Semua Bab Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Bab 111 - Bab 120

150 Bab

111

BAGIAN 111POV DONI SUBRATATAK INGIN DIA MATI               Ting tong!              Dengan degupan di dada yang cukup kencang, kuyakinkan diri untuk menekan bel rumah Zulaika. Gadis yang kini ditetapkan sebagai saksi kunci sekaligus korban perdagangan orang itu sudah hampir sebulan lamanya tak kutemui. Bukan apa-apa. Sejak kutahu bahwa dia masih berkomunikasi dengan pacar Tionghoanya tersebut, entah mengapa kepercayaan diriku hampir saja lenyap. Namun, kerinduan yang berhasil membawaku hingga ke depan pintu begini.              Ceklek. Kenop pintu dibuka dari dalam. Aku sontak mundur beberapa langkah dan menunduk sebab tak siap untuk berjumpa dengan sosok gadis manis itu sebenarnya.        &nb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-19
Baca selengkapnya

112

BAGIAN 112POV DONI SUBRATAPENOLAKAN               “Kenapa ngomong begitu? Ada beban yang masih mengganjal?” tanyaku dengan hati-hati sembari fokus menyetir. Sesekali, kulirik gadis itu dengan ekor mata. Wajahnya tampak gamang.              “Aku rasanya kosong, Mas.”              Aku merasa setengah bahagia mendengarnya. Kosong. Itu berarti Zulaika tengah membutuhkan seseorang untuk mengisi hatinya. Bukankah ini sebuah kesempatan?              “Kamu sudah putus dengan pacarmu?” Aku bertanya sangat hati-hati. Supaya gadis ini tidak lekas ilfeel atau merasa bahwa aku terlalu mengejarnya.       
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-19
Baca selengkapnya

113

BAGIAN 113POV DONI SUBRATATAK INGIN MENYERAH               “Ika! Jangan lari!” Aku akhirnya berhasil menangkap gadis itu hampir di dekat pintu masuk di tengah-tengah kerumunan orang yang hendak berjalan ke arah dalam sana.              Zulaika menangis tergugu dalam dekapanku. Gadis itu meraung-raung histeris dengan kedua tangan yang tiada hentinya memukuli dadaku.              “Sabar, Ika. Maafin Mas. Jangan begini. Nanti orang akan menyangka yang tidak-tidak,” kataku membujuk dengan nada yang lemah lembut.              Namun, gadis itu tetap saja menangis pilu. Aku menjadi serba salah. Bagaimana ini? Apakah kubawa dia pulang saja?&nbs
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-19
Baca selengkapnya

114

BAGIAN 114POV JOKASIH TAK SAMPAI               “Bagaimana musim panas di sana, Jo? Kamu tidak terlalu kesulitan untuk beradaptasi, kan?”              Papa meneleponku hari Minggu sekitar pukul 09.30 waktu New York dengan suara yang terdengar begitu bersahabat. Pagi ini aku baru saja bangun untuk mengemaskan apartemen yang sedikit berantakan bekas party tadi malam bersama teman-teman sekolahku. George, Justin, Brenda, dan Nicole. Hanya party kecil-kecilan dengan beberapa botol bir, lintingan ganja, dan makanan ringan. Sebagai tuan rumah aku hanya menyediakan konsumsi. Namun, demi Tuhan aku anti untuk menyentuh dua barang haram tersebut. Sudah lama aku berjanji kepada diri sendiri untuk menjauhinya.              “Ya, biasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-19
Baca selengkapnya

115-A

BAGIAN 115-APOV JONEKAT               Tiga bulan pertama berpisah dengan Ika, aku masih mampu untuk menahan diri. Sekuat tenaga diriku tak menghubunginya lewat media sosial mana pun. Namun, memasuki bulan keempat, aku mulai gelisah. Makan tak enak, tidurku semakin tak nyenyak. Kerjaanku hanya marah-marah tanpa sebab dan beberapa kali bolos sekolah karena tak berminat sedikit pun dengan pelajaran.              Aku kacau. Teman-teman gengku memang tak pernah absen buat main ke apartemen. Namun, bukan keberadaan mereka yang kuinginkan, melainkan Ika.              Sabtu sore ini tak seperti biasanya aku mengurung diri di kamar. Sengaja kuberi tahu kepada George, Justin, Brenda, dan Nicole untuk tidak ke sini. Mereka bertanya-tanya tentang peru
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya

115-B

115POV JONEKAT                       Akhirnya, hanya satu kata yang sanggup kuketik. Hi! Begitu pesan yang kukirim kepada Ika.              Untuk kedua kalinya, aku benar-benar merasa surprised saat pesanku tersebut langsung dilihat oleh Ika. Ya Tuhan, anak itu cepat sekali membaca pesanku! Dia kini tengah online, tapi belum juga mengetik balasan untukku.              Aku resah. Semakin gelisah. Bukan main. Mengapa Ika malah mengabaikan pesanku? Apa dia tak tertarik? Atau … dia malah tahu bahwa ini hanya akun bodong yang tengah mengerjainya?              [Boleh kenalan?]              Aku kembal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya

116-A

BAGIAN 116-APOV ZULAIKAKAMULAH SEMANGATKU Flashback sebelum sidang (empat bulan setelah kepergian Jo ke Amerika)               “Aku … juga stuck di kamu, Bee. I promise, you’ll be the last.”              Ucapan Jo membuat hati ini langsung hangat. Kebekuan yang semula menjadi kungkungan paling menyiksa, sekarang telah mencair dengan pasti. Luka di hati pun mengering dengan secepat kilat.              Tak ada lagi keinginan untuk mati. Tak ada lagi rencana-rencana bunuh diri. Goodbye kepedihan. Aku akan melangkah dengan harapan baru bersama lelaki pilihanku.              “Thanks, Jo. Aku nggak tahu bakalan gi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya

116-B

116-BPOV ZULAIKAKAMULAH SEMANGATKU Sebenarnya, aku ingin marah dan mengumpat atas perilaku Om Lukas. Namun, kupilih untuk bungkam dan memendamnya di dalam dada saja. Sudahlah. Aku tak perlu menunjukan kemarahan maupun kekecewaanku. Biar saja Allah yang balas perbuatan Om Lukas.               “Boo, aku ingin salat Subuh dulu. Dari tadi aku belum juga salat. Padahal, aku terjaga semalaman sampai jam lima pagi begini tanpa tidur. Memang benar, meskipun sudah terbangun, kalau nggak niat, pasti nggak bakalan salat. Harus dipaksakan ini.”              “Oh, iya, Bee. Ya, sudah. Salat sana. Kamu mau dihubungin lagi kapan?”              Aku menggigit bibir. Sebenarnya, aku masih ingin bercakap-cakap dengan Jo sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya

117-A

BAGIAN 117POV ZULAIKAMAS, MAAFKAN AKU               “Ika, bangun, Nak.”              Suara itu sayup-sayup masuk ke telingaku. Lambat laun mengusik dan membuat mata ini mau tak mau membuka.              Kuraih ponsel yang tergeletak di samping. Mata ini masih memicing tatkala memperhatikan jam di layar. Pukul 14.15 siang. Astaga, sudah selama itu aku tidur. Tanpa bantuan obat-obatan pula. Ya Allah, bahagianya. Akhirnya, bisa juga diriku tertidur pulas secara alami.               Suara pintu diketuk masih terdengar di depan. Aku pun langsung bangkit dan mengucek mata beberapa kali. Agak sempoyongan diriku berjalan tatkala hendak membuka pintu.&
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya

117-B

117-BPOV ZULAIKAMAS, MAAFKAN AKU               Kupercepat mandiku. Buru-buru aku merampungkannya, kemudian kukeringkan tubuh dan rambut basah ini dengan handuk yang kubawa.              Dengan tubuh yang terlilit selembar handuk putih, aku lekas mencari pakaian yang tepat untuk siang menjelang sore ini. Walaupun yang mendatangiku adalah Mas Doni, tetap aku harus tampil sebaik mungkin. Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesulitan dan keterpurukan. Setidaknya, aku ingin dinilai seperti gadis normal lainnya oleh orang-orang di sekelilingku. Siapa tahu, dengan begitu Mas Doni berhenti untuk mengasihani dan memberikan perhatiannya yang seolah-olah aku ini sangat membutuhkan perhatian tersebut.              Kukenakan pakaian yang cukup tertutup. Sebuah hoodie warna hijau l
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status