“Lho, ini Doni yang dari reskrim, kan? Temannya Louis,” kata Om Lukas sambil mengulurkan tangannya. “I-iya, Pak. Saya Doni,” balas Mas Doni sembari menjabat tangan Om Lukas. “Jangan buru-buru pulang, dong. Kita keluar makan dulu, bagaimana? Saya sudah booking resto di Grand Crown Palace. Ayolah, jangan ditolak.” Om Lukas memaksa. Mas Doni kulihat saling pandang dengan calon istrinya. “Mas, Dokter Farhana, ayo ikut. Ika nggak enak tadi udah bikin makan kalian jadi terganggu,” kataku sambil berjalan maju dan merangkul keduanya. Dokter Farhana awalnya menatapku agak tajam. Namun, lamat-lamat dia tersenyum kecil. “Baiklah. Ayo,” jawabnya. Aku langsung lega ketika dokter baik hati itu akhirnya luluh juga. “Ikut ya, Mas,” kataku kepada Mas Doni dengan senyuman manis. “Iya. Asal kamu senang.” Mas Doni menatapku dalam. Tak ada senyum di wajahnya. Hanya ada binar mata yang sulit untuk kujelaskan makna di balik
Terakhir Diperbarui : 2022-05-03 Baca selengkapnya