Windy tidak bisa memejamkan matanya walau ia sudah membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Rasa berat meninggalkan ibu dan mak nya sangat mengganggu pikiran gadis itu.“Mak pasti akan kesusahan merawat Ibu sendiri. Mak harus kesawah mengurus padi, ke ladang memetik pisang dan pinang. Lalu Mak juga harus memasak dan memandikan Ibu. Ooh, Mak sangat baik. Aku bersyukur masih punya Mak. Kalau tidak ada Mak Farida entah bagaimana nasibku dan Ibu.” ratap Windy dalam hati. Dua tetes air mata menggulir dari rongga mata Windy lalu kemudian pecah membentur bantal. Hatinya pedih meninggalkan dua perempuan yang ia sayangi itu. Tapi bagaimanapun harus ia tinggalkan demi menggapai cita-cita dan mencari ayahnya untuk kesembuhan ibunya.Bukan tugas ringan yang ia pikul dipundaknya. Windy yakin kalau kawan-kawan sebayanya tidak memiliki masalah yang berat seperti dirinya. Namun Windy tidak putus asa, ia bertekad akan melakukan apapun demi keluarganya. Ia ingin ibunya sembuh.
Read more