedang aku lakukan bersama pria lain di dalam rumahku? Sementara suamiku sedang berada di penjara saat ini, entah bagaimana kabarnya dan keadaannya saat ini. "Mas..." lirihku tak berdaya menahan segala gejolak di dalam dada. Mas Riko sepertinya semakin terpancing dengan suaraku yang me
Read more

Terlanjur basah

Pov Ranisa   Selama setengah jam perjalanan, kami hanya berbicara mengenai hal-hal ringan saja. Sambil sesekali bercanda tawa dengan Farel. Kami sampai di sebuah Restoran pinggir pantai yang sangat indah dan pastinya terkesan mewah. Mas Riko turun terlebih dahulu, dan mengitari mobil untuk membukakan pintu untukku. Aku merasa sangat tersanjung dengan perlakuan manis Mas Riko. Terlebih dahulu, Mas Riko menggendong Farel agar aku tidak terlalu kesulitan saat turun sambil menggendong bayi. Bukan kah wanita sangat suka diperlakukan istimewa seperti itu? Bagaimana aku bisa mengelak terus setiap kali Mas Riko memberikan perhatiannya padaku? Sementara aku sendiri memang haus akan perhatian dan kasih sayang pasca Mas Heru di penjara. Kami masuk ke dalam restoran itu layaknya sepasang suami istri dengan seorang bayi di dalam pelukan Mas Riko. Aku juga terpaksa menggandeng tangan Mas Riko karena ia terus memaksa selama jalan menuju pintu masuk.
Read more

Anggap saja dia sudah mati!

Pov Ranisa   "Sayang, mulai sekarang jangan sungkan meminta apa pun padaku. Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu," ucap Mas Riko saat kami sudah selesai menyantap semua hidangan yang tadi aku pesan. "Baik, Mas. Aku boleh meminta apa pun kan?" jawabku dengan hati yang senang.  Jika saja tidak ada orang di sini, ingin sekali aku melompat-lompat saking senangnya mendengar ucapan Mas Riko tadi. Sebelumnya, saat bersama Mas Heru pun aku memang sudah biasa dimanjakan dengan barang-barang mewah dan makanan Restoran.  Aku juga rutin perawatan kecantikan ke salon. Semua itu tentu saja atas permintaanku dan Mas Heru tak pernah menolaknya. Setidaknya aku sudah terbiasa menikmati fasilitas mewah dan makanan ala orang kaya. "Mas, apa benar nanti kita akan menikah siri?" tanyaku mengulang kembali perkataan Mas Riko tadi. "Tentu saja, Sayang. Kenapa? Apa kamu meragukan aku?"  "Bu-bukan begitu, Mas. Aku ga mau nanti
Read more

Semuanya meninggalkanku.

Pov Heru   Lima bulan sudah aku mendekam dalam jeruji besi ini. Tak seorang pun yang pernah datang barang sekali saja untuk menjengukku. Vonis hukumanku sudah jatuh dan aku harus menjalani masa-masa penderitaan ini selama 8 tahun. Jangankan Winda, Ranisa yang kuanggap sangat mencintaiku dan akan mendukungku dalam keadaan seperti ini pun tak menampakkan batang hidungnya. Mungkin ini karma bagiku, karena sudah menyakiti dan hampir saja membunuh Winda. Aku terlalu kalap mata saat itu. Aku hanya tergoda oleh rayuan dan kata manis Ranisa. Terlebih lagi karena Ranisa sedang mengandung. Anak yang selama bertahun-tahun sudah sangat kunantikan dari pernikahanku bersama Winda. "Winda... Maafkan aku, aku menyesal. Aku menyadari, tidak ada wanita yang mencintaiku setulus dirimu di dunia ini," lirihku sambil meringkuk di lantai kamar penjara yang dingin. Dalam ruangan sempit ini, diisi oleh 30 orang tahanan dengan kasus yang berbeda-beda. Di d
Read more

Pak Agus pulang ke rumah-Nya.

Pov Heru     Subuh ini sudah terdengar ramai sekali suara dari para narapidana yang keluar masuk sel tahanan. Biasanya yang bangun subuh ini adalah orang-orang yang memang akan melakukan shalat subuh. Atau napi yang tidak tidur semalaman, lalu ikut bergabung dengan yang akan menjalankan shalat di mushalla lapas.  Hanya saat jam-jam shalat seperti itu, para napi akan diberikan izin khusus keluar masuk kamarnya. Dan biasanya, Pak Agus adalah orang yang paling rajin bangun shubuh di kamar ini. Ia akan membangunkan kami semua untuk ikut shalat berjamaah di mushalla. Meski hanya ada beberapa yang akan bangun. Tak jarang Pak Agus mendapat kata kasar dari napi yang merasa tidurnya terganggu karena dibangunkan. Tapi, tak sekali pun Pak Agus marah. Dan akan membangunkannya lagi keesokan shubuh. Hingga mereka hanya diam atau menjawab dengan deheman saja. Berbeda dengan shubuh ini, saat semuanya sudah pergi dan keadaan sel sudah ag
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status